Chapter 33

1.3K 33 4
                                        

"Akhirnya gue bisa liat Viola ketawa lagi, sedih banget liatnya dia ngurung diri dikamar terus disuruh makan susah diajak keluar ga mau bahkan les pun bolos terus. Ternyata seberpengaruh itu ya si tolol Nathan?" Keandra memandang ke arah Nathan juga adiknya yang sedang berinteraksi dengan teman sekampus cowok itu.

Kalandra tertawa. "Namanya juga dari SMA bebarengan, maklum lah kalau sama-sama bucin. Daripada elo udah kolot masih aja virtual, ngelawak deck?" sindirnya.

Keandra melengos.

"Sadewa jangan lupa abadiin semua yang ada disini, lo udah ditugasin Ayah buat motret ini semua," tegur Pandu sembari meminum jus ditangannya.

"Nyenyenye." Lagian Keandra tak habis pikir, dari sekian banyaknya orang kenapa juga harus dirinya? Kenapa tidak menyewa fotographer saja?

Dengan malas dilangkahkannya kaki panjang miliknya menuju dimana dua pasangan sedang asyik memakan kue. Mereka bercengkrama seolah tidak ada orang disini, yang lain benar-benar ngontrak saja. Oke, tetap tenang.

"Ekhem," dehemnya mengeraskan suara.

"Halo Jae," sapa Nathan ramah.

"Gaya yang bagus gue foto cepetan!"

Padahal Keandra bukan memotret dengan handal, dia hanya asal jepret saja yang penting ada moment tak peduli akan blur ataupun semacamnya, bodoamat. Yang terpenting dia dapet fulus dari pekerjaan sepele ini.

Tawa jahat dalam hatinya muncul, lihat saja dia akan mengerjai Nathan. "Nath, lo agak munduran dikit dong!" perintahnya yang langsung dituruti si empu.

"Viola tetep ditempat aja."

"Lo yang bener aja Jae, mana ada konsep foto jauhnya kaya gini bangsat! Lo bercanda hah?! Yang ada gue ga masuk frame goblok!" geram Nathan agak keras.

"Lo yang sopan ama kakak ipar dong! Santai aja kali gausa ngegas!"

Oke Keandra mengalah, daripada harus berurusan dengan Arkana lebih baik ia mengalah dari bocil kematian yang punya kuasa ini.

"Ada yang jadi babu nih," sindir seseorang melewati Keandra sembari menggigit donat santai.

"BAJING-OM DEWA BISA NGGAK SI JANGAN GANGGU! ANJIN-"

"Oh laper? Nih makan aja kue donat punya Om, ikhlas kok." Dewa mendekat menghambat umpatan Keandra dengan menyosorkan donat bekas gigitannya pada cowok itu.

Keandra berdecih. "Jijik banget iwhh, banyak kuman wuekk!" katanya memuntahkan donat tadi seraya berdecih.

"Anyway, si Arjuna kemana Sad? Kok gue nggak liat dia ya?" tanya Dewa menjilati jemarinya bekas selai donat.

Keandra menatap jijik papa Nathan. "Gatau, kali aja ngerokok ditaman belakang. Tadi nggak mau gue ajak kesini."

Meninggalkan pria dewasa yang agak sableng itu, Keandra mendekati Nathan juga adiknya. Matanya menelisik tamu satu persatu yang ada disana, ada seorang gadis bergaun putih yang hampir sama digunakan Viola berjalan mendekati ketiganya.

"Hai-" Keandra merentangkan tangan hendak menangkap gadis cantik itu yang juga merentangkan tangan seakan-akan memeluknya. Ia tersenyum.

"Happy birthday, Jonathan!"

"STOP!" Nathan memberikan peringatan, sontak saja hal itu membuat gadis itu berhenti.

Diam-diam Keandra berdecih, ck yang gantengnya kaya gini aja dilewatin malah milih sama yang tolol semacam Nathan. Hadeh, nggak habis thingking.

"Jo ini gue bawain kado spesial buat lo, gue udah milih ini dari jauh-jauh hari. Terima ya," pintanya memelas.

"Gue gak butuh."

Keandra lagi-lagi komat-kamit. Dasar Nathan sok jual mahal! Daripada jadi kacang garing, lebih baik ia menikmati hidangan yang tersedia ya kan? Cowok itu kemudian melangkah meninggalkan orang disana.

"Waduh siapa ini kok cantik banget," puji Rara yang baru saja datang, sembari menggendong Leo tersenyum ke arah mereka.

"Shopia, temen kampus Nathan, Tante."

"Oo jadi kamu Shopia yang ke rumah waktu itu ya?" tanya Rara.

Shopia mengangguk, tersenyum anggun. "Lucu banget, siapa namanya Tante?" ucapnya menoel pipi Leo.

"Leo."

"Boleh saya gendong, Tan?"

Rara menyerahkan begitu saja Leo ke dalam gendongan Shopia. Disana wajah Nathan sudah memerah, ia menahan amarah ketika dilihatnya wajah Viola berubah masam mendengar percakapan antara mama juga Shopia.

"Ma, udah deh! Sini balikin Leo, gue gamau dia kena virus lo yang menjijikan itu!" Nathan merebut Leo.

"Nathan kamu ini apa-apaan sih, Shopia cuma mau gendong. Biarin dia gendong, Mama juga pegel!"

"Mama yang apa-apaan, jangan ngasih Leo ke orang asing. Kalau Mama capek kasih aja Leo ke Nathan atau Papa, lagipula Kakak Ola juga masih ada, kan?"

"Dan untuk lo, lebih baik lo pergi dari sini. Nggak ada yang ngundang lo bitch!"

Mata Shopia berkaca-kaca.

"Nathan! Mama gak pernah ya ngajarin ke kamu buat kasar sama cewek!" Rara mengelus pundak terbuka Shopia.

Wajah Nathan menjadi datar, ia menatap mama tanpa senyuman. "Bagi Nathan, cewek didunia ini cuma Mama, Bunda Gendhis sama Ola. Gak ada yang lain, dia ini gak lebih dari jalang."

Plak

Pipi Nathan memerah, membekas tamparan sang mama. "Mama kecewa sama kamu Nathan!" Rara merebut Leo.

"Tapi Nathan lebih kecewa sama Mama yang nggak bisa jaga hati Ola," katanya dingin, dengan nada rendah.

Hati Rara mencelos. Ia kemudian menatap Viola yang sudah menangis disana.

"Udah puas, bitch?! Gak usah akting, karena pada dasarnya lo itu cuma figuran dicerita orang lain!" geram Nathan dengan mata memerah.

Shopia menangis. "Gue kesini cuma mau ngasih lo kado, Jo ..."

"Bawa pulang, gue gak butuh!" Nathan membanting kado pemberian Shopia hingga berantakan dilantai. Membuat gadis itu tambah menangis karena sudah dipermalukan juga tak dihargai didepan banyak orang, bahkan teman sekampusnya yang lain. Ia menunduk.

"Pergi lo jalang-"

Bugh

"Gue bilang nggak usah kasar sama cewek anjing, lo gak punya hati hah?!"

Nathan terkekeh, mengusap bibirnya. "Oh jagoannya udah dateng? Bawa pulang nih jalang lo, gue gak butuh."

"Brengsek!"

"Guntur udah cukup!" teriak Jaiden juga David langsung menahan tubuh temannya.

Guntur merapikan bajunya, menarik kasar Shopia dari sana. Sebelum pergi ia berkata, "Gue tandain muka lo, bangsat!"

Nathan langsung memeluk Viola. Mengecup kening gadisnya. "Maaf sayang, maaf ya. Udah nggak papa," ungkapnya.

Dari kejauhan sana, ada seseorang yang memandang pertengkaran tadi dengan senyum misterius. Seolah menemukan air di tengah gurun.

"Target locked."

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang