"Mau beli apa lagi sayang?"
"Udah, Nathan. Ini udah banyak tau, kita kan udah mampir kebeberapa tempat ish," jawab gadisnya sebal.
Nathan terkekeh, disuasana sore yang hujan rintik-rintik ini mereka memutuskan untuk berbelanja ya atau bisa disebut sekedar berkeliling membeli hal yang mungkin tidak perlukan nantinya. Contoh saja, dirinya membeli beberapa pernak-pernik yang sekiranya imut dengan rencana akan diletakkan pada kamar gadisnya.
Ya sepele sih memang, tetapi dia suka melakukan hal random ini.
"Mau makan dulu?"
"Masih kenyang, tapi kalau ice cream aku mau," balas gadisnya tersenyum sembari mengedipkan matanya berkali-kali.
Nathan menggelengkan kepala, mengusap surai panjang Viola lembut. "No no! Gak boleh sayang, ini musim pancaroba nggak baik kalau kamu sering makan ice cream. Kemarin udah, kan? Sekarang nggak dulu ya, okey?"
Gadisnya mempoutkan bibir lucu.
"Kapan-kapan lagi ya ice creamnya, yang lain aja gimana?" tawarnya agar mood si gadis tetap terjaga.
"Ga ada deh, mmm."
"Bener?"
"Ekhem," dehem Keandra menyamakan langkah kakinya, dikedua tangan cowok itu sudah penuh dengan paper bag juga beberapa plastik belanja kepunyaan sang adik. Menatap malas ke arah Nathan, ia memalingkan wajah.
Disebelahnya, Rajash tertawa melihat kelakukan sang adik. "Udah biarin mereka jalan di depan, sini pindah ke belakang lagi. Kamu ngerusak pemandangan, Sadewa," katanya dengan nada pelan tapi menekan setiap kata.
Pria yang menggenakan kacamata hitam sontak menambah dengkusan kasar dari hidungnya, melirik sekilas ke arah Rajash kemudian berucap, "Dih Abang apaan sih, kan kemarin Abang sendiri yang galau gegara Viola mau nikah sama si tengil itu. Kenapa sekarang malah Abang dukung buat berduaan?!"
Kalandra yang asyik meminum es boba langsung menimpali, "Lagian lo ganggu keuwuan orang lain, iri lo? Kepengen ya? Duh kasihan banget sih lo."
"Arjuna, lo ada dipihak gue kan?" tanya Keandra memelas meminta pembelaan.
Arjuna hanya menggidikkan bahunya acuh, pria itu sedari tadi hanya diam. Kebanyakan ia hanya menatap datar juga malas ke sekitar, jarang membuka mulut ataupun menampilkan senyuman bahkan dia pun sepertinya menghindari kontak mata dengan Nathan.
"Lo kenapa sih? Gue liat-liat dari kemarin lo kaya beda gitu?" heran Keandra.
Pasalnya, memang ada beberapa perubahan yang ditunjukkan oleh kakak nomor tiga Viola. Mulai dari kebiasaan sarapan, dia sering beralasan ada jam kantor pagi atau sudah terburu-buru karena takut macet. Lalu, ketika semua anggota keluarga berkumpul, dia jarang menampakkan diri-akan ikut jika dipaksa oleh Arkana ataupun Gendhis-selebihnya pria itu menghabiskan waktu diluar.
Mungkin sudah terhitung semenjak seminggu kejadian tak mengenakkan yang menimpa Nathan, Arjuna menjadi jarang bertegur sapa dengan kekasih adiknya. Sekali lagi, untuk kontak mata saja enggan.
"Bang gue ada salah sama lo?" tanya Nathan mendekat.
Bukannya menjawab pertanyaan, Arjuna malah berjalan mendahului tanpa mengidahkan panggilan dari yang tertua. Terus saja, selalu seperti ini dimana saat Nathan menanyakan dimana letak kesalahannya Arjuna akan langsung menghindar atau sekedar pura-pura menyibukkan diri.
Keandra menepuk pundak Nathan. "Gapapa, mungkin dia lagi banyak beban di kantor," ungkapnya menenangkan.
"Gue salah apa ya, Jae? Gue ngrasa semakin hari Bang Arjuna makin ngejauh dari gue, setiap ada kesempatan gue nanya ke dia pasti selalu aja ngehindar. Padahal niat gue cuma mau minta maaf dan memperbaiki semuanya, rasanya nggak enak aja diem-dieman gini," jelas Nathan memandang sendu punggung Arjuna yang dilahap oleh keramaian orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
أدب المراهقين"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...