“Ini Nathan kemana sih, Yah. Kok sampai jam segini belum dateng juga? Padahal kemarin dia udah janji loh sama aku mau nganterin les, ini bahkan udah jam delapan lewat,” celetuk seorang gadis yang sudah rapi dengan pakaiannya.
Arkana mengusap lembut puncak kepala gadis itu seraya berkata, “Sebentar lagi pasti Nathan datang sayang, kamu sabar dulu ya. Atau mau Ayah telponin Papa Dewa dulu?”
Viola menggeleng. Ia lebih baik duduk menunggu kekasihnya dari pada harus repot menanyakan keberadaan cowok itu pada papa. Walaupun sebenarnya ini sudah terlambat, dia tetep keukeuh, minta diantarkan oleh Nathan tidak mau yang lain bahkan Rajash sekalipun.
“Kemarin kamu kemana aja? Diajak Nathan kemana hm?” tanya Gendhis mengalihkan pembicaraan.
Keandra yang muncul dari dalam menimpali, “Iya nih masa Kakak nggak dikasih oleh-olehnya. Kemana aja tuh? Minimal roti bakar lah nggak papa.”
“Pikiran lo makanan doang!” ejek Kalandra melahap donat ditangannya.
“Biarin dari pada lo mikirim selangka-”
Dugh
“Anjir, lo apa-apaan sih? Gak sopan, ini namanya kekerasan terhadap adik!” keluh Keandra mengusap kepalanya yang dipukul oleh sang kakak.
“Mulut lo ember banget, nying!”
Rajash datang, sudah memakai stelan kantornya. “Kalian nggak kerja?”
Si kembar kompak menggeleng. “Udah ada Bang Raja ini, kuatlah Bang Raja ngebiayaiin hidup kita,” cetuk Keandra meringis.
Dugh
“Anjir, lo kenapa sih, Bang?” desisnya menatap Pandu tajam.
“Lagian, kalian ini mau jadi beban seumur hidup?”
Keandra tiba-tiba mengelus dadanya. “Bang nggak boleh bilang gitu, harusnya disyukuri punya adek banyak jadi banyak berkah juga,” katanya sok bijak.
“Alasan aja lo, Sad!”
Memilih acuh, Rajash dengan tiba-tiba berjongkok dihadapan adiknya. “Sayang, Abang anterin aja gimana? Ini kamu udah telat banget loh, masih mau nunggu Nathan hm?” tuturnya lembut.
Viola mengangguk tanpa bersuara. Sebetulnya dalam hati, ia sudah sangat khawatir karena Nathan tiada kabar. Bahkan untuk sekedar menghubunginya melalui ayah ataupun kakaknya pun tak ada, kemana perginya dia?
Pikirannya sudah berkelana jauh, memikirkan hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Tetapi sebisa mungkin ia tetap menampilkan wajah yang bisa menyakinkan keluarganya, takut jika ia bilang jujur keluarganya akan memandang Natham buruk.
Drt
Drt
DrtPonsel Keandra bergetar, cowok itu langsung mengambilnya dari saku. Terpampang tiga pesan dari Arjuna, ada apa ini? Oh dirinya baru ingat semalaman kakaknya itu tak pulang bahkan tak ada kabar dan sekarang baru menghubunginya?
Anj-sabar Keandra, nggak boleh mengumpat.Kemudian ia tak membalas, hendak langsung membuka gerbang karena memang hari ini satpam rumah ijin menemani istrinya lahiran.
“Mau kemana, Sad?”
“Buka gerbang, Yah.”
“Siapa yang dateng?” timpal Kalandra.
“Arjuna.”
Keandra melangkahkan kaki lebarnya, mau saja dia ini disuruh-suruh. Lalu membuka gerbang menjulang tinggi itu mendorongnya sekuat tenaga.
Disana Arjuna membawa mobil asing, nyelonong masuk begitu saja tanpa mengucapkan apapun pada adiknya. Malahan melengos menjulurkan lidah mengejek. Tetapi tiba-tiba kacanya ia buka lebar, dan berteriak, “MAKASIH MONYET, KAULAH SAHABAT TERBAIKKU.”
“ANJING LO ARJUNA! GATAU TERIMAKASIH LO BANGSAT!”
Ada yang beda hari ini, Arjuna membawa mobilnya sampai diteras depan rumah bukan malah memarkirkannya di garasi. Pria itu kemudian keluar, menatap anggota keluarganya bergantian.
“Bawa mobil siapa, Ar?” tanya Pandu.
“Bantuin gue gotong orang!”
Rajash mengkerutkan kening, begitupun dengan yang lain. Tak ayal dari itu, ia juga Pandu mendekat ke arah mobil dan membuka pintu.
“ANJ-” umpat Keandra tersendat karena mulutnya disumpel donat oleh Kalandra.
“Kok Nathan bisa kaya gini?” lirih Pandu miris melihat kondisi Nathan. Cowok itu terlihat mabuk berat, juga dilehernya terdapat beberapa kissmark dan jangan lupakan bau parfum wanita yang menyengat.
“Gue ketemu dia di club, dia ternyata main cewek.”
“APA? NATHAN MAIN CEWEK?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...