HAI, JUMPA LAGI SAMA SAYA.
THANKS YA BUAT YANG MASIH STAY NUNGGUIN UPDATE, SORRY RADA TELAT SOALNYA BANYAK TUGAS DI SCHOOL😭HAPPY READING
Dengan perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina matanya, Nathan berusaha menggerakkan tubuhnya yang terasa sakit terutama dibagian pinggang sebelah kiri. Sedikit mengeluarkan ringisan pelan, netranya lekas mengintari ruangan asing dengan bau obat-obatan menyeruak di hidung.
Otaknya kemudian mulai memproses apa yang sudah terjadi sampai akhirnya dia tiba ditempat ini. Kala ingatannya kembali, mata Nathan terbelalak dirinya tergesa hendak bangun memaksakan badannya, mengabaikan rasa nyeri yang kembali mendera.
"Jangan bangun dulu sayang, jangan banyak gerak. Lukamu itu masih baru!" tegur sang mama memerintahnya agar kembali berbaring.
Nathan menggeleng. Dia harus pergi, dia ingin melihat keadaan Guntur!
Saat rasa sakitnya berkurang, jua sang mama yang sibuk memegang ponsel-mungkin hendak menghubungi seseorang-Nathan kembali beraksi, dia bahkan tak segan menarik paksa selang infus pada punggung tangannya, kemudian berdiri walau sempoyongan dengan tangan senantiasa menekan lukanya.
"Nathan! Kamu mau kemana?!" teriak sang mama yang tentu saja diabaikan olehnya.
Pakaiannya kembali ternoda akan darah yang keluar dari jaitan lukanya. Nathan menghembuskan napasnya lelah, ia harus kuat! Ia harus bisa melihat keadaan sahabatnya!
Setengah berlari, dirinya hafal betul kalau ini adalah rumah sakit tempat yang sama, Guntur dirawat disini. Memilih mengabaikan teriakan-teriakan dibelakang, seraya terus berdecak menahan sakit dipinggangnya ia berusaha terus berjalan.
Darah yang keluar ternyata tidak sedikit, bahkan sekarang sudah merembes dan menetes mengotori sepanjang lantai yang dilaluinya. Namun Nathan, ia tak peduli.
Tibanya di depan pintu dimana ruangan Guntur dirawat, Nathan langsung masuk begitu saja. Netranya memandang sekeliling, ruangan ini kosong. Bahkan seorang suster sudah merapikan ranjang yang ditempati oleh sahabatnya.
Menahan air matanya yang hendak meluruh, Nathan mengeluarkan sepatah kalimat, "Sus, pasien Guntur dibawa kemana ya?"
Suster yang sedari tadi sibuk melipat selimut menoleh, memutar badan memandangi Nathan dengan pandangan kaget. "Lukamu ..."
"Dimana Guntur?" ulang Nathan tegas.
"Pasien diruangan ini sudah dikebumikan satu jam yang-"
Nathan berlari dengan kaki telanjang, matanya memerah terus mengeluarkan bulir-bulir bening. Dadanya terasa sangat sesak. Tidak mungkin, kan Guntur pergi meninggalkannya?
Bukannya Guntur bilang akan mengungkap semua kebenaran ini bersamanya?
Diujung lorong rumah sakit, tepat dibelakang Nathan si kembar berusaha menyeimbangi langkahnya. Bisa dilihat, Nathan kehilangan kendali diri. Dia mengamuk disepanjang lorong, membanting beberapa pot bunga juga memecahkan kaca dengan tangan kosongnya.
Keadaannya kini tak karuan. Baju yang dipakainya sudah penuh akan noda darah, bahkan dari hidungnya pun mengalir cairan merah. Tak lupa dengan luka dibuku-buku tangannya akibat membogem kaca hingga pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...