Chapter 37

855 16 0
                                    

Pernikahan yang rencananya akan digelar sebulan lagi kini dipercepat, itu bisa terjadi karena permintaan dari Viola sendiri yang ingin kalau pernikahannya harus bisa dilaksanakan dalam lima belas hari lagi. Mungkin keputusan ini sempat membuat kontra antar anggota keluarga namun bagaimanapun juga Arkana akan menuruti keinginan dari putri satu-satunya.

Bukan tanpa alasan, disamping alasan tidak ingin kekasihnya terus digoda oleh teman sekampus atau perempuan lain Viola juga sudah mendengar kabar jikalau pendonor mata untuk netranya sudah ada, apakah ini bukan suatu kabar yang membahagiakan?

Arkana sendiri sampai melakukan sujud, mencium kaki keluarga si pendonor yang bersedia bahkan memberikan beberapa keuntungan yang akan didapat oleh keluarga pendonor. Setelah sekian lama penantian, akan kah semua ini berbuah manis?

"Pak, ini bunganya ditata seperti apa?"

"Biasa saja Mas, dirangkai beberapa tangkai lalu diikat. Oh ya jangan lupa satu ikat harus berbeda warna bunganya ya, Mas," balas Arkana tersenyum, mengantongi kembali ponsel miliknya sembari menatap beberapa orang yang kini tengah sibuk mondar-mandir.

"Oke, Pak."

Pernikahan diadakan tak lama lagi, mulai dari hari ini rumah megah miliknya akan diubah dengan dekor mewah yang sudah lama ia persiapkan untuk hari spesial putrinya nanti. Sesuai permintaan Viola, mengusung tema bunga yaitu memadukan beberapa warna soft yang tidak terlalu mencolok.

Setelah disingkirkan semua perabotan yang ada diruang tamu, kini sudah dihiasi dengan pernak-penik semacam bunga yang sudah disusun rapi disepanjang jalan karpet merah yang nantinya akan digunakan melangkah menuju altar tempat pengantin duduk.

Disisi jalan akan diberi beberapa meja dengan satu meja empat kursi agar ruangan ini cukup menampung tamu yang akan diundang.

"Gimana persiapannya, Ka?" Dewa melangkah masuk seraya mengamati sekitar ruangan yang sebagian telah dihias.

Arkana manggut-manggut. "Sekitar 50% ini dah dapet, tinggal ngurus bentuk-bentuk yang buat lampu biar langit-langit atap ini nggak kosong," jawabnya.

"Oh ya, ini kan tema bunga. Mending nanti disana deket tempat buat duduk itu dikasih kupu-kupu, ya hiasan kaya lampu gitu."

"Bagus juga, gampang nanti."

Tak ingin membuat putrinya kecewa, Arkana benar-benar menyiapkan dekor paling mewah juga indah untuk acara ini. Menyewa meja juga kursi bahkan perabotan lain seperti gelas juga piringpun dia membelinya agar nuansa pesta pernikahan sang putri lebih megah.

Tidak peduli akan biaya yang dikeluarkan, dirinya selalu mengiyakan sekiranya yang putrinya suka akan dilakukannya seberapapun mahal itu.

Beralih menatap ke samping kiri, beberapa orang pekerja sedang memasang lampu sorot dengan warna berbeda-beda. Ia tersenyum, tidak sabar melihat sorot kebahagiaan dari putri semata wayangnya.

Keandra muncul dengan si kakak, dia menatap heran sampai cengo melihat dekorasi baru setengah jadi tetapi sudah menampakkan keindahan juga kemegahan yang memukau mata. Tak melupakan pernak-pernik kecil seperti lampu hias warna-warni hingga beberapa bunga kesukaan adiknya pun tersusun rapi disana.

"Gilak, ini sih kaya nikahan anak pejabat. Gilak-gilak, ga bisa bayangin habis berapa duit inimah," tukasnya menghitung jari.

Kalandra menampol wajah kembarannya. "Buat Adek apapun pasti dilakuin, mau seberapa mahal apapun itu semustahil apapun pasti bakalan dibuat nyata. Pernikahan ini sakral, makanya Ayah buat sebagus dan semewah ini kaya impian Viola dulu," jawabnya.

"Iya sih, gue jadi bertanya-tanya deh apa gue kalau mau nikah juga bakal dibuat pesta semegah ini ya?"

Dugh

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang