kalian nemu cerita ini dari mana? tag atau beranda?
kalau tag sebutin dong tag apa tuh
-
tandai typo!
-Nathan melangkahkan kakinya lebar, sepulangnya dari kampus ia langsung menuju cafe yang kemarin dia kunjungi. Bermodalkan nekat dan yakin akan pikirannya, dirinya ingin semua orang tau kalau ia dijebak-bukan kesengajaannya mabuk-mabukan di club.
Membuka pintu cafe kasar, ia menatap sekeliling. Ingatannya kembali berputar dimana ia duduk dipojok sembari menunggu Arjuna.
Berjalan mendekat ke tempat yang kemarin ditempatinya, Nathan segera duduk. Mengamati sekitar apakah ada cctv atau tidak, nihil tidak ditemukannya kamera pengintai kecil itu.
“Mau pesen apa, Mas?”
Nathan menoleh, matanya lantas menajam kala objek yang ditangkap netranya adalah yang dikenali. Ya, itu waiters yang mengantarkan makanan juga jus ke meja ini, dirinya tak mungkin salah.
“Mas?”
Cowok yang menggunakan headphone itu bangkit, menatap nanar ke arah pelayan cafe yang mungkin seumuran dengannya. “Masnya ingat saya?”
Waiters itu menggeleng. “Nggak Mas, saya baru liat Masnya baru aja.”
Netra miliknya menatap sinis, mengeratkan rahang dengan kedua tangan sudah terkepal. Wajah ini sudah terpatri jelas diotaknya, mana mungkin ia salah. Dirinya juga ingat betul postur tubuh waiters yang mengantarkan jus itu sangat mirip dengan orang yang berhadapan dengannya saat ini.
“Mas nggak usah pura-pura deh, saya mau nanya baik-baik. Jawab yang jujur, Masnya naruh apa ke minuman sama cemilan yang saya makan kemarin?”
Waiters itu nampak bingung. “Maksud Masnya apa ya? Saya juga baru kerja disini Mas, jangan nuduh sembarangan!”
“Saya inget Masnya kemarin yang ngasih saya minuman sama cemilan, jawab jujur! Masnya mau ngejebak saya?!”
“Saya aja nggak kenal sama Masnya, nggak ada urusan juga. Ngapain saya repot-repot,” ujar waiters itu hendak pergi.
Nathan langsung menarik baju yang dipakai lawan bicaranya, napasnya memburu menahan emosi. Matanya menatap tajam dengan gigi bergemeletuk. “Ngomong yang jujur anjing! Lo kan yang ngejebak gue, hah?!” geramnya.
Bugh
“Ngaku lo bangsat!”
Bugh
“Ngomong anjing, jangan kek orang bisu!”
Bugh
Bugh
Atensi pengunjung cafe lain teralihkan pada kegiatan Nathan, mereka menatap miris waiters yang sudah terkapar tak berdaya. Beberapa dari mereka sibuk merekam, ada juga yang berlarian keluar, juga ada yang memanggil keamanan cafe ini.
“STOP! MAS JANGAN RUSUH DICAFE MILIK SAYA!”
Nathan mendongak, berkata, “Oh, jadi lo pemilik cafe ini? Suruh nih budak lo buat ngakuin kesalahan apa yang udah dia perbuat!”
Waiters yang masih setengah sadar itu menggeleng. “S-ssaya nggak k-kkenal dia, Pak.”
Amarah Nathan naik lagi, saat ia akan memberikan pukulan si pemilik cafe lebih dulu menahannya. “Jangan asal nuruh karyawan saya sembarangan Mas, mana bukti yang Mas punya? Kalau nggak ada bukti saya bisa laporin ini ke pihak berwajib atas tindakan pencemaran nama baik.”
Nathan memberontak tak terima. “TAPI DIA YANG UDAH NGASIH OBAT KE MINUMAN GUE ANJING, NGAKU LO BANGSAT! LO NGASIH APA KE MINUMAN ITU, HAH?!”
Pemilik cafe maju satu langkah. “Jangan asal nuduh tanpa bukti!”
Cowok itu menyugar rambut, menatap mereka bergantian juga ke arah pengunjung lain. Ia meraih ransel yang tadi terjatuh kemudian meletakkannya dibahu.
“Lo semua bajingan!”
***
“Apa yang kamu perbuat lagi, Cupu?!”
Nathan melewati papanya begitu saja, wajahnya kusut seperti belum disetrika dengan langkah lesu menaiki tangga hendak ke kamar. Diabaikan begitu saja teriakan juga tatapan papa yang seakan siap menerkamnya.
“CUPU, KAMU DENGAR PAPA NGGAK?!”
Dihentikan langkahnya hendak menapaki tangga, menoleh ke belakang dimana papa berada. “Nathan capek.”
“KAMU PIKIR CUMA KAMU YANG CAPEK HAH?! PAPA JUGA CAPEK LIAT KELAKUKAN MU!”
Papa melangkahkan kaki mendekatinya, pria itu terlihat marah dengan wajah memerah urat tangan yang menonjol. “KAMU TAU INI APA HAH?!”
Dewa melemparkan kertas itu ke sembarang arah, amarah pria itu belum surut karena masalah yang kemarin mengenai Nathan yang ditemukan Arjuna dengan keadaan mabuk di club sekarang sudah ditambahi dengan masalah baru.
Dimana pria itu mendapat surat peringatan dua dari kampus putranya yang mengatakan bahwa putranya itu tidak bisa mengontrol emosi dan mengakibatkan keributan yang melukai orang lain juga merusak fasilitas kampus.
“Makanya bolehin Nathan ketemu Ola.”
Mata papa melotot, ditariknya lengan putranya itu dengan keras. Lalu menampar Nathan tanpa belas kasih.
Plak
Plak
“Liat kelakuan kamu, kamu masih mau ketemu sama Ola hah?! DIMANA OTAK KAMU CUPU?!”
Helaan napas terdengar dari Nathan, cowok itu sama sekali tidak mengeluarkan suara ringisan. Matanya memanas begitu saja hendak meluncurkan liquid bening dari sana. Sudah terhitung dua hari semenjak ia ditemukan mabuk, hingga ia mencari bukti yang mungkin bisa ditemukan tetapi nihil.
Dan inilah akibatnya, ia tidak bisa menahan emosi, ia selalu lepas kontrol. Melampiaskan amarah juga rindunya dengan membogem orang yang sekiranya mengganggu ketenangannya, karena apa? Karena dirinya sama sekali tidak boleh bertemu dengan Olanya.
Dewa juga Arkana bekerjasama mereka menjauhkan gadisnya, mereka seolah mengambil kesempatan setiap ia ingin bertemu dengan Olanya. Padahal rasa dalam hatinya sudah sangat menggebu, tetapi papa juga calon mertuanya tetap tak memberi ijin.
Ia hanya ingin mengucapkan kata maaf pada Viola, ingin memeluk gadis itu lama setidaknya sampai rasa bersalah yang ada dalam dirinya ringan sedikit.
“Kenapa Nathan nggak boleh ketemu Ola, Pa? Nathan kangen sama Ola, Nathan nggak terkendali karena Ola ngga ada dideket Nathan, Pa!” jeritnya mengutarakan isi hati.
“Selama ini Nathan udah berusaha nyari buktinya kalau Nathan dijebak, Nathan udah berusaha Pa!”
“Mana hasilnya? Kamu bisa buktiin?” tanya Dewa bersedekap dada.
Nathan menunduk. Didunia ini seolah tak ada orang yang mempercayainya kecuali mama, mereka semua seolah menghakiminya dengan kesalahan yang belum tentu murni dari dirinya.
“Nathan capek, terserah Papa ... mau sampai kapanpun Nathan jelasin sampai mulut Nathan berbusa pun Papa nggak akan percaya, kan?”
“Hh, okay I just realized that I'm alone in here.” Ia melenggang pergi dari sana dengan kepala menunduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/237086283-288-k485846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...