Kegiatan foto prewedding terus berlanjut, setelah tadi mendapatkan setidaknya sepuluh foto dengan latar jembatan yang indah kini Viola meminta ingin melakukan sesi foto lagi dipadang rumput. Kurang lebih ingin ditanah lapang, walau hari sudah beranjak siang tidak melunturkan semangat keduanya.
Didampingi oleh Arkana dan Dewa sendiri, agar kegiatan ini tidak terhambat apapun. Tetapi ya dalam artian bukan berarti mereka bebas, ya seperti tadi hendak diarahkan gaya yang lebih intim sudah mendapatkan pelototan tajam dari Dewa.
Nathan melangkahkan kakinya, setelah mengganti pakaian menggunakan jas yang berwarna hitam lengkap dengan saku depan yang diberi bunga. Kemejanya berwarna putih senada dengan dress yang digunakan gadisnya.
Gadisnya menggunakan dress panjang menutupi kaki, dengan bagian lengan hanya sampai siku. Rambut panjangnya digerai, ditata rapi oleh kru yang sudah dibawa oleh si fotografer. Diberi hiasan bunga semacam bando. Membawa sebucket bunga yang sudah dirangkai oleh Arkana.
"Ayo, Ayo jangan molor! Keburu sore ini, jangan memperlambat waktu! Panasnya terik banget ini!" pekik Dewa mengusap dahinya yang mulai berkeringat.
Arkana berdecih. "Alay lo, lagian disini rindang ngapain lo koar-koar kaya cacing kepanasan?" ejeknya melirik sinis.
Dewa menaruh kedua tangannya dipinggang, menatap si calon besan dengan dagu angkuh. "Males, takut item gue njir! Udah berusaha mutihin ni badan, masa suruh panas-panasan!" balasnya.
Mengambil sunblock, Arkana melemparkannya ke arah dimana pria tadi sudah berusaha mengipasi diri dengan kipas elektrik kecil ditangannya. "Pakai tuh sanblock, biar kaga item lo!" katanya sedikit keras.
"Wah lo pengertian banget, Besan. Makasih ya," ungkap Dewa berseri, kemudian lekas mengoleskan sunblock ke tangan juga kaki beserta leher bahkan wajah sekalipun.
"Anjir, lo pakenya dikit-dikit aja! Abu-abu nanti goblok!"
"Biarin yang penting aman dari sinar matahari, iwhh," kilah Dewa lalu mengalihkan pandangan ke arah putranya yang tengah diarahkan pose.
Tak jauh dari sana, Nathan juga Viola tengah diarahkan beberapa pose yang sudah dirancang oleh fotografer. Gadis cantik menyimak semua ucapan pengarah dengan baik sesekali mengangguk menanggapi, sedangkan disebelahnya tak sadar Nathan malah mesam-mesem tidak jelas menatap gadisnya. Kadang salting, kadang mleyot sendiri.
"Heh Mas, denger nggak? Saya males kalau nanti Masnya masih plonga-plongo gak paham juga!" keluh fotografer memandang Nathan dengan jengkel.
"Iya-iya, ini dengerin kok!"
Dilanjutkan beberapa arahan mengenai mimik wajah, tetapi Nathan malah salah fokus terus dimana ia terus melihat ke arah gadisnya. Masih dengan senyum tidak jelas, pinggang digerakkan kekanan dan kekiri, kadang melirik gadisnya lalu mempoutkan bibir lalu memandang ke arah lain seraya tertawa lirih.
"Heh Mas!"
"Iya-iya."
"Yang bener! Ini biar cepet, kasihan Mbak Viola keburu kepanasan ini."
Dengan terpaksa Nathan memfokuskan dirinya, sesekali melirik ke arah Viola. Mencuri pandang menatap bibir mungil berwarna pink cerah, diberi sentuhan lipgloss yang menambah hasrat ingin meng-ekhem-nya.
"Oke kalau udah jelas, sekarang Mbak Viola gandeng tangan Masnya. Kita coba," kata si fotografer.
Viola mengangguk, ia tersenyum lebar. Tangan kanannya ia selipkan dilengan kekar kekasihnya. Satu tangan lainnya memegang bunga.
"Nah bagus!"
Cekrek
"Nice, gaya lain!"
Kedua sejoli itu diarahkan gaya biasa saja, yakni saling bersanding memandang ke arah depan. Ini hanya akan diambil setengah, yakni dari leher hingga pinggang. Sekedar foto agar tidak bosan, sesuai permintaan Viola yang ingin ada selipan foto random.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Prince
Novela Juvenil"Suatu saat aku pengen bisa liat kamu, Nathan. Semoga aja nanti pas kamu wisuda udah ada pendonor dan aku bisa liat wajah ganteng tunanganku ini." "Nathan, kamu denger aku?" Hening. "Aku janji. Suatu saat pasti kamu akan bisa ngeliat lagi indahnya s...