"Darimana aja, heh?! Jam segini baru pulang," tegur Keandra bersedekap dada seraya melirik jam dinding yang letaknya tak jauh dari pintu utama, dirinya mendengkus singkat memandang kedua sejoli dihadapannya sinis.
Anjir, mereka ngapain aja? Pikiran Keandra sudah tidak bisa berpositif thingking.
"Kenapa diem?!" ulangnya lebih tegas. Pandangannya semakin sengit kala menyadari kedua pasangan itu pulang dengan keadaaan basah kuyup.
"Udah Kakak bilang tadi pulangnya sama Kakak aja pakai mobil, ngeyel! Sekarang liat coba akibatnya!" lanjutnya menatap sang adik yang tubuhnya lekas menggigil.
"Malah hujan-hujanan?! Ngajak by one?" Diliriknya cowok disamping sang adik.
Hening.
Sedetik setelahnya, cowok itu kembali menatap tajam Nathan seraya berucap, "Lo lagi! Kemana aja sampai jam segini baru pulang? Bukannya jadwal les dua jam yang lalu udah selesai, hah?"
"Nggak becus lo!"
"Udah pulang terlambat, bawa adek gue pulang basah-basahan gini. Otak lo dimana anying," sambungnya menekan jidat Nathan dengan jari telunjuk.
Nathan hanya terdiam, dirinya malah beralih menatap sang gadis yang sudah menggigil. Memeluk gadisnya lalu tanpa aba-aba menerobos masuk tanpa mengidahkan ceramah dari kakak gadisnya dibantu oleh Kalandra. Bodoamat yang terpenting adalah Viola.
Urusan itu, biarlah ia pikirkan lagi nanti.
Keandra menatap sengit kakaknya. "Lo apa-apaan sih, Ku?! Gue lagi marahin tu bocah, malah lo ngasi jalan masuk aja!"
"Lo yang apa-apaan bego?! Udah tau mereka kedinginan, masih aja lo sok ceramahin. Najis, lo bukan ustad-nggak perlu didengerin," sarkas Kalandra mendengkus, dirinya mulai berjalan menjauh dari sang adik yang masih menatapnya penuh dendam.
"Setan kok ceramah, lawak anjir," sindirnya lagi.
"Brengsek lo!" pekik Keandra membuntuti dengan wajah memerah.
Tamu terhormat telah datang satu jam yang lalu, siapa lagi kalau bukan keluarga Dewa? Memang ya, papa dari Nathan akan selalu siaga 45 untuk menantunya. Dikabari Ola pulang telat saja langsung gas kesini, memang contoh-contoh mertua idaman.
"Apa kabar bro?"
"A-"
"Alah, gak usah sok basa-basi deh Om! Capek liatnya," pungkas Keandra jengah, ia mengunyah keripik kentang dimulutnya. Dewa berusaha sabar mengusap dadanya. Kemudian tersenyum ke arah si kembar bungsu.
"Apaan sih, gue masih suka ceue ya, Om!" tukas cowok itu mendelik sebal.
"JADI, KAMU BILANG OM HOMO, HAH?!"
Rara yang berada disamping Dewa mengelus punggung suaminya menyabarkan. "Sabar, Mas ... nggak usah ngeladenin Sadewa, buang waktu aja."
"Anyway, Om ... Tante Rara makin cantik aja deh." Keandra berkedip-kedip genit ke arah mama Nathan, ia sangat jahil memang.
"Anji-"
"Eh, Om Dewa ... lama gak kesini, kemana aja Om?" Arjuna datang menyela umpatan pria itu.
Dewa tersenyum, mengelus dadanya untuk melapangkan rasa sabarnya. Ia kemudian membalas, "Sibuk sama kerjaan, Jun."
"Tau aja deh, untung Om Dewa kesini kebetulan Juna kangen sama Tante Rara," ujarnya pede sembari menyugar rambut kebelakang, "gimana, Om? Udah siap dimadu belum?"
"Hah?" beo Dewa bingung.
"Udah siap dimadu?"
"Hah?" Lagi, Dewa belum bisa mencerna pertanyaan si tampan, Arjuna. Dia malah terlihat seperti orang linglung, ngang-ngong ngang-ngong.
Dua detik kemudian
"BRENGSEK SEMUA ANAK LO ARKAA!" teriak Dewa, capek syudah batinnya. Tertekan sangat besti.
"Loh, Papa disini?" beo Nathan muncul dengan handuk dilehernya. Rambutnya masih basah karena abis mandi. Cowok itu mendekati sang papa kemudian duduk disofa dengan santai mengabaikan tatapan sinis dari Keandra.
"Yoi, dikabarin Arka kamu nakalin Ola ya Papa langsung gas kesini!" jawabnya, "Dimana Olaanya Papa?"
"Masih mandi, Pa." Nathan memutar bola matanya memandangi sekitar, "Btw, yang lain kemana?"
Arkana menjawab, "Ada tugas mendadak di kantor."
Dewa mengkerutkan kening. "Jam segini?"
Arkana menjawabnya dengan anggukan. "Banyak kerjaan dikantor, gue lagi males aja gitu biarin tuh curut-curut yang kerja. Lagipula uang gue dah banyak."
"A en je a ye," komentar Dewa seraya meminum jus buah naga miliknya.
"Emangnya situ, punya uang banyak gak mampu beliin mobil buat anaknya, hhh," cibir Keandra berdecih singkat, ia mulai memasukkan beberapa keripik ke dalam mulut, "kaya doang, beli mobil aja kaga mampu, slibaww."
Dewa menoleh, ia merasa tersindir akibat ucapan barusan. "Kamu nyindir saya?" tanyanya.
"Bukan nyindir, tapi FAKTA!"
SHIT! Berhadapan dengan satu anak Arkana itu membuat darahnya meninggi. "BANGSAT!"
"Om," panggil Arjuna.
Dewa menoleh. Ia mengangkat satu alisnya tanda menanyakan apa.
"Gimana sama pertanyaan tadi?"
Dahi pria itu berkerut. "Pertanyaan yang mana?"
Arjuna mendengkus. "Nath, lo mau gak punya Papa angkat sekeren gue? Gue sanggup kok buat beliin lo mobil," katanya menatap Nathan yang sibuk dengan benda pipih ditangannya. Si empu menoleh bingung. Apa maksud dari kakak kekasihnya ini?
"Hah?"
"DANCOK!" umpat Dewa melempari sendal ke arah Arjuna.
"KABURRRR!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Jugendliteratur"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...