Daripada meributkan perihal Nathan yang sampai sore ini belum terlihat batang hidungnya alias belum menampakkan diri, Arkana memilih mengajak putrinya untuk ke rumah sakit sekiranya untuk melakukan operasi. Kabar membahagiakan tentu saja datang, pendonor sudah ada juga Viola yang siap untuk operasi netranya.
"Viola, udah jangan gugup ya sayang," ucap Arkana mengelus surai putrinya.
Keandra mendekat. "Iya bener, kamu semangat ya pasti bisa!"
Mengenai pendonor mata, yaitu seseorang yang tidak mau disebutkan namanya adalah seseorang yang sudah meninggal. Dia merupakan seorang lelaki parubaya yang memiliki kornea mata jernih, ya benar mengenai operasi mata adalah dengan mengambil kornea dari mata itu sendiri.
Kornea mata adalah lapisan bening di bagian terluar mata. Fungsinya adalah untuk membuat cahaya melewati pupil dan lensa untuk fokus ke retina supaya mata dapat melihat dengan baik. Setelah seseorang meninggal maka petugas akan melakukan operasi kecil pengambilan kornea di tempat jenazah dibaringkan dan mengambil korneanya saja, bukan seluruh bola matanya.
Namun, dikutip dari University of Iowa Hospitals and Clinics, donor kornea tidak bisa membantu seseorang yang sepenuhnya buta dan tidak bisa melihat cahaya.
"Abang ada dideket kamu sayang," ungkap Rajash memeluk adiknya.
Dewa memandang calon menantunya sendu, sudah sedari tadi mereka memberikan toleransi pada Nathan hingga akhirnya hari menjelang sore, acara fitting baju pernikahan pun dibatalkan maka dari itu sekarang ini mereka tengah berada dirumah sakit guna mendampingi Viola. Dia meringis dalam hati menyumpah serapahi sang putra.
"Papa dukung Ola selalu, putri Papa yang semangat ya ... nanti kalau Nathan udah dateng biar Papa geprek sampe penyet sekalian, kamu yang tenang okey?" tukasnya mengusap lembut bahu Viola.
Viola mengangguk lugu. Sebenarnya ia tidak mau melakukan operasi ini tanpa didampingi si kekasih, namun nyatanya sampai beberapa jam ditunggu pun Nathan tetap tiada kabar. Baiklah, ia terpaksa menuruti permintaan ayah untuk melakukan prosedur ini tanpa sang kekasih.
"Iya bener, nanti biar Kak Sadewa yang bantu penyetin tuh bocah!" timpal Keandra semangat, "Tengil banget, udah mau acara pakek ngilang segala, dikira dia orang penting apa. Keliatan banget capernya, dih."
"Udah caper, nggak bertanggung jawab, ingkar janji, tolol lagi, hadeh," lanjutnya.
Puk
Kalandra menapuk mulut Keandra yang masih komat-kamit monyong menyinyiri kekasih adik mereka. "Njir, lo jaga omongan! Ada dekengannya disini, sekali sikat tinggal gigi doang lo!" desisnya lirih.
"Bacot."
Pintu terbuka, menampilkan sosok berjas putih dengan kacamata yang bertengger manis dihidungnya. "Selamat sore, boleh saya meminta waktu untuk berbicara sebentar dengan orang tua pasien?" katanya.
Arkana bangkit. Sebelum pergi ia sempatkan menepuk kepala Viola lembut. "Sebentar lagi sayang, kamu akan bisa lihat," cetuknya lirih.
Gadis itu tersenyum singkat, penjelasan dokter tiga hari yang lalu masih membekas sangat jelas dipikirannya. Mengenai donor kornea yang tidak bisa membantu orang yang buta, tetapi tidak mustahil dia akan bisa melihat kan kalau Tuhan sudah mengkehendaki semuanya?
"Gue ikut, Ka." Dewa bangkit, mengekori Arkana.
Dokter mengajak kedua pria itu ke dalam ruangan pribadinya, dia ingin menjelaskan beberapa hal atau mungkin suatu kabar pada mereka.
"Jadi gimana, Dok? Kapan putri saya bisa melakukan operasi ini?" tanya Arkana.
Sang dokter tersenyum masam. "Begini, Pak ... mengenai pendonor yang sudah ada kemarin ada dua orang yang mengajukan diri-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...