11

852 108 2
                                    

2 Minggu berlalu

Harry kini sedang berada di samping Danau hitam. Duduk merenung dan quality time bersama 2 sahabat dekatnya itu.
Hermione membaca buku, Ron mengunyah sesuatu dan Harry memikirkan sesuatu.

"Jangan memusingkan N.E.W.T. Harry, kau lupa kau ini orang terpenting selama sejarah sihir abad ini, nilaimu T semua pun kau akan tetap diterima di Kementrian" Ron membuka percakapannya, kakinya menendang nendang kerikil.

Hermione berdecak kesal, "Kau ini sama liciknya seperti Malfoy- menggunakan nama- aku yakin Harry tidak seperti itu.. iyakan Harry"
Hermione merangkul leher Harry dengan lengannya, Harry tersenyum menatap Hermione dan Ron.

"Iya- kalau begitu aku pinjam catatanmu supaya aku dapat bekerja di Kementrian" Harry tersenyum lebar dan tertawa kecil, diikuti Ron yang tertawa.
Hermione mendengus kesal.

Draco datang dari belakang mereka ber3, berjalan dengan setelan hitam seperti biasa, tangannya dimasukan ke kantungan celana membuat dirinya sangat gagah dan tinggi.
"Kalian sudah dapat surat dari Kingsley?"

Harry Hermione dan Ron mendongak ke arah Malfoy, kini Malfoy berdiri disamping Harry.

Hermione panik, Ron kaku
Harry memutar matanya malas... Hermione menyadari itu.

"Harry aku ingin jujur padamu". Hermione membuka suara,

Harry bingung menatap Hermione "Apa?"

"Aku dan Ron sudah tau Draco masuk ke Orde- dan dia dengan sah menjadi anggota Orde" Hermione mengucapkannya bergetar.

"Ya Harry- kau harus menerima Draco" kata Ron tergugup.

Harry tersentak, dia berdiri marah memandang ke 3 orang tersebut satu satu. Ternyata sahabatnya menyimpan rahasia ini dibaliknya, bahkan ke 2 sahabatnya yang dicintainya itu telah memanggil nama depan.

Mata Harry menatap marah, tangannya mengepal keras "Bahkan kalian sudah saling memanggil nama depan dengannya... Baiklah kalau begitu!" Harry berbalik pergi dengan amarah luar biasa.

Harry berjalan keras, tidak sadar dia menangis menuju asramanya. Dia menghempaskan air mata dari pipinya dengan keras,

Berjalan naik, pintu ular sudah menunggunya, passwordnya menanyakan "Apakah kau baik saja?"

Harry menjawab dengan bahasa ular dengan marah "Tidak", kemudian pintu terbuka. Harry menenggelamkan dirinya di kasur atasnya, dia menenggelamkan tubuh dan wajahnya di balik selimut tebal merah itu. Dia menangis terisak.

Hermione, Ron dan Draco masih berada di danau. Berbincang membahas masalah Orde, kini Draco ikut duduk menyender dipepohonan disamping Hermione.

"Mengapa rapat Orde secepat ini- ada apa Draco?" Hermione bertanya memandangnya.

Draco nenatap lurus pandangan kosong, hanya mengernyitkan alisnya.
"Kau akan tau sebentar lagi Mudblood"

Ron menggerang "Hei... bukankah kau sudah menjadi teman kami, berhentilah memanggil dia Mudblood" dia menatap Draco tajam. Draco melirik, mendengus kesal

"Aku ini masih berada di sisi ini Ronald" dia menunjungakn tangan yang ada tanda kegelapannya, Ron bergidik merinding begitu juga Hermione yang mengernyitkan alisnya.
"Aku harus terbiasa memanggil dia Mudblood, aku tidak bisa melindungi kalian di depan, aku adalah Pahlawan Kegelapan artinya Pahlawan Belakang" Draco menutup tangannya lagi dengan lintingan bajunya.

"Pahlawan kesiangan kataku" kata Ron bergumam, Draco tidak peduli.

Mereka ber 3 terdiam lagi, jujur Hermione merasa sangat canggung karena dia dan Ron duduk disebelah mantan pelahap maut bahkan masih pelahap maut yang orang tertentu tau, Hermione masih ingat bagaimana cara Draco memandangnya saat Hermione disakiti oleh Bibinya yaitu Bellatrix.

Memories // DRARRY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang