Gendhis melangkahkan kakinya menapaki lantai dengan senyuman menuju ke kamar putrinya. Dengan keteguhan hati yang dipunya, dibuatkannya Viola secangkir coklat panas.
"Lagi apa nih putri Bunda? Kok kayanya sibuk banget, dipanggil dari tadi nggak nyahut. Lagi apa hm?" tanyanya seraya meletakkan cangkir dimeja.
Diperhatikannya Viola yang tengah sibuk entah kegiatan apa yang dia lakoni, pertanyaan Gendhis pun diabaikan.
Dibalkon sana, Viola duduk bersila dengan beberapa barang berserakan. Dirinya kadang tersenyum juga berdecak kesal karena sesuatu yang dibuatnya tak sesuai harapan. Keadaannya sudah pulih, penglihatannya dikatakan dokter sudah maksimal.
Ya itu adalah peningkatan yang pesat mengingat kembali bagaimana kemarin gadis itu memberontak, tidak mau makan bahkan meminum obatnya. Alasannya simple, dia hanya ingin dipertemukan dengan Nathan secepatnya.
Pada akhirnya, Rajash menggunakan jurus terakhir. Dia menjanjikan akan membawa Viola menemui Nathan saat nanti hari wisuda cowok itu tiba, tepatnya dua hari lagi. Sontak hal itu membuat Viola kembali bangkit dengan semangat bukan semata-mata ingin sembuh tetapi ia ingin cepat berjumpa kekasih hatinya.
Tiga hari berlalu sejak operasi mata dilakukan, semenjak itu pula Viola semangat menjalani harinya. Dia selalu rutin minum obat, istirahat teratur bahkan terkadang ia olahraga ringan. Katanya menyiapkan penampilan terbaiknya kala dirinya nanti dipertemukan kembali dengan Nathan.
"Eh Bunda, dari kapan Bunda disini? Duh maafin aku terlalu fokus buat ini jadi nggak sadar Bunda kesini," ringis Viola menatap sang ibu.
Gendhis mendekat, dia mengelus surai putrinya. Menatap dilantai, beberapa polaroid foto yang sudah dicetak oleh Rajash kemarin. Jelas, itu adalah foto-foto kebersamaan Viola dengan Nathan beberapa tahun silam. Kenangan-kenangan yang mungkin sangat membekas dihati putrinya.
"Kamu lagi buat apa?"
Viola tertawa kecil. "Hehe, kata Abang hari wisuda Nathan udah deket terus tadi pagi aku liat kalender eh iya ternyata udah mau hari H. Terus aku bingung Bun harus buat hadiah apa, jadi ya aku minta tolong Abang buat cetak ini semua foto, mau aku jadiin satu album," jawabnya menjelaskan.
Hati Gendhis mencelos.
"Tau nggak Bunda, beberapa hari ini aku sempet drop karena kalian nggak manggil-manggil Nathan kesini bahkan pas aku nanya Papa Dewa juga selalu nggak ada jawaban tapi pas Abang bilang kalau udah mau deket hari wisuda aku jadi tau ..."
"Tau apa hm?" tanya Gendhis.
"Tau kalau Nathan nggak nemuin aku karena dia fokus ngerjain skripsinya, hehe."
Lagi, hati Gendhis mendadak terasa sakit. Bahkan rasanya seperti diremas-remas kuat.
"Besok dandanin aku yang cantik ya Bunda, Abang udah beliin aku gaun buat hari nanti. Gaunnya cantik, warna pink muda kata Abang itu cocok buat Viola," sambungnya dengan terus melanjutkan kegiatan.
Tangan kecil itu menata satu-persatu foto pada buku album yang ada, menulisinya dengan spidol warna-warni juga menambahinya dengan beberapa ornamen lucu. Pikirnya nanti, Nathan akan sangat suka.
"Terus besok itu, semuanya harus ikut ya ke wisuda Nathan. Aku udah bilang ama Ayah suruh ngosongin semua jadwal kantor, biar semuanya bisa ikut. Kita bareng-bareng rayain ini sama Nathan."
Gendhis memandang ke arah lain.
"Aku seneng banget pas tau kalau aku udah bisa liat lagi. Nggak sabar rasanya liat wajah Nathan, dia pasti ganteng banget kan, Bunda? Ga sabar juga nagih janjinya buat nikahin aku," tawa kecil pun menyusul.
Viola tersipu membayangkan bagaimana nanti reaksi Nathan kala melihat dirinya dengan balutan gaun cantik menunggunya.
Berhari-hari ini dia sibuk merawat diri, berusaha menghilangkan luka yang ada diwajahnya. Dan berhasil, walau tak sepenuhnya hilang luka itu sudah tersamarkan. Yang ia yakini, Nathan nanti akan pangling saat melihat kecantikannya.
"Aaa rasanya nggak sabar banget ketemu sama Nathan."
Viola menoleh, heran tidak mendapatkan jawaban dari sang ibu. "Bunda? Kok diem aja?" cetuknya.
Gadis itu menangkup wajah Gendhis, ketika itu juga bisa dilihatnya sang ibu dengan mata berkaca-kaca seperti menahan tangis.
"Kok Bunda nangis? Aku salah ngomong ya?" lirihnya.
Gendhis menggeleng lemah, ia beralih mengusap air matanya yang hendak turun. "Enggak sayang, Bunda bangga sama kamu. Bunda terharu aja, nggak nyangka sekarang kamu udah bisa liat keindahan dunia lagi," jawabnya tersendat.
"Tapi Bunda ..."
"Rasanya belum lengkap kalau aku belum bisa liat wajah ganteng Nathan."
Hening.
***
"Abang, akhirnya pulang juga aaa!" teriak Viola berlari memeluk Rajash yang baru saja tiba di depan pintu.
Disamping Rajash, Keandra menekuk wajahnya lesu. Kapan dia bisa merasakan disambut hangat seperti itu? Rasanya sangat mustahil.
"Tumben ini kenapa belum tidur hm? Padahal udah larut lo ini," tanya Rajash menjawil hidung adiknya.
Viola tertawa. "Ihh Abang, aku kan nunggu pesananku. Abang bawain, kan?"
Rajash mengangguk, mengeluarkan bucket bunga yang dipesan sesuai keinginan sang adik. Sesungguhnya ia tak tau apa tujuan Viola memintanya membelikan bucket bunga tsb, tapi tak apa selama adiknya bahagia ia pun akan bahagia.
"Makasih Abang, daah aku ke kamar dulu!"
Selepasnya Viola pergi, Rajash yang kini menekuk wajahnya lemas.
"Gimana udah ada kabar mengenai kasus itu?" tanya Arkana memegang pundak putranya.
Rajash menggeleng.
"Bunda kalian bilang, pas hari wisuda Nathan nanti kita diajak Viola buat dateng. Gimana menurut kalian?"
Kalandra mendadak menghembuskan napasnya berat. Disusul pandangan sendu Pandu yang menyoroti sang ayah.
"Kenapa kita nggak jujur aja? Kenapa kita harus sandiwara kaya gini?" timpal Arjuna sebal.
Rajash memandang adiknya sengit. "Menurut lo dengan lo jujur, Viola akan bahagia?"
"Ya terus apa? Setelah dia tau semuanya, menurut lo juga dia bakal bahagia hah?!" sambung Arjuna setengah nyolot.
"Sudah, bukannya Ayah udah bilang. Kita akan jujur ke Viola saat sudah waktunya, untuk kamu Arjuna ... fokusin diri buat ngurusin perusahaan selanjutnya, jangan ada niatan buat beberin masalah ini ke adikmu, atau kamu tau akibatnya!" ancam Arkana.
Kemarin, Arjuna sempat bertindak nekat. Ya, cowok itu akan membongkar rahasia yang sudah dirundingkan untuk ditahan dulu. Belum sempat bicara, untungnya Keandra datang menghentikan itu semua.
"Apa yang nggak boleh dibeberin, Yah?"
Tubuh keenam pria itu menengang.
"Itu rahasia perusahaan, sayang." Pandu menetralkan ekspresinya, dia tersenyum ke arah sang adik.
"Eh tumben ini princes belum tidur, ada apa hm? Kamu sulit tidur? Mau Kakak temenin?" sahut Kalandra yang dibalas gelengan kepala.
Viola mengamati satu persatu wajah keenamnya. "Hahah, kalian jangan tegang! Aku kesini cuma mau minta pendapat Abang mengenai hadiahku buat Nathan nanti," katanya lekas menarik pergelangan tangan Rajash menuju kamarnya.
Keandra menegadahkan kepala. Menghalau air mata yang hendak turun.
.
.
udah siap dengan endingnya?
target 150 komentar, aku double up!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Genç Kurgu"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...