Chapter 42

944 26 1
                                    

Jika dihari biasanya, Weekend ini akan ia gunakan dengan bangun pagi melipat selimut serta merapikan kamar juga bersih-bersih merawat diri maka hari ini kebalikannya. Dia hanya berguling ke kanan dan ke kiri, tatapan matanya kosong  dengan kantung mata kentara terlihat. Helaan napas berat beberapa kali terdengar.

Biasanya, dia akan langsung mencuci si ganteng hingga kinclong dan membawanya untuk apel ke rumah gadisnya tetapi sekarang apa yang bisa dilakukannya? Bahkan untuk menginjakkan kaki dikomplek perumahannya saja kaki ini tak mampu menahan berat tubuhnya sendiri.

Semalaman ia memikirkan gadisnya, sedang apa? Sudah makan belum? Apa bisa tidur tanpa ia puk-puk?

Mengubah posisi tidurnya, Nathan menelentangkan tubuh dengan pandangan mata menuju langit-langit kamar. Matanya kembali berair mengingat kejadian tiga hari lalu dimana ia dikeroyok oleh kelima kakak bahkan oleh Arkana sekalipun ayahnya sendiri.

Pertanyaan yang sering terlintas dalam dirinya sekarang adalah apa dirinya akan sanggup melihat Viola bersama pria lain? Dipelukan orang lain? Nyaman dengan yang lain?

Nathan meremat rambutnya, ia tak akan bisa membayangkan jika hal itu sampai terjadi.

Dua hari lalu, dia tak menyerah dengan terus berusaha menerobos ke rumah Arkana tetapi hasilnya nihil. Memang dihari pertama ia kembali dikeroyok oleh kelima kakak gadisnya tetapi kemarin dia berhasil lolos, dan kalian tau?

Viola sendiri menolak untuk disentuhnya, gadis itu selayaknya ketakutan pada Nathan yang notabenya adalah tunangannya sendiri. Hei, apa masih pantas dia disebut sebagai tunangan Viola?

Memohon hingga menangis darah pun tak akan dikabulkan oleh Dewa, apalagi papanya sekarang bersikeras untuk Viola agar dijodohkan dengan orang lain yang lebih dewasa serta bisa mencintainya dengan tulus. Bahkan Dewa sendiri yang akan mencarikan jodoh, lantas apa dia harus benar-benar menyerah?

Memilih bangkit, Nathan memandangi beberapa polaroid foto kebersamaannya bersama sang gadis. Sungguh dia tidak ada niatan untuk menduakan gadisnya, apalagi sampai berselingkuh dan berhubungan badan dengan jalang kotor itu. Najis!

Kalian tau? Setelah dia pergi dari hotel yang ditempatinya bersama jalang, Nathan mandi kembang tujuh rupa untuk menghilangkan najis yang menempel pada tubuhnya, hingga ia tanpa sadar menyakiti tubuhnya sendiri dengan menggosok badan terlalu kuat.

Beberapa kali ia frustasi, menggosok tubuhnya setiap kali mandi dengan kasar sehingga tubuhnya memerah.

"Gue kangen lo, Ola."

Tak ada banyak hal yang bisa dilakukannya, mencari bukti video cctv pun tak ada. Seakan sudah ada oknum yang dengan sengaja mengatur semua ini, ya ini semacam jebakan terencana.

Memanjat pagar rumah? Nekat menerobos hujan demi menjemput les? Semua hal kecil sudah dilakukannya, tetapi gadisnya sendiri yang tak mau bertemu lagi dengannya. Kan anjing!

"Bangun bajingan!"

Menghela napasnya beberapa kali, Nathan hanya bisa menitikkan air mata. Semua orang seakan menghakimi dirinya, tak ada lagi yang mau menatap ataupun mendukungnya. Bahkan kini semua fasilitas yang diberi oleh papa sudah lenyap, hanya tersisa satu kuda besi yang selalu menemaninya kemana-mana.

"Bajingan bangun!"

"Apaan sih, Pa! Nathan, panggil Nathan!" jeritnya membuka pintu.

Dewa bersedekap dada. "Ngapain, Nathan udah lama mati. Sekarang ini kamu bajingan," jawabnya santai.

"Terus kenapa kesini? Nggak usah kesini kalau cuma mau gini, Nathan capek, Pa!"

"Oh, capek? Ga bisa ngerasain ya gimana kecewanya Ola sama kamu atas perbuatan kamu ini? Pernikahan kamu tinggal hitungan hari dan liat apa yang kamu lakuin? Sadar nggak, hah?!" geram Dewa memandang putranya marah.

Nathan menunduk.

"Tapi gapapa sih, bagus! Ini kesempatan Papa buat jodohin Ola sama anak Papa yang ganteng sendiri," balasnya lagi.

"Paan sih, Leo masih kecil!" elak Nathan cepat.

"Apaan? Kamu sendiri yang nggak jelas!" bantah Dewa, "Oh ya Papa kesini cuma mau bilang, kamu siap-siap sekarang nanti jam 8 kita ada jadwal buat ke rumah Ola. Hari ini dia mau lamaran."

Mata Nathan melotot. WTF? "Ola itu punya Nathan! Gak ada yang bisa milikin Ola selain Nathan, Pa!"

"Ngaca dulu sana, udah nidurin anak orang mau dapet perawan ting-ting? Dih ga sadar diri anyingg!" cetuk Dewa tergelak.

"Nathan nggak nidurin dia, Pa! Nathan dijebak!"

Dewa memutar bola matanya malas, memandang ke arah lain karena muak mendengar alasan klise yang dikeluarkan oleh putranya. "Dijebak kok menikmati gitu, haha lawack dek?"

"Dah siap-siap. Bentar lagi kita berangkat cuss kerumahnya Ola. Gausah banyak ngomel!"

"Tapi-"

"Gausa kaget liat calonnya, takutnya nanti kamu jantungan nih Papa bawain kamu obat sakit jantung. Selamat menikmati kesengsaraan yang sesungguhnya bajingan," kata Dewa menepuk pundak Nathan lalu pergi dari sana dengan senyum simpul.

Nathan mematung. Secepat itu Viola melupakannya?

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang