Chapter 19

1.1K 27 3
                                    

double up🤜🏻🤛🏻😡

"Nathan! Kamu kemana aja sih sampe sore gini baru jemput!"

Cowok yang baru saja akan melepaskan helm itu cemberut, mempoutkan bibirnya seraya memelas. "Hujan, sayang. Maafin jadi telat jemput," jawabnya sendu.

"Udah mendingan kita pulang sebelum Bang Raja marah!"

Nada bicara gadisnya sangat ketus, menyilangkan tangan didada. Huft, ngambek sepertinya. Menghembuskan napasnya perlahan, Nathan mencoba tersenyum lalu berujar, "Maafin aku, Ola. Gimana kalau mampir dulu beli boba? Atau es cream? Mm atau jalan-jalan dulu, mau?"

"NGGAK!"

"Apa pengen beli seblak?"

"NGGAK!"

"Emm mampir ke toko boneka?"

"NGGAK!

"Beli bunga aja mau?"

"NGGAK!"

"Kalau nikah sama aku?"

"NGGAK!"

"Ihh, kok kamu gitu sama aku, Ola. Katanya tadi pagi kita mau foto prewed lah kok ini nggak mau nikah sama aku malahan, jangan marah ya, Ola. Please, aku mohon," pintanya bergetar, tangannya ia gunakan untuk menggenggam jemari gadisnya.

Lihatlah sekarang, kemana tampang sangarnya tadi? Kemana nada ketus juga bicara kasarnya?

Oh ayolah, jika sudah bersama gadisnya ia akan berubah menjadi kelinci bergigi dua yang masih berlindung diketiak induknya. Cengeng, suka merengek, rewel layaknya bayi, sangat childish bukan? Untung saja itu hanya di depan Olanya.

Ya namanya juga bucin akut, disuruh melakukan apapun pasti dia mau tanpa pikir panjang juga seperti urat malu sudah putus. Haha.

"Udah males sama kamu!"

"Ola, please," mohon Nathan sudah berkaca-kaca, tangannya yang hendak meraih jemari gadisnya lagi ditepis kasar. Gadisnya menghindari kontak fisik.

"Pergi sana! Aku mau pulang ama Bang Raja aja!"

"Ola, maafin aku. Aku janji ga ulang lagi, nggak akan ulangi lagi, Ola ... "

"Apa gunanya maaf-maaf kalau besok kamu ulang lagi, hah?! Nggak usah ngasih aku harapan, capek banget punya ekspektasi tinggi ke kamu!"

Kalau sudah begini, Nathan harus memakai jurus andalannya. Dilihat gadisnya sepertinya marah besar membuat seakan dunia akan hancur dimatanya. Bulir-bulir air mata cowok itu meluruh, kemudian ia berjongkok menyuarakan tangisnya keras dengan sengaja.

"HUWAAAAAAA OLA JAHAT! OLA JAHAT SAMA THAN-THAN!"

"HUWAAA OLA JAHAT!"

"AKU KAN UDAH MINTA MAAF HUAAA, HIKS HIKS AKU KAN UDAH JANJI NGGAK NGULANGI HUWAAA OLA JAHAT!"

"OLA JAHAT SAMA NATHAN!"

Tontonlah sekarang guys, cermati keadaan ini dengan seksama. Nathan yang umurnya sudah tidak lagi bocil itu menangis menjerit sejadi-jadinya bahkan tidak ragu untuk gulung-gulung ditanah hanya karena gadisnya marah. Kan, urat malu sudah benar-benar putus.

Pasalnya disana bukan hanya mereka berdua, masih ada beberapa orang yang juga bertujuan sama yakni menjemput sanak ataupun saudari mereka yang les juga. Katakan saja Nathan gila, ya benar dia gila karena gadisnya.

Viola sendiri sudah kelabakan, ia malu bercampur prihatin. "Nathan bangun! Jangan kaya bocil!" titahnya tegas.

Bukannya menuruti perintah gadisnya, tangis Nathan malah semakin deras. Meraung-raung melebihi drama anak kecil yang tidak dituruti permintaannya. Dasar tukang akting, pandai sekali ya dia berakting layaknya si paling tersakiti.

"Bangun Nathan, jangan drama!"

"HUWAAAA OLA JAHAT, OLA BENTAK-BENTAK NATHAN! GAMAU OLA JAHAT!" pekik Nathan mengusap-usap matanya yang terus mengeluarkan air.

"Nathan?!" panggil Viola sedikit geram. Hei, darimana ada ia membentak? Hanya sedikit mengeraskan suara agar cowoknya itu segera sadar keadaan malah semakin menjadi, dasar bocil banyak gaya! Si paling deh pokoknya.

"BHUWAAAAAAAAA ... "

Nathan semakin mendramatis akting yang dilakukannya. Ia mengesotkan kedua kakinya, merajuk. Tak apa-apa ia dipermalukan oleh orang yang ada disana, yang terpenting sekarang adalah permintaan maafnya diterima Olanya. Tiada yang lain.

"Nathan bangun atau aku tambah marah!"

Mendengar ancaman itu sontak Nathan bangkit, langsung berdiri tegap menghapus air mata juga ingus yang sudah menjalar dari hidungnya. Tanpa tau malu, cowok itu mempoutkan bibirnya seraya berkedip-kedip beberapa kali. Cih sok manis.

Andai saja Olanya melihat kelakuannya kali ini pasti gadisnya akan gemas dan langsung memaafkannya, pikir Nathan.

Padahal sedari tadi Viola rasanya ingin tenggelam ke lautan saja, sungguh ia malu sangat malu! Sudah beberapa kali ia mengumpati cowok itu dihatinya. Sial, untung saja kesayangan.

"Sekarang ayok pulang!"

"Ola maapin aku, kan?"

Viola hanya diam.

"Ola, please atau aku nangis lagi nih nangis nih-"

"Iya-iya Nathan udah ku maafin. Sekarang ayuk pulang, mampir beli boba dulu tapi!"

"SIAP CAPTAIN! AYOK!"

Huh, rasanya ingin sekali mencabik-cabik muka Nathan saat ini kalau Viola bisa. Hih, gemas sampai ingin mencekiknya.

"Yeayy akhirnya Ola udah nggak marah, horee!"

Batin Viola menangis, anj-sisi jiwanya yang lain ingin menelan Nathan saat ini juga! Damn, it!

"Maaciii Ola-ku sayang. Cini cium dulu, mwah mwah."

Jijik sekaligus senang gadis itu rasakan.

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang