Back to Memories 25

325 31 2
                                    

Tanpa lama-lama, secara tak sabaran Hermione memulai ceritanya. Scorpius kembali memasuki dunia cerita ini.

Hermione datang dan menyamar sebagai sipir, kekacauan itu sungguh luar biasa. Hermione dan Ron harus membaur sebagai Muggle untuk menyelamatkan Ginny yang diserang para tahanan. Sesampainya mereka disana, Ginny sudah tergeletak tak berdaya di klinik penjara. Ron datang duluan, dan dia menatap Harry dengan matanya. Harry berada di samping duduk dikursi.

Harry mengernyit, samar-samar kepalanya sakit. Dia menyadari dia melihat kilas balik yang rasanya ia pernah lakukan sebelumnya, yaitu dia melihat pria dengan tongkat ditangan. Ron buru-buru menyembunyikan tongkat itu ke saku celananya setelah dia sadar bahwa Harry melihatnya.

Harry berdiri keluar untuk menyendiri, dia tak mau berurusan dengan para sipir. Sipir-sipir pasti akan memelototi Harry setelah ini. Kini, tubuh Harry dan wajahnya berkeringat karena darah dan luka. Beberapa darah mengering, Harry kadang meringis kesakitan tetapi tak mau untuk mengobatinya, birlah ini menjadi hukumannya.

Harry duduk di lorong sel, tubuhnya dijatuhkan kelantai lalu Harry meringkuk dan menangis. Tidak selesai-selesai perbuatan kejinya, tidak selesai juga hukumannya. Harry bingung apakah yang dia lakukan di kehidupan dulu sehingga ganjaran di kehidupan sekarang sebesar ini.
Harry memeluk tubuhnya sendiri dan menangis, tetapi samar-samar ia mendengar sipir lain berteriak mencari-cari.

Draco berlari dan lorong ke lorong dari tahanan lainnya ataupun sipir lain. "Dimana dia?!" Draco tak berbohong atas kekawatiran terhadap Harry, dia menubruk semua orang yang menghalangi jalannya.

"Dimana jantung hatiku" Draco berteriak, Harry yang sedang memeluk dirinya dia mendengar itu. Harry mengangkat wajahnya, menatap seseorang tinggi rambut pirang yang berlari mengarah padanya. Harry tersenyum lega saat melihat Draco lagi.

Draco berlari, menundukkan tubuh dan memeluk Harry. Harry menerima pelukan itu, bernafas lega. Draco juga merasa lega, dia mengusap-usap rambut Harry. Harry seolah tak mau melepaskan pelukan itu.

"Jangan lihat aku... aku sedang buruk" Harry berkata didalam dada Draco, menenggelamkan wajahnya malu.

Draco menangis lalu tertawa kecil, dia melepaskan Harry terpaksa, meraih wajahnya dan menatapnya. "Apa yang kau katakan, lihatlah kau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu"

Harry tersenyum malu, sungguh malu. Hatinya jatuh, ini adalah momen yang tepat untuk menjelaskan semuanya, selama dua tahun terakhir ini.
Draco melepaskan genggamannya, wajahnya lesu. "Ada yang mau kuberitahu"

Jantung Harry merasa tak siap, tidak pernah sama sekali Draco seperti ini. Rasanya Harry siap tak siap menatap Draco.
"Apa, Dray"

Draco menghela nafas panjang, "Aku dijodohkan dengan orang lain tetapi aku tak mau, tolong bantu aku"

Baiklah, Harry lemas sekarang. Wajahnya yang lesu kini makin lesu, sudah tak ada tenaga lagi untuk bencana selanjutnya.

"Mereka akan mendekatkanku pada anak mereka dalam dua minggu lagi, Harry"

Harry menatap Draco, "Mengapa kau mengatakan ini padaku, Draco" Harry bertanya, mengapa dari sekian banyaknya teman kenalan Draco, Harry lah yang diberitahu.

Draco meraih tangan Harry, "Aku ingin orang itu adalah kau" Harry meneteskan air matanya, yang benar saja. Dia adalah pemuda yang terbaik diantara paling baik, Harry merasa tak pantas untuknya.

Harry menghela nafas panjang, meraih telinga Draco dan mengusapnya. "Aku bahkan tak pantas berdiri disampingmu, Dray"

"Kalau begitu dipangku saja"

Harry melotot, bisa-bisanya disaat seperti ini masih ngajak bercanda.

"Aku tak pantas menjadi pacarmu, kau pemuda tampan, terpandang. Gimana kata orang lain, Dray. Anakmu, jangan lupakan anakmu. Apakah dia tak malu mempunyai dua Ayah"

Memories // DRARRY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang