Tok Tok Tok
Tok Tok Tok“Viola, bangun sayang ayuk sarapan,” teriak Keandra mengetuk pintu kamar adiknya pelan.
Hari sudah pagi, bahkan jam pun sudah menujukkan pukul tujuh lebih dan adiknya belum juga bangun. Padahal biasanya gadis itu akan semangat sekali bangun dipagi hari, tapi kenapa sampai sesiang ini tak ada suaranya ya?
Keandra menimang-nimang untuk menunggu sebentar. Mungkin saja adiknya sedang di kamar mandi, semenjak penglihatan Viola tidak berfungsi lagi gadis itu jadi mandiri. Dia bersikeras melakukan semuanya sendiri, tanpa mau dibantu oleh siapapun, itulah alasan mengapa disetiap sudut rumah pasti ada cctv.
Benar, gunanya untuk memantau pergerakan si kecil. Takutnya terjadi suatu hal yang buruk, makanya dipantau terus-menerus.
Lima menit menunggu, Keandra jenuh.
Tok Tok
“Sayang, bangun!”
Tok Tok
“Viola, bangun sayang!”
Arjuna disertai Kalandra berjalan mendekat, mereka menatap Keandra dengan pandangan malas. “Adek belum bangun?” tanya Kalandra.
Keandra menggeleng.
Tanpa berkata, Arjuna langsung membuka pintu begitu saja. Dan lihat-
“O EM TU THE JI! OMG!”
“ANJAY ANJAY, ANJAAAAYYYY!”
“OMAYGAT ANJIR ANJIR!”
Berbeda dengan Keandra yang memekik heboh seraya menutup mulut, Arjuna langsung pada intinya menarik tubuh kekar cowok yang masih anteng memeluk adik mereka. “Bangun njing!”
Karena tarikan paksa juga belum sadar sebelumnya, cowok itu mengucek mata berdiri sempoyongan. “Kenap-”
“Brengsek, punya nyawa berapa lo sampe berani tidur sama adek gue anjing?!” bentak Arjuna mencekik leher cowok itu.
Bugh
“Lo dikasih hati malah minta jantung, anjing! Nyadar nggak sih lo?!”
Keandra bertepuk tangan ria. “Terus, bagus! Terusin Arjuna! Terusin aja, bikin sampe bonyok biar hancur juga mukanya si tolol Nathan ini!” kompornya.
Kalandra menggaplok wajah adiknya. “Pisahin bego, lo mau Viola marah?”
Diranjang sana, gadis itu lekas bangun. Mengerjapkan matanya mendengar suara keributan. “Kenapa kok rame banget? Nathan ... kamu dimana?”
Belum sampai Nathan menjawab, perutnya kembali dibogem mentah oleh Arjuna. “Brengsek! Siapa yang bolehin lo tidur sama Viola, hah?!” hardiknya kemudian menyeret Nathan keluar.
Kalandra yang melihat adiknya hendak bangkit langsung beranjak mendekati dan menuntunnya. “Pelan-pelan sayang,” katanya.
“Nathan dimana, Kak?”
Hening.
Dibelakang rumah sana, Arjuna memukuli Nathan tanpa ampun. Dia sudah dibutakan oleh amarah. “Lo sadar nggak kesalahan lo, hah?!” geramnya mencengkeram baju Nathan.
“Lo nyari mati anjing!”
Nathan tidak ada niatan untuk membela diri, ia menerima semua pukulan yang dilayangkan oleh Arjuna tanpa menghindar. Wajahnya sudah penuh dengan lebam, sudut bibirnya berdarah juga membiru, disertai perutnya yang sudah terasa nyeri.
Tatapan matanya kosong.
“LO BRENGSEK!”
Bugh
Pukulan terakhir hingga Nathan terjatuh, dirinya tergeletak tak sadarkan diri. Matanya tertutup rapat dengan luka lebam memenuhi wajah.
“ARJUNA KAMU INI APA-APAAN?!” Arkana disertai yang lain berlari mendekati keduanya.
Disana, Viola sudah menangis ketakutan. “Nathan, kamu denger aku? Nathan kamu dimana?”
“Nakula Sadewa! Tolong papah Nathan bawa ke mobil! Kita ke rumah sakit!” titah Arkana yang langsung dijalankan oleh si kembar.
“Bunda? Nathan kenapa kok dipapah segala? Nathan kenapa, Bunda?” tanyanya beruntun pada Gendhis.
Gendhis mengusap bahu putrinya. “Nathan nggak papa sayang, cuma luka sedikit. Kamu jangan khawatir ya,” jawabnya walaupun berbohong, sudah jelas sekali keadaan Nathan buruk bahkan cowok itu tak sadarkan diri.
“Masuk yuk!”
Viola berteriak, “Kalau sampai Nathan kenapa-napa, aku akan benci sama kamu, Kak! Aku benci Kak Arjuna!”
Kedua wanita itu kemudian memasuki rumah. Sedangkan disana Arjuna menunduk sedih setelah mendengar teriakan adiknya.
“Sudah tau kesalahanmu?”
Arjuna diam.
“Kamu melukai orang yang disayangi Viola, buka matamu Arjuna! Kamu sudah dewasa untuk berpikir! Tidak semua masalah harus diselesaikan dengan kekerasan! Sekarang terima akibatnya, Ayah sudah tidak akan membantu kamu untuk membujuk Viola.”
Arkana pergi dari sana meninggalkan Arjuna yang menunduk termenung.
“Sialan!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...