Chapter 58

725 29 4
                                    

SEMOGA KLEAN SUKA YA, SORRY BELUM MAHIR DALAM HAL MENULIS.
TANDAI TYPO GUYS!THANKS💗

Nathan terbangun diwaktu subuh karena merasa tenggorokannya kering. Semalam ia diminta untuk menginap dirumah Arkana, itupun atas keinginan Viola yang tidak mau ditinggalkan olehnya.

Guntur sudah membaik pasca kejang yang dialami, keadaannya belum bisa dikatakan stabil karena setelahnya kembali dalam kondisi kritis. Berbeda dengan kondisi Viola yang sudah membaik, gadis itu sudah dibolehkan untuk pulang dan sekarang tengah beristirahat setelah semalaman menangis tidak mau berpisah dengan Nathan.

Nathan pun dengan senang hati mengabulkan, apalagi keputusannya itu didukung penuh oleh kedua orang tua tunangannya. Begitu pula dengan papa dan mama yang memerintahkannya menjaga Viola 24 jam penuh, untuk selalu ada disamping gadisnya.

Mengabaikan tuduhan Arjuna, Rajash sendiri yang memintanya tidur dikamar cowok itu yang letaknya memang berdekatan dengan kamar Viola. Sedangkan Rajash memilih tidur dikamar Pandu dengan dalih tidak mau mengganggu waktu istirahatnya karena semalaman Rajash pikir ia kelelahan mengurusi Viola.

Mungkin benar, tubuh Nathan merasa letih. Namun tidak dengan hatinya yang bertolak belakang, dia senang gadisnya sudah siuman dan semakin lengket padanya. Pun dengan anggota keluarga gadisnya yang sama sekali tidak membenarkan tuduhan Arjuna.

Satu hal yang masih mengganjal hati, Nathan masih memikirkan siapa dalang dibalik semua ini? Apa memang benar ini orang yang sama?

"Harusnya malam tadi lo mati."

Gerakan tubuh Nathan terhenti kala akan menuangkan air dari teko. Suara dibelakangnya tidak asing, bahkan dirinya sangat mengenali suara ini.

Memilih untuk diam, Nathan lanjut melakukan aktivitasnya untuk menuang air. Lalu meminumnya dalam sekali tenggak.

"Karena gagal, gue jadi harus mikir ulang rencananya."

Tubuh Nathan menegang.

"Syukur deh, lo masih bisa bernapas. Jadi, gue bisa bunuh lo pakai tangan gue sendiri."

Nathan mengepalkan tangannya. Setelah itu dia memberanikan diri memutar tubuh menghadap seseorang yang sedari tadi berceletuk tidak jelas atau bisa disebut meracau seperti orang mabuk.

"Haha, kali ini gue akan ngotorin tangan gue sendiri buat bunuh lo," katanya tanpa ragu.

"Jadi, ini semua ulah lo?" Nathan tertawa getir.

"Lo baru tau-"

"Gue nggak sebodoh itu," sela Nathan cepat, "selama ini gue diem atas semua perlakuan lo ke gue, Bang. Tapi apa balesan yang lo kasih? Gue kadang masih berpikir rasional mau memperbaiki hubungan ini sebelum gue sah jadi suami Ola-"

Mimik wajah Arjuna mengeras. Dirinya pun mendesis, "LO NGGAK AKAN JADI SUAMI ADEK GUE ANJING!"

"Lo bahkan udah ngelukain sahabat gue, sekarang apa? Lo mau bunuh gue? Bunuh langsung! Jangan membahayakan orang lain, apalagi itu Ola! Gue tulus sayang sama dia, gue gamau dia kenapa-napa. Dan ternyata? Ini semua ulah lo!" tegas Nathan dengan mata berkaca.

Arjuna malah tertawa, tangannya memegangi perut seolah hal yang dikatakan Nathan adalah sebuah lelucon semata. "Jadi, lo udah tau?"

"Lo pikir gue sebodoh itu? Lo bahkan memperalat orang lain biar seolah lo nggak salah disini. Mengorbankan orang lain demi kepentingan diri lo sendiri."

"Oh, si tolol itu sudah membocorkan semuanya ya?"

Rahang Nathan mengeras.

"Ck, dia memang tidak bisa dipercaya," gumamnya, "harusnya dia ku bunuh saja waktu itu."

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang