CH. 5

7.2K 721 9
                                    

        Detik ini begitu terasa aneh, setelah kembali mengulang waktu zehan dihadapkan dengan Count Clev untuk kedua kalinya. Ada perasaan was was dari Zehan karena kematian sebelumnya yang diracun oleh Clev sendiri.

     "Pasti ia akan memberikan roti awan berisi racun lagi kepadaku, pilihan apa yang harus aku ambil? Melawan Clev atau.. Tetapi, kenapa ia membunuhku? " Pikir Zehan dalam hati. Ia cukup lama berfikir sampai lupa dengan Clev yang berbicara dengannya.

     "Ada apa? " Tanya Clev menggunakan bahasa isyarat.

      Namun Zehan nampak masih berfikir dan tidak pokus pada dirinya. Clev kemudian memegang pundak Zehan sambil memberikan Roti awan tersebut.

Zehan sedikit terkejut dan mata ketakutan terpancar dari sorot matanya. Clev hanya memperhatikan. Sebelum Clev mulai berbicara kembali, Zehan telah lebih dulu membuka pembicaraan dengannya.

    "Tuan, ku mohon maafkan aku" Kata Zehan dengan bahasa isyarat.

    Nampak jelas ekspresi wajah Clev yang bertanya tanya, itu terlihat jelas saat kedua alis dan kening Clev menggekerut namun Clev belum berbicara.

     "Aku memang bersalah saat makan malam barusan, tidak seharusnya aku membuat masalah" Kata Zehan meminta maaf dan lagi lagi menggunakan bahasa isyarat. Ini seperti Zehan telah terbiasa dengan penggambaran dirinya yang bisu di tempat ini. "Aku sungguh minta maaf, tetapi aku sangat lapar dan pelayan itu mengerjai ku dengan memberikan banyak garam pada steak ku, itu mungkin hanya untukku, tapi bagaimana bisa para pelayan mu yang setia tega melakukan hal seperti itu, bukankah itu seperti mereka membangkang akan perintahmu? Tuan telah memberikan banyak hal baru padaku, dan aku menerimanya atas kehendak mu? Tidakkah mereka berfikir jika mereka menentang mu dengan mempermainkan ku? Kata Zehan lagi lagi menggunakan bahasa isyarat. Kali ini mengisyaratkan dengan pelan. Dan menambahkan sedikit provokasi kecil dalam perbincangan ini.

    Clev mulai berfikir kearah yang berbeda, dengan senyum tipis dibibirnya matanya mulai beralih pokus kearah lainnya. Zehan tahu benar jika pembelaan dirinya tentang keributan makan malam berhasil dan melimpahkan kesalahan kepada pelayan mansion Clev.
Sedikit lagi, dengan menambahkan satu akting lagi Zehan akan terlepas dari kemarahan Clev dan fakta kematian yang akan segera datang.

     "Tuan, apakah ini roti awan untukku?" Tanya Zehan dengan mata berbinar.

     Clev hanya mengangguk mengiyakan.

    "Ini adalah roti yang sangat aku sukai, Terima kasih Tuan" Kali ini kata Zehan sambil tersenyum. Ia tetap menggunakan bahasa isyarat agar tetap terhubung dengan Clev.

     Saat Zehan mencoba untuk menggigit roti tersebut, Clev dengan sigap mengambil roti itu kembali lalu membuangnya dalam keranjang sampah di dalam kamar tersebut.

    Zehan berpura pura terkejut. Padahal dalam hatinya Zehan saat ini sangat gembira. Zehan sebisa mungkin menahan senyum dengan mengalihkan ekspresinya ke arah roti tersebut di buang.

    "Jangan sedih, kau ikutlah denganku sekarang" Kata Clev sambil meninggalkan kamar Zehan.

Tentu saja Zehan melompat kegirangan saat dirasa Clev tak terlihat dari balik pintu kamarnya. Tak lama Clev kembali lagi "ayo cepatlah, kau akan ketinggalan jika tidak bergegas". Kata Clev.

    " Yes, pilihan gue kali ini bener, tapi kira kira gue bakal kemana, gak mungkin dong si orang gila itu mau ngasih kematian yang berbeda? " Tanya Zehan dalam hatinya. Kegembiraannya berubah menjadi rasa was was. Dan Zehan pun mulai mengikuti Clev dengan pelan. Jarak 20 meter sangat jelas terlihat jika Zehan sangat menjaga jarak dibelakang Clev.

     "Siapkan kami cemilan manis, kue, roti, atau apapun itu saat ini juga" Perintah Clev pada para pelayan.

Lagi lagi Zehan tidak mengerti bahasa dari dunia ini.

    "Orang ini lagi merintah apa sama pelayannya" Pikir Zehan yang mulai terlihat panik.

    Clev tersenyum melihat Zehan kali ini.

    "Nah kan, mau apa orang gila itu " Pikir Zehan dengan nada kebingungan.

    Melihat Zehan kebingungan membuat Clev semakin tertawa dan menyuruh Zehan untuk duduk di sampingnya. Clev menepuk sofa di sampingnya berada. Dan melambaikan tangannya ke arah Zehan untuk segera duduk.

    Tentu saja Zehan menurut karena melawan perintah Tuan gila ini maka bayarannya adalah kematian. Zehan telah duduk disamping Clev kali ini dan telah terhidang banyak cemilan manis didepan mereka.

Tak lama para penari dan beberapa penyanyi dari sebuah musik kenamaan menampilkan jenis tarian maupun lagu untuk menghibur mereka.

    "Gila, ini kek nonton konser di kursi VIP, eh bukan VVIP malahan " Ujar Zehan dalam hatinya. Matanya tidak dapat berbohong saat ini.

Dan Clev hanya tersenyum tanpa Zehan sadari. Kepala pelayan hanya mengawasi Zehan dengan serius.

Setelah cukup lama, hal ini benar benar menyenangkan bagi Zehan karena selain mendapat cemilan yang enak ia juga dapat melihat seni musik dari dunia ini. Ini sangat menyenangkan . Dan tanpa Zehan sadari rasa kantuk mulai menerpanya.

    Saat Zehan sepenuhnya tertidur, Clev memerintahkan para pemusik dan penari untuk berhenti. Dan para pemusik tersebut pamit undur diri dengan menerima bayaran yang besar. Bahkan para pelayan pun telah membersihkan semua hidangan yang berada di atas meja.

     Clev kini menatap dalam wajah Zehan yang kini tertidur pulas. Dan menggendongnya sendiri untuk memindahkan Zehan ke kamar Zehan.

    Sorot mata kepala pelayan semakin terlihat serius. Dan Clev tidak menghiraukan hal ini.

    "Ingatlah yang mulia, satu celah kecil dapat membuatmu kesulitan dan kehidupan anak tersebut pasti terancam kematian" Kata kepala pelayan tersebut.

     "Aku tahu hal itu " Kata Clev sambil berlalu.

     "Jangan menunjukkan celah kecil sedikitpun sebagai kelemahanmu nantinya" Ujar kepala pelayan itu menasehati.

Clev telah berlalu pergi dan kepala pelayan tersebut belum beranjak dari tempatnya.

     "Kau sudah banyak merasakan hal yang sangat pedih hanya untuk berdiri di tempat ini tuan, saya hanya takut jika anda akan kehilangan kembali saat anda mulai memiliki sesuatu yang berharga. Sampai saat itu tiba saya tidak dapat melakukan apapun lagi untuk menghibur anda tuan" Ujar kepala pelayan itu dalam hatinya.

     Clev berada di balkon kamar Zehan saat ini, view nya tepat mengarah sebuah lapangan rerumputan hijau dengan tembok tinggi yang menghalangi antara mansion dan sisi luar.

    Dengan penuh sorot mata tajam Clev memperhatikan beberapa anak buah pilihannya sedang menghabisi para tikus tikus yang datang berkunjung kedalam mansion nya.

    Dengan gelas berisi anggur didalamnya, Clev terus memperhatikan adegan ini. Seperti sedang menyaksikan drama laga dimana para penjahat sedang dieksekusi oleh para pengawal pemeran utama.
Senyum gila dari Clev terpajang saat mendengar teriakan teriakan tikus yang tertangkap.

    Clev sedikit terkejut saat Zehan membalikkan badan untuk mengubah posisi tidurnya. Dan Clev memberikan kode "diam" Kepada para pengawalnya untuk melakukan pekerjaan malam ini dengan sesenyap mungkin.

     "Ssssssshhhhsss" Kata Clev dengan menaruh telunjuknya di tengah bibirnya.

     Yang dibalas anggukan mengerti dari para anak buahnya. Clev tersenyum dan menutup gorden balkon kamar tersebut.

    Dari kejauhan nampak satu tikus yang merencanakan hal yang berbeda. Ia mengubah strateginya dan melarikan dari mansion milik Count Clev. Diikuti dengan tikus lainnya yang masih berhasil selamat.

Malam ini begitu tenang dan Clev meninggalkan kamar Zehan dengan Senyum merekah. Tidak ada yang dapat mengerti tentang apa yang dipikirkan tuan mereka.
Para pelayan hanya menunduk saat Clev melewati mereka dengan suara senandung. Dan baru mengangkat kepala saat Clev telah melewati mereka.

    "Ku harap, mainan baru yang dibawa oleh Tuan Count berguna. Agar mansion ini dapat normal seperti kediaman orang lainnya " Kata salah seorang pelayan perempuan yang terlihat takut.


..
..
..
..
..
..
..
..

    

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang