Pagi harinya Astoria masih merasa kesal dengan perbuatan Draco semalam. Dia harus lebih banyak sabar dan sabar untuk menghadapinya, tidak mudah. Sungguh tidak mudah menghadapi Draco. Bagi Draco segala hal yang dilakukan Astoria adalah salah.
Kini sarapan mereka makan bersama tetapi benar-benar tidak ada satu ucapan kata apapun dari masing-masing mereka berdua. Hanya ada dentingan piring sendok dan garpu. Tak lupa tonik disamping gelas Draco yang setiap hari diminumnya.
"Kau akan kemana lagi setelah ini?" Astoria membuka mulutnya untuk memecah keheningan.
Draco mendongak, dia mengangkat bahunya. Tentu saja sebetulnya Draco tahu kemana tujuannya, tetapi dia tidak memberitahu Astoria.
Astoria diam saja, "Apakah kau tidak berusaha bekerja? kita terus mengandalkan hartamu. Bagaimana kalau habis?"
Draco menoleh luar seolah mengacuhkan, "Harta ini tak akan habis tujuh turunan" jawabnya.
Astoria menghembuskan nafas panjang, "Apakah kau tak ingin mencari kesibukan?"
Draco menggeleng, "Aku sudah sibuk"
"Sibuk apa?"
Draco mendengus kesal, menatap tajam Astoria yang ada didepannya. "Aku kan tidak pernah di Manor— tandanya aku ada urusan, aku selalu ada urusan"
Astoria mengangguk perlahan, dia tak menjawab. Draco menyelesaikan makannya yang tidak dihabiskan lalu meminum toniknya dan berdiri meninggalkan Astoria duduk sendiri.
Sudah biasa, benar-benar sudah biasa hampir 3 tahun seperti ini. Astoria sudah tak makan hati lagi, kini dia hanya perlu mempertahankan anak yang ada diperutnya. Semua itu, tugasnya sudah selesai.Astoria menyelesaikan makannya setelah itu, dia berjalan sedikit menyusul Draco.
"Aku tau kau ke dunia Muggle menemuinya, kau sadar kau melanggar Kementrian?"
Astoria berdiri dibelakang Draco, Draco dikamar tengah berdiri di depan kaca membenahi jubahnya.Draco berbalik, dia mengancingi bajunya. "Kau tau apa soal itu? Lagipula itu urusanku, aku yang menerima ganjarannya"
"Bagaimana kalau ganjarannya kau benar-benar kehilangan dia?"
Draco menatapnya tajam, dia mengatakan dengan tatapannya berani sekali kau berbicara seperti itu. Astoria hanya diam setelah berbicara seperti itu lalu dia pergi meninggalkan Draco.
Astoria masuk ke kamar pribadinya yang berada di Manor Malfoy, 3 tahun dia di Manor Malfoy tetapi dikamar kesepian dan sendirian yang hanya ditemani oleh buku-buku. Semua ini salahnya, salah Astoria. Dulu dia mengejar Draco dengan gila hingga meminta pertunangan oleh keluarganya tanpa tau Draco telah menyukai orang lain. Sekarang dia menerima hasilnya, hubungan perjanjian darah yang sah dan tak bisa diingkar. Astoria menangis dikasurnya, memegang perutnya. Dia merasa tak pantas lagi berada disini, dia merasa bahwa dia tak pantas untuk mengandung calon Malfoy.
Menangis berjam-jam sudah menjadi kebiasaan Astoria, kini sudah menjelang sore. Draco pergi sejak pagi dan dia yakin tidak kembali karena perseturuan tadi. Dress panjang yang Astoria pakai kini telah lusuh. Dia hendak berdiri dan pergi, merapikan sedikit rambutnta dengan wajah bengkak habis menangis. Dia keluar Manor dan pergi.
Kini dia telah sampai diperkarangan rumah, mengetuk-ketuk pintu berulang kali hingga seseorang keluar dari rumah itu. "Luna..." panggil Astoria lemas, Luna melihat Astoria yang malang itu lalu dia mengajaknya masuk rumah.
Luna menuntunnya masuk, "Kenapa menjelang malam kau keluar begini Tori... tidak baik untuk anakmu, diluar dingin" Luna membantu Astoria yang lemas kedinginan untuk duduk.
Luna mengambil selimut tebal lalu mengalungkannya pada Astoria, mengelus punggung dan lengan Astoria. Kini Astoria semakin kedinginan, Luna berlari mengambil air hangat untuk diminum dan merapalkan mantra penghangat di sekitar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories // DRARRY [COMPLETED]
FantasíaBOYSLOVE DRARRY FANFIC "BACK TO MEMORIES" IS OUT NOW (PART 2) Setelah the battle of hogwarts yang ke 2, Harry Potter "The Boy Who Lived" yang masih tetap berjuang untuk menghapus memori memori buruk yang telah dilalui selama 17 tahun belakangan in...