Chapter 45

1.1K 28 4
                                        

"Sayang, makan dulu yuk dari pagi kamu belum makan. Sekarang makan ya, bukain pintu Abang masuk boleh?" sekiranya kalimat seperti itulah yang sedari pagi tak lelah diulang oleh Rajash beserta yang lain, tujuannya sama-untuk membujuk adik mereka yang mendadak mogok makan bahkan mengunci diri dalam kamarnya.

Dalam kamarnya, Viola hanya merenung menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong. Beberapa jam duduk menekuk lutut nyatanya tak membuat punggung si gadis pegal, malahan sekarang ia seperti malas untuk beranjak dadi posisi itu.

Peristiwa kemarin cukup mengejutkan, pasalnya ia belum mau membuka hati lagi dimana setelah dirinya tau perilaku si kekasih seperti itu, meski pada kenyataannya dia tak sepenuhnya percaya.

Beberapa tahun bersama Nathan, sudah pasti membuat Viola hafal akan tingkah laku, juga sifatnya.

Dalam secuil harapannya, ini semua hanyalah bunga tidur yang sebentar lagi akan berganti menjadi kabar membahagiakan akan tetapi semua ini nyata. Bayangan hari-hari bahagia bersama si kekasih mendadak menguap begitu saja dari otaknya. Padahal mungkin jika bisa terjadi, kemarin adalah hari yang penting dimana Nathan akan mengucapkan ijab kobul dan dirinya akan sah menjadi seorang istri.

Mata Viola berair. Jikalau kemarin Nathan datang untuk mencegah acara itu, kenapa? Kenapa cowok itu malah menyerah begitu saja, menyerahkannya pada Guntur yang sosoknya saja asing bagi dirinya?

Mengapa Nathan menyerah begitu saja?

Meski sudah dikecewakan oleh isu pengkhianatan, hati Viola masih sepenuhnya milik cowok itu. Bahkan untuk berpaling sejenak saja rasanya sulit. Sungguh, ini adalah definisi sakit bersamanya tetapi tanpanya akan lebih sakit.

Mengusap bulir bening yang menetes, Viola menghela napas. Apa masih ada gunanya dia mengharapkan cowok pesimis seperti Nathan?

Tak bisa dipungkiri, rasa sayang rindu dan cinta masih terpatri jelas untuk Nathan.

Dalam kata lain,

Viola masih ingin Nathan memperjuangkannya.

Viola masih ingin Nathan terus bersamanya, menemaninya kemana-mana.

Viola masih ingin tertawa bersama Nathan.

Viola masih ingin mengukir kenangan-kenangan indah yang lain bersama Nathan.

Viola juga sangat ingin menjadi ibu dari anak-anak Nathan nantinya.

Apa? Apakah itu semua masih bisa dikabulkan?

Viola mendongakkan kepala, menghalau air mata yang bersiap terjun membasahi pipinya. Tak sengaja, satu tangannya meraba sebuah cincin yang terpasang dijari manisnya pelan.

Benarkah keputusan yang dia ambil ini?

Ya, gadis itu menerima lamaran dari anak rekan kerja Arkana. Yang notabenya adalah sahabat dari Nathan itu sendiri.

Yang ada dipikirannya kemarin, Nathan akan datang membawanya pergi menjauh dari semua masalah pelik ini kemudian menjadikannya ratu satu-satunya disebuah istana kecil yang akan mereka bangun dengan buah hati mereka nanti.

Tetapi nihil.

Viola tertawa lirih. Kenapa pula dia harus memikirkan cowok brengsek itu lagi? Padahal sudah jelas kelihatan seberapa brengseknya Nathan, bukan?

Buktinya saja dia langsung menyerahkannya pada Guntur tanpa adanya perlawanan, lalu Nathan akan membangun keluarga bersama wanita yang ditidurinya? Haha, Viola juga bisa melakukan itu.

"Sayang, buka pintunya!"

"Atau Abang akan dobrak!"

Tubuh Viola menegang, lalu meraba samping tempat tidurnya mencari dimana tongkat yang biasa ia pakai. Baiklah dia akan mencoba berdamai dengan semua ini, mulai dari pendonoran kornea mata yang gagal hingga pernikahannya sendiri yang sudah benar-benar hancur.

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang