Tapi Cho tetaplah Cho, mulutnya mana bisa diam. Dua hari kemudian, pagi-pagi di hari Minggu Harry telah bebenah memasuk-masukan botol minum baru ke etalasenya dibantu oleh Cho.
"Harry, aku minta soju satu dong!" Cedric datang dengan wajah bantalnya.
"Eh Cedric! Kalau mau minuman gratis ambil air putih, menganggu kami kerja saja" Cho yang sedang menggeser-geser meja menimpali.
Cedric menguap, "Kalau ada yang enak dan gratis kenapa tidak"
Harry mengangguk, menunjuk ke kulkas, "Iya ambil sendiri saja" dia sedang menata gelas perlahan, Cedric tersenyum lebar dan berjalan mengambil sebotol Soju.
Cedric meneguk minumnya, "Dilihat-lihat maju sekali Barmu Harry, kau mau buka diluar?"
Persis Cedric bertanya, seorang tamu agung datang menghampiri Bar dan semua menoleh.
"Selamat pagi" katanya.Cho tersenyum dan bersiul, "Demi Merlin!" Cho menaruh kursi yang diangkatnya,
"Selamat pagi, Draco. Melihat Draco sepagi ini, cemburu sudah matahari diatas sana. Kalah cerah"Draco tertawa, matanya menangkap Harry yang kini mengamatinya. "Mau pesan minum untuk nanti malam dibawa ke kamar bisa kan"
Cho mengangguk-angguk, dia berjalan ke arah Harry dan mengambil kertas serta bolpointnya.
"Pagi Malfoy" Cedric menyapa, Draco balas mengangguk.
Cho menulis pesanan yang Draco mau, "Diantar ke kamar lewat siapa?" Draco bertanya, Cho tersenyum lebar dan dengan cepat tangannya menunjuk Harry.
Draco menoleh ke Harry, "Kau? Sudah tau nomor kamarku?"
Yang ditoleh mematung, sejak kedatangan Draco sepagi ini, Harry memang jadi patung.Cho tertawa menundukkan wajahnya, "Sudah, dia sudah tau nomor kamarmu. Seratus lima belas lantai paling atas"
Harry melotot pada Cho, Draco tertawa renyah. Dia berterima kasih kemudian pergi meninggalkan gedung. Susah urusannya jika dengan Cho, padahal tugas mengantarkan minuman ke kamar pelanggan itu merupakan tugas Cho. Dengan ringannya tangan itu malah menunjuk pada arah Harry.
"Harry, kenapa kau diam saja segera siapkan dong" Cedric memecahkan pikiran Harry. Cho tertawa terpingkal-pingkal memukul meja.
"Dia itu naksir pada Draco, naksir berat. Lihatlah dia sampai jadi patung"
Harry menghela nafasnya dan mulai bangun dari "pingsan"nya, dia berbalik dan mulai memindah-mindahkan barang lagi.
Cedric tertawa menggelengkan kepalanya, "Aduh susah urusannya menyukai laki-laki seperti dia, dia itu Sipir hebat dan jabatannya tinggi walaupun belum jadi Kepala." Cedric mengeluarkan surat dari kantongannya dan meletakkan surat itu didepan wajah Harry, "Nih, kau diterima di Kementrian"
Harry menoleh cepat pada Cedric, dia menatap surat itu dan bergegas membuka surat itu.
Harry tersenyum lebar dan berteriak kesenangan, saking senangnya dia berlari ke hadapan Cedric dan memeluk sahabatnya itu. Soju Cedric hampir tumpah saat Harry mendarat pada tubuhnya.
"Yaampun, aku bekerja di Kementrian akhirnya" ucap Harry, wajahnya sumringah dan matanya berair mendandakan terharu.
"Wah bos ku makin kaya nih, boleh jadi tambahin persenannya dong" Cho menyeletuk ikut senang, dia menghampiri Harry dan mengucapkan selamat.
Cedric membubarkan acara kesenangan itu, "Nah, Harry karena aku kenal dengan si Malfoy itu, coba ku cari tau apakah dia mempunyai pacar atau belum" Harry menoleh pada Cedric saat dia mengatakan itu.
"Mulai sekarang kau itu bawahanku, kau di kantor besok panggil aku bos" kata Cedric dia meninggikan tubuhnya, Cho berakting muntah dan Harry tertawa-tawa mengangguk.
Dibalik rasa senang Harry saat itu, ada jantung yang tak berhenti berdegup kencang untuk merasakan kedatangan pemuda pirang dihadapannya.
Penglihatan dari sisi Draco sendiri berbeda, dia tak sepenuhnya meninggalkan Scoprius. Dia akan pulang tentu saja, dia kedunia Muggle baru 3 kali. Selama ini, dia hanya menampakan diri di dunia Muggle 3 kali saja. Terkait pikiran orang-orang tentangnya ya mudah saja, mantra Confudus solusinya. Setelah Draco menampakkan diri selama beberapa menit di hadapan Harry, memastikan Harry melihat kedatangannya. Draco akan langsung berjalan menjauh dan berapparate kembai ke Manor mengingat anaknya sudah menunggu disana. Itu adalah tugas Draco saat ini, tugasnya lebih berat lagi karena kejadian itu terjadi.
Sekarang malam telah menyambut, Harry semakin tidak tenang rasanya. Cho dari tadi, dari semenjak kedatangan Draco memesan minuman, dia tak ada henti-hentinya menggoda Harry.
"Kurang ajar kau, Cho. Tugas mengantar minuman itu kan kau"
Cho tertawa terpingkal-pigkal, "Lagian kau tidak menolak kan", Harry menghela nafas dan menggeleng heran. "Ayo cepat antarkan, dia sudah menunggu"
Harry membawa botol minuman yang dipesan Draco, di berjalan keluar dari bar dan sebelumnya berkata pada Cho, "Sebenarnya yang bos itu aku atau dirimu sih" Cho tertawa keras, wajahnya mengejek Harry.
Dan disinilah Harry, didalam lift ditemani dentungan jantungnya sendiri. Wajahnya jadi berkeringat menandakan dirinya gugup. Lift terus naik setelah Harry menekan tombol lantai 4, lantai paling atas. Pintu terbuka, ini saatnya. Astaga entah kenapa badan Harry jadi kaku semua, di baru kepikiran. Apa yang akan dia katakan setelah menekan tombol bel dikamarnya? Dia harus latihan sekarang.
Harry berjalan menepi untuk latihan bicara sebentar, "Ini...minumanmu" Harry mengeluh, "Ah.. bukan gitu, tanpa pakai mu" dia lanjut latihan lagi. "Ini minuman yang kau pesan" Harry mendecak lagi, terlalu formal. "Kurang ajar sekali kau Cho"
Harry mengeluh tak bisa latihan, dia pasrah. Yasudahlah, apapun yang ada dipikiran Harry, dia akan mengatakannya langsung. Harry kembali berjalan menuju kamarnya Draco. Jantungnya bukan main lagi, kini dia berada di depan pintu pas. Harry mengambil nafas dan membuangnya secara perlahan. Dia menekan tombol itu, sekali.
Tidak terbuka, Harry jadi ragu untuk menekannya kembali. Baiklah, tak ada salahnya menekan bel orang lebih dari sekali. "Tiga kali saja dan aku akan turun" gerutu Harry, "Jangan deng, enam kali dibagi dua saja. Setelah itu aku akan turun" batinnya.
Nah tepat bel ketiga, pintunya terbuka. Draco masih dengan atasan hitam dan juga bawahannya, wajahnya kaku segar menyibakan pemandangan. Harry menatap mata biru milik Draco. Sampai tak berkutik akan ketampanannya, "Pesananmu" Harry menceploskan kalimatnya secara gugup.
"Kenapa lama sekali?" Draco malah bertanya seperti itu, dia berdiri diambang pintu menatap Harry tajam dan wajahnya tanpa ekspresi.
Harry makin berkeringat, sungguh gugup. Apakah dia dimarahi oleh pemuda itu? "Maaf... tadi aku" dengan cepat Draco mengambil botol yang ada ditangan Harry, Harry jadi lupa mau bilang apa.
Draco merogoh sakunya, dia mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada Harry tanpa kata, Harry malah sibuk memperhatikan latar Draco. Dia ingin tau kamarnya didalam seperti apa, Draco menyadari itu dan menyeringai.
"Kau harus menjadi pacarku dulu kalau mau masuk kamar pribadiku" Celetuk Draco menyeringai.
Bulu kuduk Harry merindingi, dia tersenyum dan memasukan uang kedalam kantongnya lalu dia berbalik meninggalkan kamar Draco dengan jantungnya yang membeku.
Disisi lain saat Harry meninggalkan bar, Cho memanfaatkan kesempatannya untuk menebus kebaikan Harry.
"Nah, Cho berapa miumanku tadi?" seorang wanita berkehendak untuk membayar, Cho yang mengelap gelas langsung berbalik untuk mengambil nota. Dia mempuyai ide briliant.
"Empat puluh Euro" jawabnya dengan tersenyum cerah. Wanita itu mengangguk-angguk dan mengeluarkan dompetnya.
Cho menambahi "Alkoholmu kadarnya tinggi, rempahnya harus cari di Asia jadi harganya jadi tinggi" padahal kenyataannya, harga sesungguhnya hanyalah 20 Euro saja. Tetapi Cho itu gemas sendiri dengan Harry karena dia terlalu baik dan tak mengambil untung. Dia menerima 40 Euro dari wanita itu, 5 Euro untuk tipnya. Cho langsung memasukkannya kedalam kantongan. Tak lama kemudian Harry keluar dari lift yang entahlah bagaimana ekspresinya. Cho tak bisa menggambarkan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories // DRARRY [COMPLETED]
FantasiaBOYSLOVE DRARRY FANFIC "BACK TO MEMORIES" IS OUT NOW (PART 2) Setelah the battle of hogwarts yang ke 2, Harry Potter "The Boy Who Lived" yang masih tetap berjuang untuk menghapus memori memori buruk yang telah dilalui selama 17 tahun belakangan in...