21

595 65 2
                                    

Sudah 2 minggu Hermione dan Ron putus, sudah lama juga Harry dan Draco berkencan dan bertemu secara diam diam. Bercumbu tetapi belum sepenuhnya bercinta, Draco masih enggan melanjutkannya padahal Harry sebenarnya sudah sangat ingin dan dia yakin bahwa dia siap.

Latihan bersama Prefek juga tidak begitu buruk, 2 minggu ini Harry terus ikut untuk latihan Prefek dan hanya sekedar mengamati. Ron dan Hermione masih sangat canggung, Hermione kadang akan berlari ke arah Harry atau Pansy saat dia berdekatan dengan Ron.

Hubungan sesama asrama juga semakin baik, Ravenclaw dengan Slytherin juga membaik begitupula Gryffindor. Hermione dan Ron sudah bisa bercanda canda dengan Pansy dan Draco, khususnya Hermione dan Pansy saat ini belum melontarkan satu pun ejekan. Harry senang melihat itu.

Hubungan Ron dan Harry juga menurutnya baik baik saja tetapi tidak sedekat dulu. Kemungkinan karena masalah putus ini, lama kelamaan juga akan terasa lebih baik.

Kini sore hari Draco tengah menyendiri dibawah pohon dengan segenggam apel ditanganya, dia menggigit apel itu kemudian Astoria dari belakang tiba tiba muncul, Draco terkejut tetapi dia tidak menampakannya.

"Hai Draco" sapa Astoria lalu dia duduk disamping Draco,

Draco melirik saja tidak berkata apapun, dia terus mengunyah apelnya sambil memandang lurus ke halaman.

"Kau sudah membicarakan dengan keluargamu?" tanya Astoria ceria menatap Draco yang tak menatapnya.

Draco menggeleng sambil mengunyah, Astoria mengernyitkan alisnya, "Kata Pansy kau mempunyai pacar— siapa?"

Draco menengok, "Tidak ada" dia mengernyitkan alisnya marah.

Astoria melihat mata biru Draco pertama kalinya, dia merasa tersipu menatap Draco. Astoria mengedip kedipkan matanya, "Baguslah" kata Astoria tersenyum, "Kalau begitu aku satu satunya" tambahnya.

Draco mengernyitkan alisnya bingung, "Kau mendapatkan kepercayaan diri itu dari mana sih?" tanya nya sarkas.

Astoria tertawa kecil, "Kau cerewet ya ternyata" Draco menutup mulutnya dan berpaling lurus lagi serta datar.

"Aku yakin orang tua mu setuju kok Draco— aku juga sudah siap menjadi istrimu" kata Astoria cekikikan.

Draco mengernyitkan alisnya, "Dih— siapa juga yang mau menjadi suami mu— dasar gila"
Draco berdiri dan meninggalkan Astoria yang duduk.

"Tunggu dulu" Astoria menarik tangan Draco, Draco mendongak. Astoria berdiri dan menatap pasang mata Draco. Draco memutar matanya malas,

Astoria menyeringai, "Ini pertama kalinya kita bergandengan tangan". Mata Astoria melirik tangan mereka yang bergandengan,

Draco menatap tangannya yang digandeng Astoria dan Draco menghempas kasar lalu bergidik ngeri. "Dasar wanita gila" lalu meninggalkan Astoria. Astoria tertawa terkekeh kekeh.

Draco menuju Hutan terlarang karena harus berlatih bersama prefek prefek lainnya. "Kenapa aku harus bertunangan dengan wanita gila" gumamnya dalam hati sambil terus berjalan turun melewati lapangan yang menurun untuk ke hutan terlarang.

Disana Harry dan Hermione sudah menunggu,
Harry melihat tubuh kurus dan tinggi berjalan ke arahnya, dia berlari kecil untuk memeluk Draco yang sedang berjalan, Draco menatapnya dari jauh dengan tersenyum lebar dan merentangkan tangannya bersiap menerima hentakan tubuh dari Harry.

Memories // DRARRY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang