"Viola kemana, Yah?"
Arkana menghembuskan napasnya. "Ke rumah Dewa, kenapa?"
Keandra mengkerutkan dahinya. "Ayah ijinin dia ke rumah Nathan? Bukannya Ayah inget beberapa hari lalu Viola nangis gara-gara si brengsek itu?" tanyanya bingung.
"Iya gimana sih, harusnya Ayah jangan ijinin! Gimana kalau Viola malah dibuat nangis lagi?!" timpal Arjuna muncul.
"Kalian ini kenapa sih? Lagian mana mungkin Ayah tega ngeliat adik kalian mohon-mohon dianterin ke rumah Dewa, ha? Lagipula itu juga keputusan Raja, Ayah gak bisa ngebantah," balas Arkana.
"Haishhh, Bang Raja selalu aja seenaknya!" kesal Keandra.
Kalandra yang sedang santai menonton tv terganggu, dirinya menoleh ke arah samping dimana kedua saudara serta ayahnya tengah bercakap. "Kalian ngapain sih berisik? Ganggu orang nonton tv aja!" keluhnya sengit.
"Lo lagi malah mentingin diri sendiri!" Keandra menoyor dahi kakaknya.
"Njing!"
"Sudah-sudah Ayah pusing liat kalian!" kata Arkana hendak bangkit.
Arjuna yang melihat itupun langsung berucap, "Terus gimana mengenai kabar kemarin?"
"Kabar apa?"
"Kata Keandra ada pendonor," timpal Arjuna.
Kalandra menengok, dirinya tertarik akan percakapan kali ini. Menghentikan kunyahannya, dia menatap intens sang ayah juga kembarannya. Hei, masa dirinya ketinggalan info sih?!
Arkana malah berdecak.
"Kapan operasinya bisa dilaksanain?" tambah Arjuna.
Pria yang ditanya berbalik, menatap ketiga putranya bergantian. "Bohongan, ini cuma kegilaan adikmu," desisnya kemudian pergi begitu saja.
"Maksud Ayah apaan?" heran Kalandra.
"Ayah udah tau, ini kerjaan Sadewa. Lo bunuh orang itu kan?" Pandu datang, ia mengalihkan pandangan menatap si bungsu putra.
Kalandra tambah dibuat bingung.
"Dia ngelakuin cara kotor ..."
Hening.
"Dia rela ngebunuh orang biar bisa diambil kornea matanya," sambung Pandu.
WTF?!
Kalandra memandang adik kembarannya. "Lo gila Sad?!"
Keandra mengepalkan tangan.
"Setelah dulu lo nekat donorin mata lo, sekarang lo tega ngebunuh orang yang ga bersalah?" beo Kalandra.
Keandra bangkit, dirinya menyahut, "Gue lakuin ini semua demi Viola. Cara apapun bakal gue lakuin, bahkan kalau itu cara kotor sekalipun."
***
Suara kicauan burung lekas terdengar, hujan rintik-rintik membasahi tanah yang kering seakan dahaga. Hari sudah beranjak siang namun tanda-tanda akan berhentinya rintik hujan belum bisa dipastikan.
Memetik gitarnya perlahan, membuat alunan merdu sembari membuka bibir agar mengeluarkan suara nyanyian. Cowok dengan keadaan shirtless mengacak rambutnya frustasi, kemudian mengeram marah.
Hari ini weekend dan dia sudah ada rencana untuk mengajak gadisnya keluar walau hanya sekedar berkeliling taman menggunakan sepeda atau meniup gelembung sembari menunggu senja. Gagal, dirinya lupa kalau semenjak kejadian itu ia belum bertemu lagi dengan sang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...