Chapter 53

635 28 2
                                    

Siang ini, Viola berhasil menyelesaikan hadiah yang nantinya akan ia berikan pada si kekasih. Hanya sederhana, berupa scrapbook yang isinya adalah moment-moment kebersamaan keduanya.

Hal lainnya yang disiapkan juga adalah dua kaos couple, satu warna putih satunya hitam. Katanya dia ingin melihat Nathan mengenakan ini saat nanti ngedate pertama setelah lama penantian penglihatannya kembali.

Gadis itu tersenyum, membolak-balikkan kertas yang sudah dihiasnya sedari kemarin. Hasilnya cukup memuaskan, semoga saja kekasihnya akan suka dengan ini. Tak ada hadiah mewah yang bisa disiapkannya, karena Arkana juga Rajash masih membatasi aktivitasnya apalagi untuk keluar rumah.

Tak apa, anggapan Viola hanya itu. Yang terpenting dirinya sudah mendapat ijin dari dua orang penting dihidupnya untuk menghabiskan waktu dihari wisuda kekasihnya.

Bayangan akan wishlist yang dibuatnya tadi malam membuat Viola lagi-lagi mengembangkan senyuman manisnya. Mulai dari berkunjung ke beberapa tempat spesial, menunggu senja sembari deeptalk ataupun sekedar mengayuh sepeda mengintari komplek.

Ada banyak hal, dan semuanya ingin dilakukannya bersama Nathan. Rasa rindu itu begitu menggebu, bahkan terkadang melihat foto Nathan yang dipajang dikamarnya saja Viola menangis. Dia sungguh rindu, ingin memeluk, mengeluarkan keluh kesahnya pada Nathan nantinya.

Meskipun Viola sempat dibuat overthingking karena beberapa kali ia mencoba mencuri kesempatan menghubungi nomor Nathan melalui ponsel Keandra dan hasilnya adalah nomor kekasihnya tidak aktif. Mencoba dilain hari, mencari di hp Rajash kontak Nathan tak bisa ditemukan.

Tapi, yang bisa diyakininya sekarang adalah Nathan yang tengah sibuk mengurusi sidang skripsinya. Jadi, dia merasa maklum tak apa-apa.

"Kamu nggak bosen liat itu terus?" Arjuna datang, mendudukan bokongnya disamping sang adik.

Viola menggeleng. "Gimana aku bisa bosen, aku selalu rindu aku pengen cepet ketemu dia Kak," jawabnya ceria.

"Besok, hari spesialnya. Aku gamau ngecewain Nathan, aku mau dia bahagia apalagi tau kalau aku udah bisa ngeliat," sambungnya.

"Bahkan selama nggak ini nggak ketemu dia pun, rasaku nggak berkurang. Malah semakin bertambah, aku kangen banget sama Nathan, mmm ..."

Diam-diam Arjuna meremas tangannya.

"Aku gak bisa bayangin gimana ekspresi dia nanti. Haha, pasti dia nggak nyangka banget," tawa Viola mendera.

Yang Viola tau, yang diingatnya hanya janji Nathan mengenai setelah wisuda nanti dia akan dinikahi kekasihnya itu. Betapa manisnya satu atap bersama orang yang dicintainya nanti.

"Nathan pasti lebih ganteng dari yang dulu, iya kan Kak?"

Prang

Tubuh Viola menegang, ditatapnya sang kakak yang baru saja melemparkan bekas kaleng minuman ke lantai. "K-kak ..."

"LO BISA NGGAK SIH, BERHENTI NGOMONGIN DIA HAH?!" bentak Arjuna muak dengan semua ini rupanya.

Viola meringsut takut, disembunyikannya scrapbook dibelakang punggungnya. Menatap ngeri ke arah Arjuna, matanya mendadak berkaca-kaca melihat amarah tampak jelas dinetra kakaknya.

"M-maks-sud Ka-k Jun-na ap-pa?"

Arjuna membalikkan tubuh, dirinya bangkit dengan pandangan tajam ke arah adiknya. "LO BUDEG HAH?!"

Tubuhnya semakin menggigil ketakutan, baru kali ini dirinya melihat Arjuna semarah ini. Memang ada yang salah dari perkataannya?

"LO DENGER GUE NGOMONG NGGAK, HAH?! ATAU LO EMANG BUDEG?"

Hening, Viola tak berani mengeluarkan suaranya. Dirumah ini, hanya ada dirinya juga Arjuna karena kebetulan semuanya pergi ke kantor begitu juga Gendhis yang diminta ikut menghadiri sebuah rapat diperusahaan sedangkan para pembantu sendiri mereka libur karena ini Hari Minggu.

Tolong, siapapun tolong selamatkan Viola.

"Selain lo budeg, lo juga tuli?! Ngomong njing!" geram Arjuna mencengkeram bahu adiknya yang tanpa sadar melukai Viola.

Yang bisa dilakukan gadis itu hanya pasrah, dia tak berani beranjak ataupun kabur. Kini tangis sudah tak bisa lagi dibendung, dirinya pun terisak lirih.

Namun bukannya sadar, Arjuna malah menguatkan cengkeramannya.

"Disuruh ngomong malah nangis, cengeng banget sih lo!"

"Mana tadi, gue mau liat buku yang lo pegang!" Perintah Arjuna lekas mencari scrapbook yang disembunyikan adiknya.

Viola menggeleng kuat. "Ng-nggak Kak! Jangan!"

Telat.

Arjuna mendapatkan scrapbook itu dengan mudah, kemudian merobeknya sekali hentakan. Hati Viola berdenyut, dilihatnya sampul buku yang disiapkannya sebagai hadiah sudah menghambur dilantai.

Memejamkan matanya, Viola dengan berani bangkit menatap balik Arjuna yang kini tertawa. Sungguh, dirinya tak tau iblis apa yang merasuki sang kakak sampai berbuat seperti ini, tetapi ini sudah melewati batas! Bahkan Viola membuat scrapbook tadi sepenuh hati, lantas bagaimana?

Harinya tinggal besok, mana bisa ia membuat lagi?

Jemari Viola mengepal. Dihembuskannya napas kasar.

Plak

Suara tamparan itu menggema. Viola tak membayangkan sampai seperti ini, namun tangannya seolah bergerak sendiri.

Dia tak menyesal, dirinya pun berujar kencang, "APA? APA MAKSUD KAKAK BERBUAT INI SEMUA? KENAPA KAKAK NGANCURIN HADIAH YANG AKU BUAT UNTUK NATHAN KAK?! KENAPA?!"

"AKU BUAT INI KHUSUS! SEKARANG GIMANA? KAKAK NGERUSAK SEMUANYA! NGERUSAK RENCANA AKU!"

"HARI WISUDA NATHAN TINGGAL BESOK! KAKAK PIKIR NGEBUAT ITU GAMPANG HA?!"

Plak

Tubuh Viola terhuyung, mendapat tamparan yang kerasnya tak main-main dari Arjuna. Tangisnya yang reda hendak kembali meluncur, apa? Kejadian apa ini tadi? Kakaknya bermain tangan?

Mengusap sudut bibirnya yang berdarah, Viola menatap tak percaya sang kakak.

"KENAPA? LO NGIRA GUE BAKAL NGASIHANIN LO?!"

"CUIH."

Arjuna meludah, tepat disamping Viola.

"Lupain dia, nggak usah bahas dia didepan gue lagi," lirihnya kemudian hendak pergi.

Melihat hal itu, Viola langsung mencekal pergelangan tangan Arjuna. Menatap mata itu dengan keberanian yang dipunyanya. "APA? KAKAK NYURUH LUPAIN ORANG YANG SELAMA INI SELALU ADA BUAT AKU?!"

"MAKSUD KAKAK APA HA?!"

"BAHKAN DIA YANG SELALU ADA DISAMPING AKU KAK! DIA YANG SELALU NGERTIIN AKU-"

Plak

Lagi, kini hidung Viola berdarah.

"Terus, bahas aja terus," desis Arjuna kembali marah.

"APA YANG SALAH?! AKU CUMA PENGEN KETEMU NATHAN, PENGEN RAYAIN HARI SPESIAL DIA! DAN SEKARANG KAKAK NGERUSAK SEMUANYA!" geram Viola seraya mengusap hidungnya.

Arjuna menarik tangan adiknya. "Lo mau ketemu dia? Ayo sekarang gue anterin, lo mau dia kan? Cepet!"

Setengah menyeret Viola, Arjuna menarik kuat lengan adiknya hingga memerah membawanya ke mobil kepunyaannya dengan amarah yang masih ada.

"Masuk!"

"Engg-engga mau!" elak Viola membantah.

"MASUK! LO BILANG MAU KETEMU DIA, KAN?! GUE ANTERIN CEPET!"

"Eng-ngga!"

Bruk

Dengan keras, Arjuna mendorong adiknya masuk mobil. Tatapannya masih tajam, otot dilengannya bahkan masih timbul. "Berhenti nangis, gue muak dengernya!"

Kali ini, Viola hanya bisa berharap semua akan baik-baik saja.

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang