Chapter 43

1K 29 3
                                        

Para tamu menempatkan dirinya dikursi yang sudah tersedia. Berbagai hidangan tersaji diatas meja dengan tatanan rapi.

Acara akan segera dimulai dengan pembukaan dari si tuan rumah, dilanjut dengan inti dari acara ini diadakan lalu terakhir yaitu penutup. Sesuai rencana, jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan semua telah siap.

"Baik, terimakasih atas kehadiran bapak-ibuk semua. Pertama saya ucapkan maaf yang sebesar-besarnya karena acara ini mungkin terlalu mendadak. Dibalik semua yang telah dirancang, tetap Tuhan yang akan menentukan kedepannya. Saya mohon untuk semua yang hadir, menikmati acara ini dengan hikmat juga tidak mencela karena ini akan menjadi hari penting dari putri semata wayang saya."

Arkana memandang ke arah dimana Viola berada, matanya sendu menahan tangis yang hendak keluar. Entah apakah jalan ini sudah benar atau belum, yang ia yakini semua ini demi kebahagiaan putrinya.

"Karena semua sudah siap, maka acara akan segera dimulai."

Mendadak suasana hening, terkesan terlalu mewah untuk sekedar acara lamaran. Memang berlebihan mungkin, tetapi bagi Arkana ini hanya hal kecil yang dapat ia lakukan untuk Viola.

Acara bersambung dengan makan-makan. Dimeja para tamu yang tidak banyak, tersaji makanan khas Indonesia. Mulai dari rendang, opor ayam, ketupat pun ada, ayam bakar dan yang lain.

"Viola makan dulu yuk, gausa gugup ya ... santai," ajak Keandra menuntun sang adik menuju meja.

"Nggak, Kak. Aku masi kenyang."

Rajash menunduk sedih, apa katanya? Kenyang? Bahkan sedari kemarin pun Viola hanya makan tiga sendok itupun hanya nasi saja. Nafsu makan gadis itu menurun drastis, bahkan yang biasanya selalu mengambil cemilan dikamarnya pun sekarang tak pernah lagi.

"Ayo dong, makan sedikit aja. Dari kemarin kamu belum makan loh," sela Kalandra mencoba membujuk.

Viola menggeleng lemah.

Memberikan tanda agar berhenti, Rajash beranjak memeluk adiknya. Tangisnya seketika pecah, beberapa kali ia menepuk punggung Viola pelan. "Jangan gini sayang, kamu kekuatan Abang. Makan ya dikit aja," ucapnya lembut.

Mendengar nada sedih dari si sulung, bungsu akhirnya menurut. Disuapi oleh Keandra menggunakan sup kesukaannya.

Setelah tiga sendok, dia mengatakan kenyang. Oke baiklah, tak apa-apa asalkan sudah ada nasi diperutnya.

Tak berapa lama, suara langkah kaki mendekat. Beberapa orang sempat menoleh ke arah pintu utama dimana ada seorang cowok yang didampingi oleh orang tuanya menggunakan jas yang menambah karisma dalam dirinya.

"Hei bro, apa kabar?"

Rajash bangkit dari duduknya. "Baik, Go. Lo sendiri gimana?" tanyanya.

"Anjay Zargo, lo udah gede ya sekarang?" cetuk Keandra terpukau, "Makin ganteng aja lo, padahal dulu masi ingusan."

"Diem lo, bacot!"

"Eh, halo Om Rion ... pa kabar, Om? Makin ganteng aja nih," sapa Keandra menoleh ke arah samping dengan jahil dimana seorang pria paruh baya berwibawa sedang menatapnya.

Arion tersenyum. "Tak kira kamu sudah lupa sama Om, Sadew," kekehnya lirih.

"Halah, Om Rion aja yang lupa sama Sadewa. Iya, kan? Buktinya ada acara nikahan kaga ngundang, huu," cibir Keandra menjulurkan lidah.

Zargo tertawa. "Anjir, ternyata lo masih ngambekan kaya dulu ya? Kek bocil aja sih," selanya.

"Dimana adik lo, Zar?" Pandu berucap.

"Bentar, biasa ngaret banget dia tuh."

Arkana menghampiri mereka, pria itu menatap sahabat sekaligus kolega bisnisnya tersenyum. Kemudian bersalaman ala laki-laki. "Nggak ada kabar, tiba-tiba udah mau jodohin anak aja ya, Yon!" ungkap Arkana.

"Iya, by the way mana sih Viola?"

Kalandra membantu adiknya berdiri. "Nih, Om. Viola udah tumbuh jadi cewek yang cantik banget, kan? Cocok lah jadi mantu Om Rion," tawanya lirih.

"Halo, Om." Nada bicara Viola kaku.

Arion tersenyum tipis. "Iya, cantik banget ya kaya mamanya-Zargo, tolong hubungin adikmu suruh cepat kesini. Acara sudah mau dimulai!" perintahnya tegas.

Pria yang disuruh itu menurut.

"Oh ya, kenalin ini Ratih istri saya," pungkas Arion memperkenalkan istrinya yang sedari tadi menunduk.

"Salam kenal Tante Ratih," balas Viola sopan.

Zargo melangkah bersama seorang cowok disampingnya menggunakan jas yang serasi warnanya seperti gaun yang dipakai Viola. "Nih orangnya dah dateng, ayo bisa dimulai ... "

Semua hening. Pembicaraan serius mengenai perjodohan keduanya akan segera dimulai. "Jadi, kehadiran saya dan keluarga disini adalah memenuhi perjanjian yang saya juga Arkana buat untuk menjodohkan putra kedua saya dengan putrinya. Mengenai kelanjutannya, saya serahkan semua pada Nak Viola untuk memberikan jawaban," katanya pelan.

Gendhis tersenyum, ia mengusap pundak Viola.

"Karena keluarga kami sudah saling mengenal, bahkan bisa dianggap kerabat tentu saja ini bukan hal yang sulit."

Zargo menyenggol lengan adiknya.

"Saya, berniat untuk melamar putri Bapak Arkana untuk menjadi pendamping hidup saya nantinya," ucapnya terbata.

"Bagimana? Semua keputusan tergantung Nak Viola," ungkap Arion.

Keadaan menjadi hening, Viola belum juga ada niatan untuk membuka mulut memberikan jawaban. Padahal disekelilingnya semua orang sedang menanti jawaban itu.

"Saya ber-"

Brak

Ucapan Viola terhenti, diseberang sana Nathan menubruk beberapa meja diikuti oleh Dewa yang berusaha menahan cowok itu.

"Nathan stop! Jangan hancurin acara putri Papa!" bentak Dewa dengan sorot mata kecewa.

"Bajingan! Stop!"

Sesampainya didekat acara dilaksanakan, tubuh Nathan kaku. Matanya menatap ke arah depan dengan kosong. Melihat sesosok yang dikenalnya tengah duduk berhadapan dengan gadisnya.

Apa? Apa maksudnya semua ini?

"Guntur?"

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang