Chapter 29

1.1K 19 3
                                    

Papa melangkahkan kakinya dengan cepat segera masuk ke rumah Arkana beserta istri juga Leo yang ada digendongannya, wajah pria itu tampak khawatir juga marah dalam satu waktu. Bahkan asal nylonong masuk begitu saja tanpa menyapa ataupun salam pada tuan rumah.

Setelah mendapat pesan dari Keandra, dirinya langsung gas poll menuju kemari tau apa yang terjadi pada putranya.

“Om, salam dulu ngapa! Yang sopan dong, Om!” ketus Keandra hendak mengambil ice cream pisang dikulkas. Matanya menangkap Dewa memasuki rumah dengan langkah cepat asal masuk begitu saja tanpa tau malu.

“Bacot!” Dewa mengacungkan jari tengahnya seraya menjulurkan lidah.

“Anjing, nggak tau terimakasih!”

Mengabaikan koar-koaran dari si konyol, Dewa melangkahkan kakinya menuju tangga. “Nathan ada di kamar tamu bawah, Om. Sebelah kamarnya Viola, ” tunjuk Kalandra menyengir.

“Kenapa ga bilang dari tadi?”

“MAKANYA SAPA DULU YANG PUNYA RUMAH!” teriak Keandra tertawa ngakak.

Tanpa berkata apapun, Dewa langsung melepaskan sepatu yang dipakai Leo. Kemudian melemparkannya pada Keandra yang tepatnya mengenai kepala cowok itu. “Rasain tuh bocah! Lagian yang punya rumah Arka, bukan loe!”

Keandra mengaduh, mengusap kepalanya. Huft, kalau bukan karena itu calon mertua adiknya sudah pasti dia akan geprek sampai penyet. Sekarang yang bisa dilakukannya hanya misuh-misuh tak jelas dalam hati.

Brak

Pintu kamar tamu dibuka paksa oleh Dewa, setengah mendobrak lalu ditatap cengo oleh mereka yang ada di dalam yang tak lain adalah Rajash, Pandu, Viola berserta Arkana dan istrinya.

“Hosh, anjing capek banget!” keluhnya mengusap peluh, sudah capek dapat tekanan dari Keandra tadi sepertinya.

“Istirahat dulu, Om. Nathan juga belum bangun, dia mabuk berat,” kata Pandu.

Rara menghampiri putranya, duduk diranjang dekat dengan Gendhis. “Kok bisa kaya gini?” tanyanya, muka cantik miliknya terlihat sedih sekali.

Tanpa berkata apapun, Rajash bangkit dari duduknya lantas menghampiri Rara dan mengambil Leo dari gendongan wanita itu. Membawa bocil itu menjauh, disusul dengan Pandu yang juga keluar dari sana.

Tak berapa lama dari itu Keandra datang, ia menjilati es cream pisang ditangannya. Menatap semua orang diruangan yang hanya berdiam diri. “Ayah mau es krim ngga?” tanyanya asal.

Arkana bangkit dari duduknya, mengangguk singkat dan mencomot ice cream milik Keandra. Melahapnya sekaligus seraya tersenyum, menepuk pundak putranya seraya berujar, “Thanks, kamu emang yang paling ngertiin Ayah.”

BAJING-

Keandra menghentak-hentakkan kaki. Bibirnya mengerucut. “Maksud Sadewa itu Ayah ambil sendiri dikulkas! Ihh dasar tukang comot!” cibirnya.

Rara yang sempat menangis malah sekarang tertawa melihat interaksi antara anak juga ayahnya itu. Moodnya seketika membaik. “Kak Gendhis, aku mau liat koleksi daster yang itu dong yang Kakak rekomendasiin ke aku itu,” ungkapnya tiba-tiba berbinar.

Gendhis tertawa, tak ayal dari itu ia mengangguk. Kedua ibu-ibu itu menarik lengan Viola dan melenggang pergi begitu saja.

“Gimana caranya bikin orang sadar pas mabuk, Dew?” tanya Arkana mengabaikan putranya yang masih memasang wajah memelas.

Dewa mendekat, ia menatap Nathan yang masih terbaring dengan mata menyipit. Tangannya mengambil segelas air yang ada di nakas dekat ranjang, lalu tanpa aba-aba ia menyiramkannya pada wajah putranya. “BANGUN LO CUPU!”

“Anjir, Om! Bikin kaget aja,” sela Keandra mengusap dadanya. Menatap miris ke arah Nathan yang sekarang wajahnya sudah basah kuyup oleh air yang diguyurkan papa.

Arkana menoyor kepala Dewa. “Lo yang bener aja, ogeb! Bukannya bangun malah bikin dia masuk angin, dasar goblok!” hardiknya.

Dewa beracak pinggang. Menatap sengit ke depan. “Biasa aja dong! Nyolot banget sih lo jadi orang!” balasnya.

Arkana melotot.

“Pftt-apa? Lo kira dengan gitu gue takut sama lo?” kekeh Dewa menahan tawa, “Bukaannya nakutin lo malah bikin gue ngaceng anjrit!”

Keandra membelalakkan mata. NGACE-

Dugh

“Ngakak kenceng, bukan yang lain! Dasar omes!”

Oke gapapa, Keandra mengusap dahinya. Tadi sudah dilempari sepatu sekarang dijitak nanti apalagi? Hadeh, dasar papanya Nathan ini memang labil sekali seperti remaja gadis yang sedang PMS.

“Lo berani sama gue, njir?!” tantang Arkana menggulung kemeja yang dipakainya.

Dewa mengangkat dagu angkuh, masih beracak pinggang seraya berlagak jagoan. “Apaan yang perlu ditakutin, badan lo krempeng gue senggol juga ambruk, cuih.”

Keandra menutup mulut. “Bwah-”

“Heh, kamu bocil jangan ikut campur!” tegur Arkana, “Ini urusan orang dewasa.”

Sebenarnya disini yang dewasa siapa? Oke Keandra, lo harus bisa calm dan cool. Oke.

“Trus cara biar dia siuman gimana, anjir?!”

“Lo gatau?” tanya Arkana.

Dewa menggeleng.

“Sama gue juga nggak tau.”

“Bangsat, kocak banget ini dua bapack-bapack!” Keandra tertawa hingga guling-guling dilantai. Menatap kedua pria dewasa itu dengan mata berair karena tawanya terlalu menghayati.

Dewa dan Arkana saling pandang, lantas mereka mendekat ke arah Keandra. Membantunya bangkit dan-

“ARGH ANJING, SAKIT BEGO!” ringis Keandra merasakan rambutnya seakan tercabut dari kepala gara-gara Dewa juga ayahnya menarik rambutnya kuat-kuat.

“Rasain, berisik aja sih!” jawab Dewa tertawa.

“ARGH TOLOL, BUNDA TANTE RARA TOLONG! TOLONG SLAMETIN SADEWA DARI DUA MONYET INI, ARGHH TOLONGGG!”

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang