Sore ini tepatnya setelah jam kampus selesai, Nathan ada jadwal untuk sparing lagi. Pertandingan basket hanya kurang tiga hari lagi yang dimana membuat satu tim yang diketuai olehnya harus giat berlatih.
Menggunakan jersey olahraganya, dirinya menyingkap rambutnya yang lekas menutupi mata dengan headband berwarna hitam polos. Dilengkapi sepatu sport putih yang menambah aura tampan miliknya semakin menguar.
"Woi David! Lo mau latihan apa mau tebar pesona sih?!" Suara Jaiden menggema dilapangan, memang bukan lagi kebetulan jika disekitaran area ini sudah dipadati oleh kebanyakan kaum hawa yang bahkan bersorak-sorak menyemangati jagoannya.
David yang sedang asyik menyapa sekaligus berfoto ria dengan para gadis harus mengakhiri sesi kegiatannya. "Udah dulu ya, lain kali deh gue kasih cipika-cipiki gratis asal mau bagi nomor wa," pamitnya melambaikan tangan.
Dirinya memang bukan satu-satunya pemain yang banyak digemari, walaupun begitu pemain dengan fans paling banyak tetaplah dipegang oleh si ketua basket yang tidak lain adalah Nathan.
"Si Guntur beneran kaga ikut?"
Jaiden menggeleng singkat. Sejak pagi, dimana pertengkaran antara Guntur dan Nathan kedua-duanya memang belum ada yang mau menurunkan gengsi untuk minta maaf atau lebih tepatnya untuk Guntur. Lagipula kalau dipikir-pikir, ucapan Guntur pasti sangat menyinggung hati Nathan juga.
"Oik, cepetan udah mau mulai!"
Suara peluit terdengar, anggota tim basket yang diberi nama Diamondbacks berkumpul saling rangkul untuk menyusun posisi.
Selanjutnya, Nathan sebagai ketua tim mengarahkan beberapa saran juga masukan.
"Diamondbacks?"
"JAYA JAYA JAYA!"
Setelahnya acara latihan pun dimulai. Nathan lekas melemparkan bola basketnya pada Jaiden yang sudah memberi aba-aba.
"Woi, woi! Gue disini, oper!" teriak David heboh, saat dirinya menerima bola malah salah fokus dengan dada salah satu gadis. Alhasil bola berhasil direbut oleh lawan.
Jaiden mendengkus, menyenggol tubuh temannya sekeras mungkin. "Latihan yang bener, bego!"
Si empu hanya berdehem singkat dengan mata yang terus melotot menatap ke arah yang menggiurkan hasratnya. Memang omes sekali David ini guys.
"Si anying, gue lagi liatin pemandangan bagus malah ganggu aja sih lo!" keluh David kala Jaiden tiba-tiba menarik tangannya hingga ia hampir jatuh tersungkur.
Nathan sendiri sudah fokus dengan permainan, ia hampir mendekati ring lawan. Dan yah, cowok yang masih setia menggunakan headphone dilehernya mencetak 2 point dengan gerakan lay-up shoot.
"GO JONATHAN GO!"
"LET'S GO PRINCE ! CETAK POIN YANG BANYAK!"
"LEADER DIAMONDBACKS JAYA JAYA JAYA!"
Riuh suara teriakan dari kaum hawa, juga suara balon yang saling dipukulkan satu dengan yang lain.
"Lo emang the best, Jo!" Tepukan dari anggota lainnya mengagetkan Nathan, ia sendiri hanya tersenyum menanggapi.
"Anjir, Nathan! Lo keren banget!"
"Semangat! Waktu masih panjang!" jawab Nathan menepuk-nepuk punggung temannya yang lain memberikan semangat.
Setelahnya latihan tanding itu terus berlanjut. Yang ternyata dimenangkan oleh tim Diamondbacks dengan total poin 65. Si ketua yang mencetak point sebanyak 30 poin, sedangkan Jaiden 20 poin yang lain hanya sampai 5 point begitupun dengan David 3 point.
"Anjir, gue udah berusaha sampai mampus tetep aja cuma dapet tiga!" dengus David mengusap keringatnya dengan jersey yang dipakai.
Jaiden terdengar menghela napas. "Mau pamer?"
David mengkerutkan kening, sebelum matanya beralih menatap ke bawah dimana Jaiden menyingkap jersey dan menampakkan perut kotak-kotak berjumlah empat. "Bajing-"
"Jo, ini gue bawain minum buat lo. Diminum ya," gadis berhoodie kebesaran menghampiri ketiganya yang langsung memotong umpatan David.
Tiba-tiba saja, David mengambil botol air mineral itu santai lantas menenggaknya hingga beberapa kali. "Thanks ... lo-"
"Apa-apaan sih! Gue bawa buat Jonathan bukan lo!" timpal gadis itu sengit, kemudian berlalu begitu saja.
"Siapa?" Nathan menatap heran temannya.
"Shopia."
"O."
"Gue denger beberapa hari ini dia nyari tau soal diri lo, katanya lo nolongin dia? Emang iya, Jo?" tanya Jaiden.
Dahi David mengkerut. "Tumben banget si Nathan mau ikut campur urusan orang lain ... mungkin itu gosip doang kali," sahutnya.
"Kaga, gue denger dari fakultas sebelah gitu kebenarannya."
"Emang iya?" David melayangkan tatapannya pada Nathan.
Siempu yang ditanya hanya mengangkat bahu acuh tanda tak peduli.
Bangs-ingin sekali David mengumpati Nathan!
"Jo, diluar lapangan ada cewek yang mau ketemu sama lo." Seseorang menepuk bahu Nathan melenggang pergi begitu saja tanpa memberitahu siapa yang mencarinya.
Nathan kemudian berlari ke luar lapangan. Disana, gadisnya berdiri memegang tongkat disertai Rajash yang menatapnya dingin. "Loh Ola? Kamu ngapain kesini, hm?"
"Ola siapa anjir?" David menggerutu, menonton ketua basket meraih tangan gadis didepannya.
"Kenalin ini Viola, temen gue."
Deg
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...