Tiga hari terhitung semenjak Arjuna membuat Nathan terluka, semenjak itu juga hubungan antara Viola dan kakak ketiganya itu menjadi renggang. Bukan tanpa alasan, tentu saja ia sangat menyayangkan sikap sang kakak yang langsung main hakim memukuli tunangannya begitu saja tanpa tau apa yang sebenarnya.
Setelah kejadian itu, tunangannya harus dirawat dirumah sakit selama dua hari-tepatnya hari ini Nathan akan dibawa pulang-dan itu semua adalah akibat dari sikap ingin menang sendiri yang dimiliki oleh Arjuna. Itulah yang membuat dirinya kecewa.
Viola mendiamkan kakaknya, bahkan saat mendengar suara Arjuna ia pun langsung berusaha menjauh. Dirinya hanya ingin kakaknya itu sadar jika perbuatannya selama ini salah, sedari dulu kakaknya itu akan selalu memukuli Nathan. Sudah berkali-kali minta maaf tetapi diulangi lagi.
“Sampai kapan kamu diemin Kakak kamu, sayang?”
“Sampai dia sadar yang dia lakuin itu salah, Nathan. Dia udah buat kamu luka kaya gini, aku kecewa banget sama dia,” ungkap Viola menyuarakan hatinya.
Jemari Nathan yang masih lemas mengusap surainya. “Kakak kamu cuma takut kamu kenapa-napa, wajar aja kalau dia kaya gitu. Lagipula aku udah sembuh, Ola. Maafin dia ya?” pinta Nathan yang sebenarnya sangat tidak enak hati membuat hubungan kakak adik itu renggang.
Semua menjadi mendiami Arjuna, begitupun termasuk Arkana dan Gendhis. Mereka semua seolah acuh mengenai hal yang menyangkut putra ketiganya itu.
“Biarin aja, Ayah setuju sama Viola. Semenjak dulu, Arjuna itu selalu main tangan sama kamu, kasar seenaknya. Biarin dia nerima akibat dari perbuatannya,” sahut Arkana.
“Lagipula malah sekarang dia jarang dirumah, seolah kaya nggak ada rasa bersalah sama sekali. Ayah sampe bingung sama sikap dia tuh.”
Arjuna memang jarang dirumah, bahkan cowok itu selalu saja beralasan masih ada tugas kantor atau sekedar ingin nongkrong dengan temannya sampai larut malam. Pulangpun tiada orang rumah yang tau karena semua sudah tertidur, Arjuna juga berangkat bekerja pagi sekali seolah menghindari sarapan juga obrolan bersama keluarganya.
“Sadewa ngerasa aneh, nggak biasanya Arjuna kaya gini, Yah ...” sela Keandra menatap ayah.
“Gapapa, biarin itu nanti jadi urusan Ayah sama Bunda. Viola jangan terlalu dipikirin ya sayang, fokus aja ngurusin Nathannya biar cepet sembuh,” balas Arkana santai.
Nathan sudah sangat tidak enak. Walaupun dia masih berstatus sebagai tunangan Viola, lihatlah betapa baiknya keluarga gadis itu memperlakukan dirinya melebihi dari anak mereka sendiri. Bahkan sedari kemarin mereka jugalah yang menjaganya dirumah sakit.
Papa sibuk mengurusi kantor sedangkan mama masih ada Leo yang kasihan jika diajak ke area yang berbau obat-obatan ini. Maka dari itu papa memberikan amanahnya pada Arkana, menitipkan Nathan agar dirawat selayaknya anaknya sendiri.
“Makasih Yah, udah ngurusin Nathan kayak anak Ayah sendiri. Tapi menurut Nathan, Bang Arjuna gak sepenuhnya salah ... cuma karena rasa sayangnya ke Ola yang tinggi jadi dia langsung ngasih pelajaran takut ada apa-apa sama Ola. Mm, jadi maafin Bang Arjuna ya, Yah ...”
Arkana bangkit, mengusap pelan kepala Nathan. Pria itu tersenyum kemudian berujar, “Tenang, nggak ada yang perlu dikhawatirin. Sekarang kamu sembuh dulu, kasihan putri ayah sedih terus.”
“Iya bener tuh, walaupun gue masih marah gue tetep pengen lo sembuh Nath! Cepet sembuh abis itu gue tonjokin lagi-ups kayaknya gue salah ngomong,” timpal Keandra yang langsung mendapat tanda kepalan tangan dari adiknya.
“Canda kok, iya kan Nath?”
“Awas aja Kak Sadewa berani macem-macem, aku langsung pukul!” ancam Viola menukikkan alisnya.
“Ampun suhu.”
Gendhis menggelengkan kepalanya melihat interaksi hangat antar anggota keluarganya. Walau tidak lengkap, karena Rajash dan Pandu masih Arkana tugaskan diluar kota sedangkan Arjuna kalian tau sendiri. “Udah beres, mau pulang sekarang?”
Nathan mengangguk.
“Gimana pulang ke rumah aku dulu, Nathan?” pinta gadis itu mempoutkan bibir, memelas.
“Mm, Leo udah kangen aku Ola. Maaf ya, besok deh aku langsung ke rumah, gimana?”
“Yaudah deh, emm ...” Viola menunduk sedih.
Arkana mengusap bahu putrinya. “Biarin Nathan kangen-kangenan dulu ya sama keluarganya, biar dia istirahat juga. Besok langsung Ayah bolehin kalian main, jangan sedih ya sayang,” katanya lembut.
Viola mengangguk. “Janji ya?”
“I promise, baby.”
Setelah itu, Nathan dibantu oleh Keandra untuk bangkit. Kalandra membawa barang bawaan, sedangkan Arkana menuntun dua perempuan yang berarti dihidupnya. Tetapi belum ada tiga langkah meninggalkan pintu, dering ponsel Arkana menghentikan semuanya.
Gendhis mengangguk. Menunggu Arkana menerima telepon, pria itu agak menjauh lalu menyapa, “Halo? Ada apa Ed?”
“Tuan, Tuan Muda Arjuna mabuk-mabukan di club xxx ... sekarang saya sedang dalam perjalanan pulang membawa Tuan Muda, Tuan.”
“Oke, tunggu saya datang, Ed. Tahan Arjuna jangan sampai dia pergi lagi!”
Tut
siap konflik?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Teen Fiction"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...