Chapter 40

1.1K 22 1
                                        

Ting Tong
Ting Tong

"Anjir, siapa yang dateng tengah malem gini sih?!" Keandra mengomel tidak jelas sembari menghentakkan kakinya pada lantai.

Dengan malas juga niat setengah-setengah, bahkan kala ini matanya masih sembab dengan sedikit air tersisa dipelupuk netra-Viola gagal operasi, kornea mata yang didonorkan tidak bisa diambil gara-gara penyakit yang diderita oleh si pendonor-tentu saja itulah yang membuat dia menangis sampai guling-guling dilantai rumah sakit tadi.

Tadi, Viola terpaksa disuntikkan obat tidur agar dia bisa tenang dan sekarang ini gadis itu sedang tertidur didalam kamarnya.

Kabar ini tentu saja memukul semua anggota keluarga, tak terkecuali Dewa dan Rara sekalipun. Arkana bahkan sempat berpikir hendak menuntut ini ke ranah hukum, tapi apalah gunanya. Mungkin ini memang jalan terbaik yang ditunjukkan oleh-Nya.

Rajash sempat mengamuk dirumah sakit, membanting beberapa vas bunga yang ada diruang inap adiknya. Sementara Pandu terus memohon pada sang dokter bahwa masih akan ada kan untuk pendonor lain? Kalandra sendiri tidak sepenuhnya percaya ini akan dialami oleh Viola, dia sudah membayangkan hal-hal bahagia saat adiknya bisa melihat nanti walau cuma remang-remang.

Back to topic

"Gabut banget namu tengah malem, gatau apa orang lagi sedih malah dibuat bangun buat ga jelas gini. Eh tapi, itu manusia apa bukan ya?" Keandra lekas berpikir ulang.

"Kalau bukan manusia, bisa jadi suster ngesot njir!"

Berjalan hendak kembali menaiki tangga menuju kamar, dia takut. Semua lampu rumah sudah dimatikan, bahkan kini sepi tak berpenghuni karena semua anggota keluarga sudah lelap dalam mimpinya. Keandra sendiri niatnya ingin mengambil sekaleng soda untuk ia minum eh malah berakhir mendengar bel rumah berbunyi.

"Bukain ga ya? Tapi takut nanti dimakan njir!"

Baru satu langkah ia akan menaiki tangga, derit pintu berbunyi membuat dia kembali merinding. "ANJIRRR, APAAN ITU BANGSAT!"

"Sadewa, kamu ngapain jam segini belum tidur?" tanya Arkana muncul dari kegelapan, pria itu lalu menghidupkan saklar lampu diruangan untuk melihat apa yang ada disana.

Diam-diam, Keandra mengusap dadanya pelan. Ia bisa bernapas lega sekarang, berarti derit pintu tadi itu ayah bukan makhluk lain yang seperti dia pikirkan.

"Sadewa?"

"Tadi ngambil soda, Yah. Btw, itu ada yang mencet bel berkali-kali," kata Keandra.

Arkana mengkerutkan kening. "Jam segini ada tamu? Yang bener aja, terus kenapa kamu nggak bukain?"

"Ngeri, Yah. Takut itu makhluk dari dunia lain."

"Ngaco kamu, ayo temenin Ayah buat buka!" ajak Arkana menarik lengan Keandra.

Kedua ayah dan anak itu menuju pintu utama, dengan kaki gemetaran mereka berjalan bergandengan saling memberanikan diri masing-masing.

"Ngapain, Yah?"

"DANC-"

"ANYINGG BANG RAJA LO NGAPAIN JANGAN NGAGETIN ANJIRR!" pekik Keandra kaget.

Tuk

"Alay banget sih lo, pelanin tu suara. Kasihan Bunda lagi istirahat," sela Kalandra muncul dibelakang Rajash.

Rajash memandang aneh kedua orang yang gemetaran takut, dia melirik ke arah jam dinding yang sudah menujukkan pukul 12 kurang sepuluh menit. Lagian mereka ngapain sih? Sudah tengah malam bukannya tidur malah keluyuran seperti tuyul. "Lagian Ayah mau ngapain?"

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang