Chapter 27

945 22 3
                                    

“Mau kemana lagi kamu, Arjuna? Udah mau malem, mau keluyuran lagi?”

Suara tegas Arkana menghentikan langkah Arjuna. Nadanya rendah tapi penuh penekanan, wajahnya garang menatap kearahnya dengan tatapan sinis juga alis menukik tajam. “Mau main,” jawabnya kelewat santai.

“Kemana lagi? Ngeluyur ke club lagi?!”

Tanpa mengidahkan pertanyaan ayahnya, Arjuna kembali melanjutkan aktivitasnya memakai sepatu juga meraih jaket hitam miliknya. Kemudian tersenyum singkat menatap Arkana sembari membalas, “Bukan urusan Ayah!”

Bugh

Arkana kembali memberikan pukulan, kali ini mengenai hidung putranya yang mengakibatkan langsung keluar darah dari sana. Matanya terus menatap garang, dengan tangan terkepal kuat.

“Sudah Ayah bilang jangan ikut pergaulan yang tidak jelas, Arjuna! Bergaulah bersama saudara mu yang lain!” titahnya dingin.

Arjuna terkekeh, mengusap hidungnya dengan tangan. Sempat terhengkang, ia kemudian bangkit menatap sang ayah dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. Wajahnya datar, salah satu sudut bibirnya terangkat.

“Urusin aja putra Ayah yang lain!”

Bugh

“Kamu benar-benar membuat Ayah marah Arjuna!”

Belum sempat memberikan bogeman lagi, tubuh pria itu ditahan oleh Pandu juga Rajash yang baru saja datang dan langsung mendengar suara keributan dari dalam rumah. Kedua pria itu menatap ayah juga saudara ketiga mereka dengan pandangan bingung.

“Ada apa ini?” tanya Pandu, “Ayah tolong sabar dulu.”

“Tuh, putra kesayangan Ayah udah pulang. Urusin aja,” sahut Arjuna hendak melangkah pergi dengan terus menahan darah yang keluar dari hidung.

“ARJUNA! KEMBALI KAMU!” teriak Arkana dengan wajah memerah.

Arjuna sendiri sudah tidak peduli. Ia melangkahkan kakinya keluar rumah, lalu menyalakan kran yang ada dihalaman dan membasuh hidungnya hingga bersih. Setelahnya ia langsung menuju garasi dan menaiki motor sport miliknya.

“ARJUNA!” Arkana berjalan keluar, wajahnya masih sama menampilkan amarah yang membara.

Arjuna berdecih. Ia menatap singkat ayah juga kedua abangnya kemudian berlalu dari sana tanpa memberitahukan ia akan kemana.

Karena baginya hidup adalah kebebasan, siapapun tidak berhak mengaturnya.

***

Nathan mengernyitkan dahi, ada apa dengan kakak gadisnya ini? Apa mungkin Arjuna memberikan pesan untuk ke cafe agar hubungan keduanya membaik? Kalau begitu pasti Nathan akan sangat senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan mengernyitkan dahi, ada apa dengan kakak gadisnya ini? Apa mungkin Arjuna memberikan pesan untuk ke cafe agar hubungan keduanya membaik? Kalau begitu pasti Nathan akan sangat senang.

Tanpa memperlambat waktu, ia langsung buru-buru bersiap. Memakai jaket yang tergantung di dinding lalu memakai sepatunya. Mengambil helm tanpa membalas pesan Arjuna.

“Loh, Cupu! Mau kemana kamu? Udah mau magrib lo, Le!” teriak papa berdecak pinggang.

“Bentar doang, Pa. Nanti Nathan langsung balik!”

“OKE PAPA PEGANG OMONGAN KAMU, KALAU ENGGAK AWAS AJA OLA JADI MILIK LEO!”

Nathan berdecih. “Awas aja macem-macem!”

Cowok itu langsung mengendarai motor miliknya meninggalkan garasi dan lekas membelah jalanan. Matahari akan segera tenggelam, bahkan sudah kembali keperaduannya-suara adzan pun lekas berkumandang menandakan waktu magrib telah tiba.

Menarik pedal gasnya hingga melaju dengan kecepatan tinggi, Nathan menyalip motor juga mobil lain yang menghalangi perjalannya, tak peduli bahwa pengendara lainnya lekas marah-marah gara-gara naik motor ugal-ugalan.

Setibanya di Ya Yo Cafe, Nathan memarkirkan kuda besi miliknya kemudian masuk mencari keberadaan kakak ketiga gadisnya.

Mengintari sekitar, ia dibuat bingung. Disini tak ada tanda-tanda kedatangan Arjuna, bahkan batang hidungnya pun tak nampak.

Oke, ia lebih baik menunggu dulu. Memilih tempat yang terpojok dengan cahaya remang-remang dirinya mendaratkan bokong, menyulut rokok lalu membuka handphone dan membalas pesan Arjuna.

Setelahnya ia meletakkan handphone itu, kemudian duduk bersantai.

“Loh, saya belum pesen, Mas!” elaknya kala seorang waiters datang membawakan jus juga cemilan.

“Ini sudah dipesan dari meja ini, Mas.”

Oh oke, Nathan kembali berpikiran positif. Mungkin Arjuna sudah memesankan makanan untuknya. “Oke, thanks.”

Ia kembali bersantai, bosan menunggu dia lekas meminum jus yang dibawa oleh waiters tadi. Memakan cemilan yang ada sambil sesekali menyesap nikotin yang diapit oleh kedua jarinya. Karena belum ada tanda-tanda Arjuna datang, Nathan tiba-tiba merasa kantuk menyerangnya. Padahal ia tadi tidak merasakan ini sama sekali.

Direbahkannya tubuh itu setelah meletakkan rokoknya, ia kemudian memejamkan mata.

Semua kegiatannya itu tidak luput dari pantauan seseorang yang sekarang sudah menyeringai licik.

“Berhasil.”

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang