Back to Memories 17

204 31 0
                                    

Dengan keterkejutan yang terjadi ini, Ginny tertawa. "Aku paham sekali ekspresi kalian" Scorpius dan Rose jadi bingung.

Rose menatap Ginny tak yakin, "Kau berpura-pura gila?" Nah sekarang giliran Rose yang sompral. Scorpous jadi ngeri sendiri melihat Ginny.

Ginny mengangguk-angguk. Kini dia berhenti tertawa, ekspresinya masih seperti dulu. Cepat sekali berubah, Scorpius dan Rose jadi lebih berhati-hati dalam bertanya.

"Kenapa?" Scorpius melanjutkan pertanyaan dari Rose.

"Untuk menebus dosaku"

Scorpius paham dosa apa yang dimaksut Ginny, yang terjadi sewaktu peperangan itu.

Ginny menyibakkan rambut kusutnya, "Aku menghukum diri sendiri dengan mengurung diriku, tidak berbaur dengan dunia luar"

Rose menatap Ginny, matanya penuh pertanyaan. Ginny tersenyum menatap Rose, dia memegang kepala Rose. "Maaf aku tadi membanting pintu di wajahmu, aku hanya tak siap melihat keponakanku dalam jarak dekat"

Rose mengangguk dan balas tersenyum.

Keheningan memecah, Ginny menghela nafasnya. "Tapi sekarang aku akan menebusnya pada kalian. Aku akan memberi apa yang kalian cari"

Scorpius mengangguk, Rose mengikutihya. Kini Scorpius dan Rose menceritakan seluruh potongan-potongan cerita yang mereka dapatkan. Ginny merespon dengan baik, kini saatnya dia melanjutkan cerita ini. Saatnya Ginny membalaskam dan membayar hutang dosanya.

Satu tahun lebih sedikit berlalu, Scorpius sudah memasuki usia 1 tahun 3 bulan, dan Rose tepat di 9 bulan setelah ia lahir. Ini hari pertamanya Draco dan Ginny keluar dari dunia sihir hanya untuk merasakan bagaimana rasanya, seperti pemanasan. Semua sudah disiapkan, 1 tahun lebih ini Draco dan Ginny pergi belajar untuk menguasai cara kerja Muggle suoaya mereka tidak terlalu aneh didepan Muggle.

Draco berpamitan pada si kecil Scorpius yang digendong oleh Ron. Mencium pucuk kepala anaknya, "Jaga anakku" katanya pada Ron. Ron menyerinagi, "Anakku kalii" dan Draco tertawa simpul, Scorpius terlihat tertawa-tawa saat tangan Draco melambai-lambai ke arahnya. Catat, itu adalah hari pertama dimana Draco memulai ceritanya kembali.

Disisi lain, Harry yang sudah lulus dengan cepat dan predikat Cumlaude karena betapa beruntungnya dia mengenal Cedric, kakak tingkatnya, dengan bantuan Cedric yang pintar dan Harry sedikit memaksa jadilah Harry lulus cepat dengan nilai tinggi. Cedric kini telah bekerja di Kementrian karena paras tampan dan menawan serta otak yang luar biasa hebat maka dia bisa mendapatkan posisi Kementrian tingkat tinggi. Harry masih menganggur, jika diingat-ingat dulu, Harry sangat kesulitan mencari sebuah pekerjaan paruh waktu. Cedric telah berpindah ke rumah cewa dekat kantornya, jadi Harry juga mengikuti.

"Kau mengikuti mulu? Memangnya kau yakin kau ini keterima di Kementrian?" tanya Cedric, mereka berdua sedang berangkat untuk survei kamar sewa baru di London. Sudah seminggu ini mereka berdua belum menentukan tempat yang cocok, entah harganya mahal, lingkungannya tidak menyenangkan dan masih banyak lagi.

"Yakin lah aku kan juga pintar" kata Harry menjawab Cedric dengan cengengesan.

Tetangga Cedric dan Harry yang heboh itu keluar, menatap mereka berdua yang ingin turun tangga. "Yah jangan pindah dulu dong... couple goals di daerah sini jadi menghilang" tak habis pikir oleh Harry, tetangga satu ini memang asik tetapi selalu menjodoh-jodohkan dirinya dengan Cedric. Cedric balas tertawa-tawa saja, Harry melotot pada Cedric dan kini mereka sudah berjalan turun.

Mereka berjalan menyeberangi jalan untuk menaiki bus merah khas London, "Kau ini! Jangan tertawa dong, nanti dikira kita pacaran beneran"

Cedric tertawa lagi, "Lagian dia selalu menjodohkan kita sejak kau pindah, dia tak pernah bosan. Aku jadi tak bosan tertawa" Harry menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Memories // DRARRY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang