Hari beranjak siang, matahari menyinari bumi dengan sinar menyengatnya-tak membuat pasangan ini menyerah, setelah selesai melakukan foto prewedding pertama yang bertemakan suasana danau-mereka berlanjut untuk berjalan-jalan sejenak.
Tentunya bukan hanya mereka berdua, ada lima orang cowok yang usianya sudah matang menikah mendampingi keduanya. Sebenarnya Nathan tak mau, tapi jika mereka tak dijinkan ikut otomatis gadisnya juga tak boleh. Tak apalah, anggap berlibur bersama.
“Mau kemana nih? Mending kita ke resto jepang aja deh makan sushi, pengen gue,” tutur Keandra memecah keheningan yang ada dimobil.
Arjuna mendengkus. “Ngidam lo?”
“Njir, punya calon aja belum udah ngidam!” kekeh Kalandra.
“Kali aja lo hamidun,” balas Arjuna singkat.
Keandra menatap sengit kakaknya. “Aku lanang lho, Mas!”
Pandu berdecak, ketiga adiknya ini kalau sudah bersama akan terus membuat suasana berisik pastinya. “Mau kemana, Nath?” tanyanya lirih.
“Ke pelaminan.”
“Ngapain bego?!” heboh Keandra berteriak.
“Nikah.”
“Sama siapa lo?”
“Ola.”
“Bang Raja lihat Bang! Nathan seenak jidat mau nikahin Viola, Bang!” rengek Keandra menoel-noel pipi Rajash.
Arjune berdecih singkat. Ditatapnya ke samping, dimana Nathan sedang mengendarai mobil yang mereka bawa dengan laju sedang. “Gausa gaya-gayaan mau nikalin adik gue, lo kerja aja belum mau dikasih makan apa Viola?” tantangnya.
“Nathan udah megang 50% saham Om Dewa, Arjuna. Bahkan dia udah dapet dari Ayah juga, kalau nggak salah 45%an lah, gue denger-denger sih,” sahut Pandu tenang.
Keandra sontak mencak-mencak di jok belakang. “ANJIRR YANG BENER LO, BANG?!”
Pandu mengangguk.
“ANJIR ANJIR AYAH GIMANA SIH, GUE AJA SEBAGAI ANAKNYA NGGAK DIKASI APA-APA NYING!”
Arjuna menimpali, “Lo nggak ada bakat sih, makanya idup tuh ada tujuan bukan cuma jadi jones seumur hidup!”
“Bang Raja, denger Bang! Arjuna dari tadi ngejekin Sadewa mulu, Bang!” adunya dengan tampang sok imut.
Tanpa menghiraukan ketiga kakak gadisnya yang berisik, berceloteh tidak jelas Nathan memilih melajukan mobilnya menuju jalan pulang. Lagian yakali ngedate malah bawa segini banyak orang, nggak banget!
“Loh, kok pulang?” Keandra mengkerutkan kening.
Hening, semua diam.
Sepuluh menit, mereka telah sampai. Nathan langsung keluar, membuka pintu tengah dan menuntun gadisnya kerumah tanpa prakata ke kelima saudara gadisnya.
“Njir, nggak ada sopan santunnya!” cibir Keandra bersedekap dada.
Arjuna melewatinya santai. “Ngaca dulu, maap.”
Berlanjut setelah sampai diruanh tengah, Nathan bersuara, “Ola, mau apa hm?” tanyanya.
Gadisnya tersenyum. “Kita ke kolam ikan sebelah rumah yuk!” ajaknya semangat.
Dengan segera, dituntunnya lagi sang gadis berjalan pelan ke arah samping rumah tempat kecil yang ada kolam ikan kecil disana. Ikan emas, nila, dan beberapa lainnya pun memenuhi kolam sederhana itu.
Mengingat dulu, kolam itu dibuat olehnya bersama gadisnya juga. Itupun harus dengan melawan juga mendengarkan ceramah Keandra, hadeh cowok itu memang sangat riweh. Katanya gadis itu ingin besok jika sudah bisa melihat lagi, ia berkeinginan melihat ikan kecil-kecil yang warna-warni.
“Ikannya udah agak gede, Ola. Umm, mungkin seukuran dua jari,” ujar Nathan, menuntun gadisnya duduk dipinggiram kolam.
Gadis itu tersenyum. “Bentar lagi pasti aku bisa ngeliat mereka, sama ngeliat kamu lagi Nathan! Aku nggak sabar banget, mereka juga pasti nggak sabar ya?”
“Iya, mereka ga sabar kamu ngeliat mereka dan ngurus mereka.”
Viola meletakkan kepalanya pada bahu kekasihnya. “Kapan ya Nathan waktu itu akan tiba? Aku udah ketakutan banget rasanya, takut kamu pergi ninggalin aku tiba-tiba.”
Nathan mengusap pipi gadisnya. Pandangan cowok itu masih memandang dasar kolam, air jernih membuatnya bisa melihat ke dalam. “Nggak akan ada yang ninggalin kamu sayang, aku disamping kamu terus. Aku akan sabar nunggu sampai penglihatan kamu kembali,” tuturnya lembut.
“Besok kalau udah bisa ngeliat, aku akan langsung nikah sama kamu Nathan. Pasti kamu juga uda gak sabar kan akan moment itu?”
Mata cowok itu mendadak memanas. Dielusnya surai gadisnya dengan lembut. “Kalau hal itu menyangkut kamu, pasti aku ga sabar sayang. Selama ini aku sabar karena i really love you, dan akan seterusnya begitu.”
“Aku sayang banget sama kamu, Nathan. Aku gasabar mau lihat wajahmu lagi!”
Dibalik pintu, dekat jendela yang kebetulan mengarah ke kolam ada beberapa orang yang menguping pembicaraan keduanya. Mereka semua saling pandang dengan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Jugendliteratur"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...