Chapter 38

678 24 1
                                    

Nathan bergegas, tanpa memperdulikan hawa dingin yang menembus dinding kamarnya dia melangkah keluar menyambut kegelapan dunia. Setelah mengenakan jaket denim serta celana levis panjang miliknya, tak lupa sepatu juga helm fullface kepunyaannya.

"Mau kemana kamu malem-malem gini?"

Suara serak bernada rendah menghentikan pergerakannya, langkahnya tersendat dengan satu kaki sudah ada diperbatasan pintu utama. Ia menoleh, mendapati sosok kekar yang tak lain adalah papa. Meski cahaya remang-remang dia tau betul bahwa itu adalah Dewa.

"Mau kemana?"

Lagi, bahkan kini bersekedap dada. Menatapnya dengan sorot dingin nan tajam, tiada nada bersahabat disana.

Nathan tak gentar, dia menatap ke arah luar.

"Mau kemana? Denger nggak?"

Dia menghembuskan napas. "Ada urusan bentar, Pa ..."

Mata Dewa terlihat lebih menyipit, alisnya menukik tajam dengan rahang tegas yang angkuh. "Jam segini urusan apa? Ini udah hampir tengah malem, mau ngapain keluyuran keluar jam segini? Urusan apa sampe keluar semalem ini? Gak bisa diurus besok?"

"Ini urusan Nathan, Pa."

"Terus Papa ga boleh tau urusan putranya? Lagian kamu ini jam segini mau kemana?" ulang Dewa.

"Keluar sebentar."

Bukan puas akan jawaban sang putra, dia lekas menelisik penampilan si sulung tatapannya turun ke bawah memandang sepatu lalu ke atas menatap mata putranya. "Keluar sebentar tapi bawa helm? Mau kemana kamu?"

Urusan akan semakin panjang dan malam akan semakin larut, Nathan melihat papa dengan diam. Pesan yang dikirimkan Guntur padanya beberapa menit lalu sangat menggugah rasa penasaran yang ada dalam dirinya, bukan karena apa temannya yang sudah merenggang itu menghubunginya meminta untuk bertemu.

Mengesampingkan pikiran negatifnya, Nathan lekas berpikir kalau saat ini adalah waktu yang tepat. Dia akan meminta maaf pada Guntur sekaligus ingin persahabatan mereka kembali seperti sedia kala, jujur dibalik sikap mereka yang saling membesarkan ego-Nathan masih mempunyai rasa rindu terhadap temannya.

"Ditanya malah diem, mau kemana kamu?"

Dia tersentak, menatap papa lalu membalas, "Keluar, Pa sebenetar doang."

"Ini udah tengah malem, tidur!"

"Sekali ini doang, Pa," pintanya.

"Kemana dulu?"

Nathan memutar otak, rentetan pesan yang dikirim Guntur mengatakan ingin bertemu di Jalan Kenanga 114 yang artinya mereka akan bertemu di club yang jaraknya lumayan jauh dari sini. Kalaupun dirinya menjawab akan ke club, apakah wajahnya akan selamat kali ini?

"Kemana?"

Nathan menggeleng lirih. "Mau nongki di angkringan depan komplek, Pa," jawabnya sedikit ragu.

"Oke, sebelum tengah malem kamu harus dirumah! Inget besok kamu mau fitting baju pernikahan," ungkap Dewa tegas.

Tanpa berkata sepatahpun, Nathan bergegas menyalakan kuda besinya dan melenggang pergi.

***

Brak

Prang

"Bangsat, suara apaan tuh?" Keandra menajamkan teliga, menatap ke sekeliling rumah meneliti dari mana suara tadi berasal.

"ARKA! ARKA!"

Dangerous PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang