CH. 108 Bayangan Ledregard

1.2K 229 30
                                    



Tingkat stress yang mendera Ledregard membuatnya jatuh sakit. Sudah sejak hari dimana Zehan mengalami pinalti "hening" Yang membuat tubuhnya mati suri. Tidak mati namun denyut dan nafasnya sangat lambat seolah hibernasi di musim dingin.

Akhir musim dingin juga telah sampai dimana beberapa bunga liar mulai tumbuh.
Ledregard membuka mata di hari ketiga setelah kejadian tersebut. Hal yang pertama ia ucapakan adalah "dimana Clevin? "

Phantom yang duduk santai memotong apel dengan pisau kecil tampak asik memakannya sendiri sembari memperhatikan Ledregard.
Bagi phantom Ledregard itu hanya anak kecil yang bercosplay sebagai penjahat. Melihatnya yang memanggil nama Clevin sepertinya Ledregard sudah waras kembali.

     "Halo Carsson, sudah lama tidak bertemu secara langsung. Apakah kau makan dengan baik akhir-akhir ini? " Tanya Phantom santai.

Carrson yang tersadar menampilkan ekspresi kesal karena orang ini ada di dekatnya. Carsson hanya diam membuang muka. Dengan wajah kesalnya itu Carsson seolah mengatakan "pergilah".

Phantom mengiris satu irisan kecil buah apel dan langsung memberikannya pada Carsson secara paksa. Dan Carsson menurut memakan apel tersebut. Jelas sekali dari cara Carsson mengunyah apel tersebut ia sangat kesal.

     " Kenapa? Apa ada protes yang ingin kau layangkan? "

     "Kenapa kau ada disini phantom? Aku tidak ingat pernah memanggil mu ke kediaman ku. " Ucap Carsson kesal.

Plakkk,

Kepala Carsson di pukul kuat oleh Phantom.

     "Sejak kapan aku butuh izin untuk masuk ke rumah ku sendiri. Aku datang kemari bukan sebagai phantom tapi sebagai kakakmu. " Ucap Phantom masih mengupas beberapa apel merah.

Hanya ada senyum di wajahnya yang kini tanpa topeng.

     "Kenapa kau datang kakak? " Tanya Carsson mengalah. Ekspresi lelah akibat stress itu benar-benar terlihat.

    "Emm sekitar tiga hari yang lalu. Bapak kepala bilang kau jatuh sakit. Jadi aku langsung datang ke tempat ini. "

    "Kenapa? "

    "Apanya?"

    "Kenapa kau datang? Bukankah kau tidak perduli padaku. Hubungan kita sebagai formalitas. "

    "Di mata Kekaisaran kau dan aku hanya tekan. Tidak ada yang tahu kau adalah adikku ataupun sebaliknya. Mungkin kau masih kesal karena aku selalu meninggalkan mu sendirian tapi itulah cara yang bisa ku lakukan untuk menjagamu. "

    "Berisik! Aku sudah tahu itu. "

    "Sejak saintes Cecilia menunjuk ku sebagai phantom, aku harus meninggalkan semua identitasku. Jika aku berhubungan dengan mu maka akan banyak orang yang akan mencelakai mu. Ku pikir Hak atas suksesor sebagai Ledregard dapat melindungimu. Pada kenyataannya kau masih saja dalam bahaya. "

    "Dan kau selalu mengirim kan orang-orang mu untuk memata-mataiku bukan? Sudahlah! Aku bukan anak kecil lagi. "

    "Tapi di mata ku kau tetap adik kecil ku yang berlari padaku saat melihat orang paling di cintainya hampir mati. " Ucap Phantom mengacu pada Clevin Athea saat kecil.

     "Kau bisa saja kembali bukan? Aku tidak masalah jika semua ini kembali pada mu. Karna aku menginginkan kekuasaan untuk bisa berdiri tanpa takut siapapun kau rela membuang identitasmu bahkan untuk nama mu sendiri. Aku bahkan lupa siapa nama kakakku sendiri. "

Phantom menepuk kepala Carsson pelan.

    "Harusnya Clevin Athea melihat sisi manis adikku saat ini, ah sayang sekali malah kalian bermusuhan saat ini. Hahahahah" Phantom tertawa kecil.

Raut masam itu langsung menjalar di sudut bibirnya. Carsson merasa greget ingin sekali menebas leher orang di sampingnya ini.

    "Jangan menatapku begitu, dari segi apapun kau memiliki segalanya jangan iri lagi dengan apapun yang tidak aku miliki. Aku hanya punya dirimu saja. Jadi jangan terluka. " Ucap Phantom kini sibuk menyendok makanan yang di sediakan untuk Carsson.

.
.
.

    Carsson benar-benar kesal dengan tingkah orang ini, rasanya lebih menyenangkan jika mereka terpisah jauh karena selain sifat buruk, phantom juga bisa melihat masa atau takdir seseorang depan lewat sorot mata seseorang.

Carsson melihat kedua telapak tangannya.

   "Kak, ... "

    "Ya."

    "Saat itu di hari ulang tahun ku yang ke-10 kau bilang aku akan mati karena orang yang ku cintai. Apakah takdir itu berubah sekarang? " Tanya Carsson lirih.

Phantom tersenyum. Ia kini memandang ke arah luar jendela dimana salju mulai mencair dan beberapa pohon mulai menunjukkan sisi hijau.
"Entahlah. Aku tidak ingin membahasnya. "

    "Setidaknya kau harus menjawabnya karena sudah berada disini. " Carsson masih berharap jika ia akan hidup lama berdampingan dengan sahabat kecil nya itu.

Dengan menyodorkan sendok berisi bubur, phantom memaksa carsson untuk makan.

    "Makanlah jika kau ingin aku memberitahu mu. "

Mendengar hal itu sontak Carsson makan dengan lahap suapan yang di berikan oleh Phantom. Bahkan bubur itu habis tak bersisa. Begitu semangatnya Carsson bila menyangkut tentang Clevin Athea.

    "Kau tahu, takdir itu seperti garis tangan. Sekuat apapun kau menghapusnya garis tangan itu tidak akan hilang, malahan telapak tanganmu sendiri yang akan terluka. Dari pada menghapusnya kenapa kau tidak biarkan saja garis tangan itu terlihat indah terukir di telapak tanganmu? " Ucap Phantom memberi perhatian.

    "Pada akhirnya aku akan mati ya. "

    "Ayolah apa ini? Ledregard terkena masa labil? Berapa umurmu sekarang hahaha. " Phantom tertawa kecil.

Phantom berdiri dan mengusap kepala Carsson.

    "Aku melihat semuanya yang akan terjadi di masa depan. Kau tahu anak itu... Zehan Athea. Dia memiliki takdir yang sudah di tetapkan. Ia sudah memilih jalannya alih-alih menerima nasib yang sudah ditentukan. Jangan khawatir pada anak itu. Saat hari itu tiba, kau tidak akan menyangka orang seperti apa yang selama ini kalian lindungi.
Jika aku boleh memberi saran. Bunuhlah ia selagi bisa. " Ucap Phantom dengan tatapan mata serius.

Wajahnya kini benar-benar serius terlebih matanya yang seolah mengetahui masa depan. Carsson benar-benar terkejut dengan apa yang phantom katakan. "Bagaimana mungkin kau meminta ku untuk membunuhnya? " Carsson memberontak tidak setuju.

    "Lihat? Aku mencoba untuk mengubah takdir masa depanmu. Tetapi apa akhirnya kau memilih untuk tetap di garis yang sudah di tetapkan. " Phantom tersenyum.

Phantom kini beranjak pergi meninggalkan ruang kamar Carsson. Saat di bibir pintu phantom menoleh ke arah Carsson kembali.

    "Ada banyak orang lain yang mengincar nyawaku akhir-akhir ini, Kekaisaran tidak stabil. Dan pangeran ke-2 Ludwig sudah mulai bergerak. Jaga dirimu baik-baik adikku. Karena mulai detik ini aku tidak bisa melindungi mu lagi. " Phantom tersenyum. Kini ia memakai kembali topeng khas miliknya.

Carsson terpaku pada langkah Phantom yang semakin terdengar menjauh dari kamarnya.

    "Lagi-lagi seenaknya kau meninggalkan ku kak Hades. Atas nama melindungi ku kau bersikap seenaknya seolah aku tidak mampu. Tetapi pada kenyataannya aku memang tidak mampu seperti yang kau katakan." Carsson kini membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.

Setelahnya Carsson melihat sebuah catatan kecil di atas meja.

    "Anak itu sudah berada di kediaman Athea. Jika kau ingin mereka tetap hidup ikuti saja permainan yang sudah di rencanakan anak itu. Kau itu lebih bodoh darinya. Mengerti? "

     "Hah??? Dasar kakak gilaaaa!!!!!!! "

.

.

.

.

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang