Chapter 32

1.2K 38 6
                                        

Hari-hari sudah Nathan lewati walaupun dengan malas-malasan juga tak ada semangat untuk semua kegiatan, contohnya saat dikampus dosen mengajar dirinya malah memasang headphone ditelinga mendengarkan musik dj dengan volume yang keras hingga tak mendengarkan penjelasan dosennya, ditambah dengan menelungkupkan kepala lalu tidur.

Selepas ngampus pun, dia tak langsung pulang yakni melampiaskan apa yang dirasanya melalui mabuk ataupun menyesap batang nikotin paling tidak sehari satu bungkus. Katakan saja dia gila, memang dirinya gila karena belum bisa bertemu dengan gadisnya ditambah semua orang masih belum mempercayainya.

Semenjak kejadian itu, Nathan tidak pernah lagi sparing basket. Ia seakan membatasi diri untuk berinteraksi dengan hal luar termasuk kawannya sendiri, memilih sendirian ditempat sepi untuk merenungkan semuanya.

Seperti sekarang ini, cowok itu melangkahkan kakinya menuju tepi danau yang sudah mulai sepi. Ya bagaimana tidak sepi, hari sudah mau berganti malam tetapi ia belum ada niat untuk pulang. Malas, apalagi berhadapan dengan papanya.

Sembari membawa gitarnya, ia mendudukan bokong diatas rerumputan seraya memandang cekungan yang berisi air itu sendu. Biasanya ia akan kesini bersama gadisnya, tetapi dia selalu sendirian sekarang.

Melemparkan batu asal, ia menghela napasnya lelah. Tertawa getir kemudian berganti datar lagi.

Setelah lelah, Nathan memilih memetik gitarnya hendak menciptakan alunan merdu dari sana. Setidaknya dengan menyanyi, hatinya akan menjadi sedikit lega.

Suaranya pun mulai terdengar.

♬♬
Dari kejauhan, tergambar cerita tentang kita
Terpisah jarak dan waktu
Ingin kuungkapkan rindu lewat kata indah
Tak cukup untuk dirimu


Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata
Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu


Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana, tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup bersamamu

Jika hari kulalui tanpa hawamu
Percuma senyumku dengan dia, oh
Dan apabila tak bersamamu
Kupastikan kujalani dunia tak seindah kemarin
Sederhana, tertawamu sudah cukup
Lengkapi sempurnanya hidup-

Drt drtt
Drt drtt

Nyanyian itu sontak terhenti, Nathan menatap malas ponselnya yang bergetar dengan layar menampilkan sebuah nama yang membuat dirinya berdecak kesal. Ada apa sih papanya telfon? Cuma mau marah-marah lagi?

Dirinya diam, hanya memandangi seraya menimang apakah harus ia terima atau ia biarkan saja hingga diam sendiri?

Drt drtt
Drt drtt

Menghembuskan napasnya, ia menetralkan amarah kemudian meraih ponsel itu lalu menerima panggilan papanya.

“Ck, halo ada ap-”

“THOLE CEPETAN PULANG, VIOLA-”

Tut

Nathan langsung bergegas, terburu-buru. Pikirannya sudha dipenuhi oleh hal-hal buruk yang akan terjadi.

“Tunggu aku, Ola.”

***

Brak

“OLA! KAMU DIMANA?!”

Nathan langsung menendang kasar pintu utama dirumah Arkana, ia seperti orang kesetanan berlarian kesana kemari mencari gadisnya. Setelah dikabari oleh papa tadi ia langsung kesini takut ada apa-apa.

Tetapi kenapa keadaan rumah ini sepi sekali? Kemana semua orang? Mana gelap sekali lagi, cowok itu melangkahkan kaki hendak menuju ruang tamu. Matanya menatap sekitar dengan was-was.

“OLA!”

Panggilnya mengeraskan suara.

Pomm

Duagh

“HAPPY BIRTHDAY NATHAN!”

Nathan jatuh terjengkang, terkejut karena tiba-tiba ada suara nyaring. Matanya membola menatap semua orang yang kini sudah bertepuk tangan seraya menyanyikan lagu ulang tahun, ia mengedipkan mata mengapa?

“WOI ANJENG BANGUN!” teriak Keandra.

Nathan menatap Keandra heran, cowok itu sudah rapi menggunakan jas-keempat kakak gadisnya juga sama. Disana juga ada papa dan mama serta Leo, jangan lupakan Arkana juga Gendhis. Oh ya dan teman-teman sekampusnya yang lain?

“Happy b'day bro,” ungkap Jaiden menepuk bahunya.

“Siapa yang ulang tahun?”

Dewa tertawa, mendekati putranya. Melihat hal itu Nathan malah agak menjaga jarak, ia sedikit trauma kalau-kalau papa mendadak memberinya bogeman atau yang lain. Sudah cukup dua mingguan ini badannya remuk. “Papa mau ngapain?”

Tanpa disangka, papa memeluknya erat. Menangis haru dengan suara bergetar, “Selamat ulang tahun putra Papa, maafin Papa ya.”

Nathan melepas pelukan itu paksa. “Maksud Papa, Papa udah nggak marah sama Nathan?”

“Gimana bisa Papa marah sama kamu lama-lama Nathan?”

Mata Nathan mendadak memanas, ia tersenyum ceria. Memeluk papanya lagi lebih erat.

“Selamat ulang tahun kesayangan Mama,” timpal Rara mendekat, lalu ikut berpelukan dengan anak juga suaminya.

“Papa beneran udah nggak marah? Soal kampus itu-”

Dewa menggelengkan kepalanya, mata pria itu sudah berair. “Mana ada, lanjutin aja! Buat kekacauan lagi dikampus, haha ... Papa mu ini kaya, kamu tenang aja!” katanya tertawa.

Nathan sontak benar-benar menangis. “Makasih, Pa.”

“Nathan,” panggil Arkana.

“Iya, Yah?”

“Selamat bertambah usia ya, jagain putri Ayah lebih baik lagi. Jangan sakitin dia, Ayah udah percaya 100% ke kamu. Ayah dan semua yang disini udah maafin kamu, kita percaya kalau yang kemarin memang murni ketidaksengajaan,” balas Arkana menepuk pundak Nathan.

Nathan tambah menangis. “Makasih Yah, makasih uda ngasih kepercayaan yang besar ini.” Cowok itu bersujud tetapi dihentikan oleh Arkana.

“Nathan! Anjir lo jangan cengeng, gue pengen nangis rasanya kalau liat lo kayak gembel dikampus anjrit!” kekeh David.

Menghiraukan temannya, Nathan menatap orang tua juga Arkana dan Gendhis bergantian. “Ola dimana?”

Keempatnya menyingkir, disana gadisnya tampak anggun menggunakan gaun berwarna putih. Nathan sontak berjalan cepat menghampiri gadisnya. Menggenggam tangan mungil itu lembut.

“Nathan?”

Yes, baby?”

Viola tampak tersenyum. “Happy birthday my world. Can't describe how much i love you. Semoga di level up today kamu bisa menggapai apa yang kamu mau, yaa? Dan bisa jadi apa aja yang kamu harapkan. Be better dan just be yourself semoga wish kamu terkabul yaa. You're shining especially bright today, happy birthday sayang,” ungkapnya.

Nathan tambah nangis kejer. Dirinya baper, mleyot ANJ-

“Nathan kamu denger, kan?”

Tak menjawab, cowok itu memeluk Viola erat. Menangis disana meluapkan kerinduan yang selama ditahannya. “Makasih sayang, makasih banyak ya. Tetep sayangin aku ya? Maafin kesalahan aku ya?”

“Aku udah maafin kamu, Nathan.”

BAJING-GEMESH BANGET AAAAAAAA, PENGEN MAKAN PIPINYA HIKS!

Saat Nathan hendak mendekatkan bibirnya pada pipi gadis itu, suara papa menggelegar.

“NATHAN! BERANI MACEM-MACEM SAMA OLA, PAPA HUKUM LAGI KAMU! JANGAN CIUM-CIUM!”

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang