CH. 103

1.4K 287 51
                                    

    Waktu berlalu dan matahari mulai turun di ujung cakrawala.
Cassian begitu terkejut saat mendapati Medeia dan Leila sudah tewas dengan sangat mengenaskan. Medeia tergantung dengan tangan terikat dan kepala tertutup kain. Sedangkan Leila tenggelam dengan kaki terikat di dasar.

    Cassian yang menemukan Medeia dan Leila menyembunyikan hal ini dari Rein. Karena takut Rein akan bersedih. Selama ini Cassian melakukan apapun untuk membuat Rein tersenyum senang.

   Keadaan Zehan dulu sangat menyedihkan. Selalu terbangun di tengah malam dengan berteriak histeris, menangis tanpa sebab saat ada yang menyentuh helai rambut panjang miliknya. Bahkan gelisah dan ketakutan tanpa sebab jika memasuki ruang gelap.

    Cassian dengan sabar menjaga Rein. Selalu berada di sisi Rein dan menjadi sandaran untuk Rein dikala terpuruk.

    "Cassian, dimana Medeia dan Leila? Kita berhasil mendapatkan lukisan Higibana, tetapi kenapa mereka berdua tidak berkumpul? " Tanya Rein masih menunggu kedatangan mereka berdua.

    "Mungkin saja, mereka langsung pergi untuk menghilangkan jejak. Karena misi kita kali ini sangat berbahaya. " Jawab Cassian menutupi.

    "Ah begitu. "

Cassian dan Rein beristirahat di sebuah hutan. Karena telah malam mereka memutuskan untuk makan sebentar dan kembali ke markas utama.

    Musim dingin itu membuat mereka berlindung di bawah akar pohon raksasa. Dimana mereka menggunakan api kecil dengan sihir milik Cassian. Seperti sebuah piknik kecil di halaman belakang rumah.

    "Cassian, aku tidak tahu kenapa, tapi saat berasa di mansion Athea aku melihat sesuatu. "

    "Apa yang kau lihat? "

    "Aku melihat potret diriku bersama dengan pemilik mansion Athea, Tuan yang datang bersama Athea, dan seseorang lagi yang tidak ku kenal. Tetapi saat melihat wajahnya aku merasa sakit pada perasaanku. Aku tidak tahu kenapa. Tapi aku yakin jika potret lukisan itu adalah diriku. Aneh. Mataku berwarna ungu tetapi anak itu berwarna biru. Itulah kenapa aku lama saat di mansion Athea. "

    "Dimana kau lihat lukisan itu"

    "Di sebuah gudang. Ya ku pikir itu gudang. Karna potret itu terselimuti kain putih dengan debu tebal. " Mata Rein kini berkaca.

    "Kemari lah." Ajak Cassian mengkode Rein untuk tidur berpangku pada pahanya.

Rein mendekat dan merebahkan tubuhnya. Dengan paha Cassian sebagai bantal untuk kepala, Rein tidur dengan pengawasan dari Cassian. Cassian bahkan mengelus dan memainkan rambut panjang milik Rein lembut.

    Api kecil yang menghangatkan mereka di malam dingin bersalju itu terus menyala dengan cassian yang selalu menstabilkan mana miliknya agar api tetap menyala.

Dalam pandang kosong itu, Cassian menatap dalam wajah Rein yang kini tertidur pulas.

   "Aku tidak tahu.. Tapi saat aku bertemu dengan mu, kau mengingat kan ku pada orang lain. Karena kesalahan ku, aku tidak dapat menyelamatkan nyawanya. Dan saat melihatmu begitu buruk, aku takut jika aku akan kehilangan sesuatu yang sama seperti aku kehilangan gadis berambut pink waktu itu. Aku benar-benar takut. Kejadian itu selalu menjadi mimpi buruk ku setiap malam. Penuh dengan penyesalan. Aku tidak ingin kau berakhir sama dengannya, karena aku tidak meraih tanganmu saat itu. Syukurlah... Pilihanku benar. Hatiku senang dan mulai terobati karena kau berada di sisi ku. Kau bukan saudara ku, tetapi aku menyayangimu sama seperti keluarga ku. "

Cassian tersenyum hangat. Ia bahkan bersenandung karena senang. Senandung kecilnya terdengar merdu karena heningnya malam bersalju itu.

    Tiba-tiba badai salju mengamuk malam itu. Cassian bahkan menggunakan sihir untuk menutup pintu masuk dari akar pohon tempat mereka berlindung. Udara semakin menusuk dan api mulai cassian besarkan agar tetap hangat.

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang