Chapter 48

983 36 2
                                        

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Pagi ini beda dari biasanya, kalau kemarin Nathan hanya akan menghela napas terus menerus setiap melihat sarapan kini layaknya dia lebih bersemangat. Menatap beberapa hidangan yang telah disiapkan oleh asisten rumah tangga dengan tatapan antusias, menyambut kedua orang tuanya sembari menyunggingkan senyuman manis yang dia punya.

"Nathan kenapa, Ma? Kok senyam-senyum sendiri gitu? Dia nggak kena gangguan mental lagi, kan?" celetuk Dewa menatap aneh si sulung, dia sedikit bergidik ngeri melihatnya. Takut-takut kalau putranya stress, meranjak ke arah gila.

Pletak

"Hust, kamu ini sama anak sendiri harus husnudzon. Biarinlah Mas dia kaya gitu, mungkin aja udah move on. Emangnya kamu mau dia ngurung diri, ngamuk-ngamuk tanpa alasan lagi?"

Benar, mungkin selama kurang dari satu minggu mengurung diri-Nathan juga tak luput dari kegiatan self harm.

Bisa disebutkan jenis self harm yang dilakukannya adalah yang teringan namun tetap tidak boleh diabaikan. Superficial self mutilation sebutannya, tindakannya bisa berupa menyayat kulit menggunakan benda tajam, menarik rambut sekuat tenaga, dan lain sebagainya.

Seperti empat hari yang lalu, Nathan keluar kamarnya dengan penuh lebam. Awalnya papa mengira jika si sulung berkelahi, namun setelah ditelusuri lebih lanjut ternyata dia melakukan kegiatan berbahaya dengan bertindak menyakiti dirinya sendiri. Tadinya sih, Dewa berpikir ini hanya lelucon semata yaitu alasan yang bisa digunakan Nathan untuk mendesak agar dia bisa kembali dipertemukan dengan gadisnya.

Tetapi, jeda dua hari setelahnya, putranya ditemukan tidak sadarkan diri akibat luka sayatan yang dilakukannya sendiri dibagian pergelangan tangan tepatnya diurat nadi. Hampir saja, jika terlambat semenit menyadari mungkin kini nyawanya sudah tak tertolong.

Dewa sebenarnya tak tega membiarkan semua ini terjadi, melihat betapa frustasinya si sulung setelah dipisahkan paksa dengan gadisnya. Dia menjadi lebih pendiam, kasar, bahkan kehilangan kontrol diri.

"Udah cukup, Ma. Rasanya kasihan banget liat dia setiap hari selalu ngomong sama cermin, apa keputusan yang kita buat udah bener?" tanya papa lekas ragu.

Rara menoleh sejenak, melihat putra dan suaminya bergantian. "Kita liat kedepannya gimana, Mas. Aku rasa Nathan udah menemukan tujuan hidupnya lagi, semoga aja perubahan pagi ini adalah perubahan yang baik untuk masa depannya. Kita sama-sama berdoa aja," balasnya seraya mengelus pundak sang suami pelan.

Diseberang sana, Nathan mengkerutkan keningnya. "Pa, Ma! Ayo sarapan bareng, ngapain bengong berduaan disitu? Gibahin Nathan ya?" pekiknya.

"Eh enggak, ini Papa lagi bicarain soal Leo!" elak Dewa mulai melangkahkan kakinya.

Nathan tersenyum, dia menatap kedua orang tuanya bergantian. "Ayo sarapan, kenapa malah diem-dieman gitu?"

"Kamu juga ya, sarapan yang banyak. Jangan lukain diri kamu lagi ya, Nak," ungkap Rara memperlihatkan raut cemasnya.

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang