CH. 49

2.2K 366 17
                                    

      "Kau kenapa tidak masuk? " Mata Ludwig menatap Zehan cukup lama.

"Aku kembali? Tapi waktunya sangat jauh dari waktu kematianku terakhir kali. Masa bodoh bukankah ini bagus".

    " Pangeran Ludwig, sebenarnya aku bukan ras kucing perak. Aku Zehan Athea". Ucap Zehan lantang.

Ludwig sedikit terkejut, namun seolah tidak perduli pada akhirnya.

    "Masuklah, udara semakin dingin". Nada cuek itu selaras dengan mata nya yang seolah kecewa.

Zehan masuk ke kereta kuda bersama pangeran Ludwig. Tidak ada perbincangan setelah Zehan masuk.
Itu terasa canggung.

   " Pangeran Ludwig, ini mungkin terdengar merepotkan untukmu. Tapi bisakah kau membantuku untuk mengantarkan ku pulang? "

Kedua tangan yang bersimpu silang itu memperhatikan Zehan dari atas hingga bawah.

   Ingat akan ekspresi dominasi Ludwig sebelumnya, Zehan menunduk. "Dan ku mohon, jangan beritahu kakak ku dan kak Duke". Zehan memohon dengan lirih.

Ludwig menghela nafas panjang.
Ia tak habis pikir kenapa Zehan Athea bisa berada di tempat tersebut bahkan menjadi barang pelelangan. Jika Athea dan Ledregard tahu, apa yang akan terjadi selanjutnya.

    " Kenapa kau bisa berada di tempat berbahaya seperti itu? Ku pikir seorang Clevin Athea tidak akan memberimu izin untuk pergi jauh dari rumah".

    "I.. Itu.. Aku iseng pergi untuk bermain". Zehan merasa tidak enak akan kelakuan nakal nya.

    " Huft... Karena kau, rencana ku hari ini gagal total, tapi.. Baiklah akan ku antar kau pulang". Ludwig kini memakan apel yang berada dalam keranjang buah miliknya.

    "Terima kasih pangeran Ludwig".

" Syukurlah, insiden buruk sebelumnya tidak terjadi. Ini melegakan".

Ludwig memandang keluar jendela kereta kuda. Sepanjang perjalanan hanya hening yang mengantarkan mereka. Membuat Zehan mengantuk dan tertidur.

   Zehan terbangun di sebuah kamar mewah. Itu adalah tempat yang asing bagi Zehan. Terdapat roti awan di atas meja kecil di samping tempat tidurnya.

Hal yang lebih mengejutkan Zehan adalah pangeran Ludwig ada disampingnya duduk dengan ekspresi jengah dan bosan.

    "Hei, apa kau memang tidur seperti orang mati? Jika ada huru-hara yang terjadi. Kau pasti sudah mati karena kerusuhan tanpa kau sadar".

    " Ah, aku tertidur sampai segitunya. Maafkan aku. Tapi dimana ini? "

    "Rumah ku".

    " Hah, rumah pangeran Ludwig. Itu artinya ini istana??!! "

Zehan bangun dari tempat tidur dan berlari ke arah balkon kamar.

    "Hei santailah, apa yang kau lakukan? " Ludwig mencoba mengikuti Zehan berada.

    "Ini istana?"

    "Tepatnya istana khusus milik pangeran. Ada banyak bangunan di ruang lingkup istana. Istana khusus ratu, putra mahkota, kaisar, dan lainnya. Dan ini adalah punyaku".

    " Pangeran Ludwig, bukankah kau sudah menyetujui untuk mengantarkan ku pulang? ".

    " Itu benar, tapi aku tidak pernah bilang untuk mengantarmu pulang kerumah mu". Ucap Ludwig santai.

Zehan memandang halaman istana milik pangeran Ludwig.

"Untuk seukuran pangeran yang terlihat kejam dan ambisius, ini terlihat sederhana. Ku pikir karena sifatnya yang seolah serakah ia pasti tinggal di istana paling besar karena jika tidak seperti itu ia akan membuat masalah, ternyata tidak seperti itu".

Fate Of 100 Live : The Evil Character's Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang