"Ola, mau babuk ... "
Rengekan khas anak kecil itu memasuki gendang telinganya kala melangkahkan kaki menuju ruang keluarga. Menggunakan tongkat sebagai alat bantu penunjuk jalan, dirinya melangkah mendekat ke arah sofa ditengah ruangan.
Perlahan ia kemudian duduk, menyusul sang kekasih yang ia bayangkan sudah bersedekap dengan bibir mengerucut lucu. Dirinya tertawa kecil, kemudian melanjutkan aktivitasnya dengan mengelus rambut Nathan memakai satu tangannya. Tangan lainnya digunakan si kekasih untuk ngedot.
Lihat saja saat ini, mereka dengan posisi intim, si gadis berada dibawah Nathan-sedangkan cowok itu sendiri menyembunyikan wajahnya di dada gadisnya-mendusel manja tanpa ingat umur.
Tidak rebahan, hanya duduk bersender di sofa panjang yang terletak diruang keluarga tempat biasanya berkumpul.
"Nathan, udah ya. Jempol aku udah sampai keriput gini, mau sampai kapan lagi?" tanya gadis itu menghentikan elusan dirambut kekasihnya.
"Gamau ihh!"
Nathan mengeratkan pelukannya, tangan kanannya ia gunakan untuk memegangi ibu jari gadisnya sangat erat.
Sudah menjadi kebiasaan, kala cowok itu merasa kelelahan ia memang biasa melakukan hal itu yang mungkin hampir setiap hari. Bahkan tanpa ragu mengajak gadisnya tidur dikamar, memang dia sudah kebal dengan teriakan ataupun amarah dari kelima kakak sang gadis.
"Yaudah, sekarang bobo gih."
Nathan mengangguk menurut, ia mulai memejamkan mata. Cowok itu tampaknya kelelahan, terlihat dari matanya yang sayu. Rasa kantuk pun datang, membuat dirinya beberapa kali menguap lebar.
Gadis itu meraba wajah sang kekasih perlahan, tidak mau menganggu waktu istirahatnya. Diam-diam ia kembali menyunggingkan senyuman kecil. Cowok yang menjabat menjadi tunangannya ini seperti tidak tau malu, bahkan mungkin urat malu sudah putus.
"Bobo nyenyak kesayangan aku."
Sepuluh menit berlalu, Viola menghentikan aktivitasnya mengelus kepala si bayi. Dengkuran halus pun mulai terdengar, oh ternyata bayinya sudah tertidur pulas. Dengan hati-hati, dirinya melepaskan ibu jarinya dari mulut Nathan. Dapat dirasakan jempolnya itu kebas sejenak karena terlalu lama berada di dalam mulut kekasihnya, astaga.
Saat akan menjauhkan ibu jarinya, si bayi kembali terusik. Nathan membuka matanya sedikit, bahkan hanya menyipit lalu merengek pelan layaknya bayi yang kehilangan susunya. "Olaaa, masih mau ih!" katanya dengan hidung yang mulai kembang-kempis.
"Mmm Ola, please. Kamu tega sama bayimu ini?"
"Udah ya, jempol aku udah mati rasa tau. Sekarang tidur aja, aku elusin kepalanya aja, okey?"
Nathan tetap menggeleng, ia mengerucutkan bibirnya. Mana bisa dirinya tidur tanpa ngedot? Huft, dapat diakuinya memang sudah kebiasaan melakukan ini jadi ya tuman. "Gamauu, Olaa."
"Terus maunya apa?" Viola memang sudah bersabar, lagipula ia juga menyukai sikap cowoknya yang ini. Manja layaknya bayi, yang hanya diperlihatkan untuk dirinya seorang saja.
Masih dengan bibir mengerucut lucu, Nathan mendongak. Lihatlah sekarang, mata bulatnya berkaca-kaca, oh ayolah siapa yang tidak akan luluh? Ini adalah jurusnya dengan berlagak sok imut. Cih tidak sadar umur!
"Mau nyusu," gumamnya sangat pelan bahkan nyaris berbisik.
"Beneran mau nyusu? Tapi, abis itu nanti bobo ya?" balas gadisnya kembali mengelus puncak kepala Nathan dengan lembut.
"Iya, abis itu babuk. Mau nyusu dulu, boleh ya?"
"Mau dimana?"
"Disinii aja. Ola, pisss," pintanya setengah merengek, meremas-remas ujung baju yang dipakai gadisnya. Nathan mengedipkan matanya berkali-kali, walaupun sang gadis tak akan bisa melihat tingkahnya-ia akan selalu bersikap layaknya anak kecil agar Violanya terhibur.
![](https://img.wattpad.com/cover/237086283-288-k485846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...