"What is this?"
Cowok berhoodie itu melemparkan asal sebuah kertas berukuran kecil. Menatap kesal ke arah cewek yang berada dihadapannya, meneliti dari atas hingga bawah lalu berdecak. Dirinya sama sekali tidak tertarik.
"Jo, please. Dateng ya ke birthday party gue malam ini, gue tunggu kedatangan lo," pinta cewek itu sedikit memelas, tidak lagi memperdulikan harga dirinya.
"Emang gue bilang bakal dateng?"
"Please, Jo."
"Udahlah Shopia, lo jangan ngarep Nathan bakalan dateng ke party yang lo adain. Mustahil dia mau dateng," sela David menghembuskan napasnya, melihat dengan malas cewek yang sedari tadi masih memohon-mohon pada temannya.
Pelet apa sih sebenarnya yang digunakan Nathan ini? Sampai-sampai Shopia mau memelas bahkan memohon seperti ini? Anjir, David sangat ingin berguru meminta bantuan agar aura ketampananannya lebih keluar.
"Dateng ya, please."
Tuhkan, bahkan Shopia tidak mementingkan harga diri lagi lho. Rela memohon agar Nathan datang ke pesta ulang tahunnya? OMG!
David menelaah penampilannya. Mengenakan hoodie coklat dilengkapi celana jeans hitam itu sangat cocok padanya. Setelahnya dialihkan pandangan menuju Nathan, apa istimewanya? Nathan hanya memakai kemeja itupun tidak dikancingkan, dalamannya hanya kaos putih polos.
Hadeh, bahkan celananya juga robek-robek dibagian lutut. Shopia ini buta sepertinya, ada yang lebih ganteng kok milih yang cupu, dasar!
"Jo, lo harus dateng ya. Mau ya, Jo?"
"Udah deh, mendingan lo nyerah aja Shopia. Nathan lagi sibuk baca bukunya," timpal David merasa jengah melihat kelakuan Shopia.
Si empunya sendiri hanya cuek, dirinya malah menyibukkan diri dengan membaca buku setebal 400 halaman seraya mendengarkan musik melalui headphone ditelinganya. Ia sendiri tidak merasa terganggu akan kebisingan yang diciptakan cewek tidak dikenalnya ini. Huft, lagipula apa gunanya ia berdebat.
"Jo, lo dateng ya please," mohon Shopia lebih memelas lagi, berharap si empu akan mau memenuhi undangannya.
Lama tidak dapat respon, ia menarik buku yang dipegang cowok itu seraya berucap, "Lo punya telinga nggak sih, Jo? Gue minta dengan baik-baik malah lo abai'in, mau lo apa sih?"
Si cowok menatap datar Shopia, ia kemudian menjawab dengan lirih tapi penuh tekanan. "Gue mau lo berhenti gangguin hidup gue, anjing!" hardiknya penuh dengan emosi.
David yang mendengar itu lantas mengambil ancang-ancang takut sewaktu-waktu temannya lepas kendali lagi. Dipikir-pikir Nathan adalah sosok yang mengerikan jikalau sudah ada yang berani mengusik ketenangannya, temannya itu tidak akan memandang gender.
"Shop mending lo pergi, urusan Nathan biar gue aja deh yang ngebujuk-lo tenang aja gue usahain dia bakalan mau dateng," ujarnya menatap Shopia yang masih mematung ditempat, tak butuh waktu lama cewek itu mengangguk lalu melenggang pergi dengan hati dongkol.
"Apa?" Suara berat nan lirih itu menyapa telinga David kala dirinya hendak mendekati Nathan, mendadak aura teman disampingnya itu terlihat suram sekali.
"Kagak, hehe."
Jaiden melangkah mendekati keduanya seraya membawa jus, menarik kursi lalu duduk berseberangan. "Kalian dapet undangan birthday party Shopia?"
"Iya anjir, ngerasa beruntung banget gue dapet undangan party dari duta kampus!"
Dugh
"Lo diundang karena udah jadi temennya Nathan, goblok! Gausah begayaan kaya lo ganteng aja," tegur Jaiden memukul kepala David menggunakan botol kosong.
David mendengkus sebal, dirinya kemudian beralih menatap si kutu buku yang masih sok sibuk membaca dengan fokus. "Nath, lo dateng ya ayolah. Nggak ada lo mana seru," usulnya memegang tangan Nathan.
"Ga."
"Ayolah, gue pikir ini moment yang bagus buat lo ngebawa pacar lo biar si Shopia tau kalau si ketua basket ini udah punya ayang. Jadi, dia kaga bakalan ngedeketin lo lagi."
"Dipikir-pikir, ngapain juga dia ngejar-ngejar lo disaat tau banyak cowok lain yang mau nerima dia ya. Aneh bet," sambung David.
Si kutu buku menoleh, ia kemudian menutup bukunya perlahan lalu melepas headphone dari telinganya dan membiarkan benda itu mengantung indah dileher putih miliknya. Sepertinya dia mulai tertarik dengan percakapan yang diajukan oleh David, terbukti saat ini ia menatap lawan bicaranya lebih serius.
"Iya juga, kemungkinan kalau lo bawa pacar lo pasti dia bakalan mikir 'oh ternyata Jonathan udah punya gebetan' gitu," timpal Jaiden seraya menyeruput jus jambu miliknya.
David tersenyum sumringah, ia melanjutkan, "Nahkan gue bilang juga apa! Udah deh mendingan gini, kita bawa pasangan masing-masing nanti malem. Ya walaupun gue cuma booking cewek sih buat satu malem."
Jaiden menepuk-nepuk pundak temannya. "Makanya tobat jadi playboy," kekehnya lirih.
"Gue jadi playboy gegara gue ganteng ya, emangnya elo masih stuck diorang yang sama. Ck ck, lo lebih parah dibanding gue Jay," cetuk David menarik sudut bibirnya.
Disamping itu, Nathan lekas memikirkan saran yang diberikan oleh kedua sahabatnya. Apa memang dia harus hadir bersama gadisnya? Apa dengan itu cewek kegatelan aka Shopia akan berhenti mendekatinya?
Kalau dipikir itu bisa, boleh saja dicoba.
Jayden menghela napas. "Lo bukan ganteng, ketolong jadi temen Nathan aja dah bangga banget. Gak tau aja mereka tuh manfaatin lo supaya bisa deketan ama si Nathan, pede banget sih."
"Anj-" David berdecak.
"Not a bad idea."
![](https://img.wattpad.com/cover/237086283-288-k485846.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...