CH. 72

1.7K 317 23
                                    




      Udara dingin berhembus selaras dengan desir ombak yang tidak terlalu kuat. Hamparan pasir itu membentang luas sejauh mata memandang. Seperti berada di sebuah di dimensi berbeda, semua terlihat berwarna hitam putih seolah TV tua yang belum mengenal warna.

Uap putih seperti asap terlihat menari lembut bersama angin yang berhembus. Lautan itu seolah hangat meski terlihat sedikit memudar dan gelap. Langit pun ikut selaras dengan apa yang ada di bawahnya. Ini seperti perasaan tenang dan kesepian di waktu yang bersamaan.

    Di tengah-tengah terlihat sesosok manusia berpakaian Hanfu putih. Itu terlihat sederhana dan dingin. Tanpa alas kaki ia berdiri di bibir pantai itu. Rambutnya yang panjang tergerai cantik saat angin ikut menerbangkannya.

Siapa orang itu?

Zehan merasa penasaran. Zehan mengira sosok itu adalah seorang perempuan. Mata mereka saling berpapasan saat sosok itu berbalik melihat kearahnya. Zehan terkejut, mata itu berwarna biru sama seperti warna matanya. Laki-laki itu tersenyum.

    Dingin, luka, rindu, kesepian dan rasa penyesalan di rasakan oleh Zehan melihat mata biru itu.

Ada apa dengan perasaanku? Itu seperti pertama kali aku melihat lukisan pahlawan pertama pendiri Kekaisaran terdahulu.

    Zehan masih terpaku diam menatap laki-laki itu sebelum akhirnya laki-laki itu memalingkan wajahnya ke ujung cakrawala.

Siapa laki-laki itu?

   Zehan melangkahkan kakinya mencoba lebih dekat dengan laki-laki itu berada.

Dingin,

    Zehan melihat jemari kakinya yang basah terkena ombak kecil. Zehan tidak memakai alas kaki. Namun ia masih memakai seragam Akademi Kekaisaran. Rasa penasaran itu terus membawa langkahnya hingga berada tepat di samping laki-laki.

Zehan tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Seolah tubuhnya bergerak sendiri, Zehan menggenggam tangan laki-laki itu. Tentu saja membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya. Mata itu terlihat sayu walau bibirnya terpaksa untuk memberi senyum.

Air mata itu mengalir begitu saja di pipi Zehan. Zehan tidak tahu mengapa tapi perasaan nya sakit sakit, itu perasaan kesepian yang teramat dalam.

    "Kenapa kau menangis? " Tanya Laki-laki bermata biru itu. Rambut putih peraknya itu terhembus oleh angin. Sangat cantik walau ia adalah seorang laki-laki.

    Zehan tidak dapat mengungkapkan seperti apa perasaan saat ini. Bibirnya seolah terkunci dan hanya terisak dalam diam. Suara rintihan tangis itu yang hanya keluar dari dirinya. Zehan tidak tahu mengapa hatinya begitu sakit. Seolah dapat merasakan apa yang laki-laki ini rasakan sampai detik ini sendirian.

Perasaannya tidak dapat terbendung dan pecah menjadi isak tangis yang kuat. Zehan menumpahkan segala emosi sedih dan ketakutan yang selama ini ia tutupi sendirian. Zehan bahkan bahkan berlutut dengan tetap menggenggam tangan laki-laki itu.

    "Tidak apa, jangan menangis, aku memilih hal ini karena pilihan ku sendiri. Mengorbankan hidupku demi melihat semua orang lain tersenyum dan hidup itu adalah keputusan yang ku buat, walau... Aku masih memiliki harapan untuk dapat kembali. " Ucap laki-laki itu.

Zehan sedikit tenang walau air matanya masih jatuh mengalir.

    "Pulanglah, masih banyak orang yang menyayangi dan mencintaimu dengan tulus. " Ucap laki-laki itu kini memberi senyum hangat.

Zehan mengangkat kepalanya dan melihat senyum itu terkiprah di depan matanya. Seolah perlahan menjauh, Zehan dan laki-laki itu berpisah. Zehan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada laki-laki misterius itu. Tapi yang jelas senyum dari laki-laki membuat Zehan ikut tersenyum.

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang