Chapter 50

963 33 7
                                    

"Bos, kami kehilangan jejak Nona Shopia. Kami sudah mencari disekitaran apartemen tapi nihil, kami tidak bisa menemukannya."

Guntur mendengkus kesal. "Sialan! Kalian mencari satu perempuan saja tidak becus!"

"Maaf Bos, tapi akan kami usahakan!"

"Biarkan saja, tidak usah mencarinya lagi!"

Tut

Nafas Guntur memburu, deru beberapa motor di sirkuit balap liar kali ini sungguh membuat hatinya tambah memanas. Ditambahi dengan masalah Shopia yang kabur, dia semakin kehilangan kendali diri.

Bukan tanpa sebab dirinya menantang Nathan untuk balapan kali ini, dia hanya ingin membuat taruhan siapa menang maka dia yang bisa mendapatkan Viola-itupun dengan catatan, ia akan mengalah dalam balapan ini.

Ya, hal ini dilakukannya agar Nathan kembali mau berjumpa dengan Viola. Sebab Guntur tahu, kalau ia meminta temannya itu kembali dengan bicara baik-baik pasti tidak akan bisa mengingat Nathan yang selalu saja menghindarinya sampai detik ini. Bukan tentang siapa yang menang dan kalah disini, tetapi tentang Guntur yang ingin mengikhlaskan perasaannya.

Dia ingin Viola bahagia, mungkin benar apa yang diucapkan Shopia tempo hari. Melihat orang yang dicinta bahagia bersama orang lain memang menyakitkan, namun itu akan lebih baik daripada orang tersebut terpaksa bersamanya.

Guntur meremas rambutnya. Kini yang menjadi masalah adalah acara kabur-kaburan yang dilakukan oleh adiknya. Ia tahu, sudah pasti tujuan Shopia adalah rumah Arkana. Apalagi tujuannya selain memberikan penjelasan kebenaran atas semua yang terjadi?

Memang sih langkah itu benar. Namun dia tidak ingin salah satu diantaranya akan membenci dirinya, termasuk Nathan. Karena dalam lubuk hati terdalamnya, Guntur masih menanggap Nathan sebagai sahabatnya bahkan lebih mengingat betapa baiknya cowok itu.

"Tur, lo ada masalah? Beneran kali ini lo nantang Nathan buat balapan?" ujar Jaiden menatap heran temannya.

Setelah beberapa hari menghilang, selalu absen saat jam kampus. Tiba-tiba saja Guntur mengabarinya untuk kemari tanpa alasan yang jelas, namun ketika melihat Nathan dirinya langsung paham. Meski, dia sama sekali tidak tau akar permasalahan diantara mereka berdua.

"Guntur?" panggil Jaiden.

Guntur menoleh sekilas, dia mengangguk mantap kemudian melangkah pergi dari sana tanpa sepatah kata.

"Loh Jay, lo disini juga? Ngapain?" tanya David terkejut.

Jaiden menghela napasnya. "Lo tau nggak apa permasalahan mereka berdua?" balasnya balik bertanya seraya menujuk Nathan dengan Guntur yang berada tak jauh dari sana.

David menggeleng. "Gue nggak tau, selama ini gue sibuk having se-"

"Dasar otak selangkangan!"

Jaiden melangkahkan kakinya menuju tempat dimana Nathan berada. Beberapa kali dapat dilihat, temannya itu tampak sedang menahan emosi. "Lo beneran mau balap sama Guntur disaat keadaan lo emosi kaya gini?" cetuknya menepuk bahu temannya.

Nathan mengangguk.

"Tenangin diri lo, nggak baik berkendara dalam keadaan emosi, Jo."

Mengepalkan tangannya kuat, Nathan menatap Jaiden dengan mata memerah. "Gue udah nahan, Jay. Gue udah berusaha ngeikhlasin Ola buat dia, tapi sekarang dia nantang gue balapan dengan Ola sebagai taruhannya," ungkapnya lirih.

"Kenapa nggak lo tolak, Jo? Kenapa lo mau?"

Nathan memandang ke lain arah. "Guntur bilang kalau gue nggak menyanggupi, dia bakalan buat Ola sakit."

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang