35

530 47 1
                                    

Beberapa hari mereka bersembunyi dan berpindah tempat, tiba lah saatnya pertempuran besar akan datang. Harry dan Draco sudah berjanji bahwa mereka tidak akan mengubah apapun, dan siapapun.

Asrama sudah mulai bergetar hebat, Harry bersiap keluar dari persembunyian dan dia mulai menyibakkan jubah tak kasat mata ke tubuhnya. Tetapi sebelum itu Draco memegang lengan Harry.

"Harry..." Draco mengucap lemas dan tatapan matanya tampak tak nyaman.
Harry mendongak ke belakang menatap Draco.

"Iyaa?"

Draco mengedip kedipkan matanya, menatap mata Harry dan berair.
"Ayahku mati— mereka membebaskannya saat perang asrama. Ayahku memakai topeng dan— ada yang membunuhnya"

Harry tersontak kaget, menjatuhkan jubahnya dan memeluk Draco dengan erat.
"Maafkan aku— aku ikut berduka" kata Harry menenggelamkan wajahnya di bahu Draco.

Draco mengangguk, menangis. Tak salah, se benci apapun itu terhadap Ayahnya, dialah tetap Ayahnya.

Draco menenggelamkan tangisannya ke pelukan Harry. Dan Harry membiarkan Draco menangis se lama mungkin.

Draco mengusap air matanya dan menatap Harry, "Let's kill this son of a bitch" Draco mengangguk mantap.

Harry dan Draco berjalan keluar dari tempat persembunyian mereka, Harry menggunakan jubah tak kasat mata dan Draco menggunakan tudung jubahnya agar tak terlihat. Mereka berlari mencari Dolohov dan Barty Jr

Draco berlari, dia sesekali berteriak diantara reruntuhan batu dan teriakan murid murid. "Kesini Harry!"

Harry mengikuti Draco dari belakang, walau tak terlihat tetapi Draco bisa merasakan Harry.

Harry bergumam "Permudah ayo permudahkanlah kami" Harry terus mengatakan itu di dalam hatinya.

Draco sesekali melontarkan mantra pada pelahap maut yang berterbangan itu.

"Jangan pakai mantra tak termaafkan! kau akan terlihat! ingatlah kau di sisi siapa" teriak Harry dibelakang Draco.
Draco mendecak kesal

"Maaf— aku tak tahan" lalu Draco terus berjalan cepat.

Harry dan Draco berjalan melewati lorong dan bebatuan besar, Harry hampir saja menabrak anak anak yang tak melihat dirinya ada.

Mereka berlari, setengah percaya bahwa mereka bisa meninggalkan kematian sendiri,  mengacuhkan kilasan cahaya dalam kegelapan di sekeliling, dan suara danau yang berombak bagai laut, dan Hutan Terlarang berbunyi keriat-keriut walau malam itu tak berangin, melalui tanah yang nampaknya bangkit dan memberontak, mereka lari lebih cepat dari yang pernah ia lakukan dalam hidupnya.

"Itu mereka-- mereka pelahap maut"

Draco menunduk bersembunyi dibalik bebatuan, Harry membuka jubah Ayahnya.
"Tidaakkk" bisik Harry pada Draco, Draco menoleh kebingungan.

"Ini adalah tempat Snape mati-- aku tidak kuat melihatnya-- setelah itu Harry Ron Hermione masa kini sebentar lagi datang, ayo pergi" ajak Harry, dia menarik lengan Draco.

Draco dan Harry masuk kedalam hutan, jauh didalam sana. Di kegelapan dengan bermodalkam cahaya bulan supaya mereka tidak terlihat.

Dan mereka telah sampai pada sekumpulan kematian, pelahap maut yang sedang mengitari perapian. Harry mendongakkan kepalanya, dia tak bisa melihat Barty dan Dolohov.
"Apa mereka ada tugas sendiri?" Bisikknya pada Draco, Draco menggeleng tidak tahu.

Harry menghela nafas panjang, dia memasukan kembali tubuhnya dalam jubah.

"Drayyy... mengapa kau masih disini-- ayo" Draco tersontak hebat mendengar siapa yang berbisik itu.

Memories // DRARRY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang