Ini hari keempat foto itu tersebar. Berarti sudah empat hari Rey pergi dan sudah empat hari juga Angkasa menggelandang di flat. Semua terbengkalai. Info bahwa Jagya pelaku penyebaran tetap dia simpan. Bagaimana caranya dia berdiskusi dengan Fabian jika orang itu sedang sangat kacau. Namun, sejujurnya, dia pun malu mengabarkan itu. Keberadaannya terlalu merusak. Membuat dia makin menghindari ring satu S-Corp. Dia pun mendapat kabar tentang Rey dan Fabian sekilas-sekilas saja.
Siang itu, dia sedang berusaha berkonsentrasi dengan berkas di meja saat Ari datang dengan mengetuk pintu ala kadarnya lalu langsung masuk tanpa menunggu diizinkan.
"Fabian on the way." Itu sebuah info.
"Kita jemput?"
"Aku dan Tristan yang jemput. Kamu ambil Tari dan Bumi, ajak ke rumah kamu."
"Lalu gue nyusul ke mana?"
"Tidak perlu. Cukup amankan dua anak itu saja."
"Kenapa harus diamankan dulu sih? Mereka kangen mau ketemu Rey." Bukan soal menjemput dan mengantar dikotil itu yang membuatnya protes dengan alasan rindu anak pada ibunya. Dia hanya enggan pulang ke rumah dan bertemu Aurora. Enggan? Lebih tepatnya segan.
"Just prepare. Kita tidak tau apa yang akan terjadi di depan. Apa Ian benar sudah berhasil menjinakkan Rey? Apa Rey bisa kontrol emosi? Kalau ada kejadian seperti itu, anak-anak tidak boleh tau."
Angkasa diam.
"Dari situ gue ke mana?"
"Terserah. Yang penting anak-anak aman."
Sudahnya Ari langsung pergi, Angkasa melanjutkan pekerjaannya menunggu waktu menjemput Bumi dan Tari ke sekolah.
***
Ponselnya bergetar ketika Aurora sedang istirahat jeda kuliah. Dalam satu lirikan dia tahu siapa yang menelepon. Nama di layar membuatnya terkejut dan menjengit.
"Ya, A?"
"Kamu lagi di kampus apa di sekolah?"
"Di kampus, A. Ada apa?"
"Rey pulang sore ini."
"Lalu?" Aurora sama sekali tidak tahu menahu urusan ini. Dia hanya tahu Rey pergi dan Fabian kebingungan.
"Aku nanti jemput Bumi dan Tari lalu bawa mereka ke rumah."
"Lalu?"
"Kamu bisa jaga mereka?"
"Hah?"
"Kamu kuliah sampai jam berapa?"
"Jam dua belas sih?"
"Bisa langsung pulang?"
Terdiam sejenak, berpikir. "Olla usahain."
"Kamu ada urusan lain?"
"Ada tugas. Mau ke perpus dulu cari referensi."
"Dari perpus bisa pulang kan? Kerjain tugas di rumah. Anak-anak itu yang penting ada yang awasin sih."
"Nanti pengasuhnya ikut juga?"
"Iya."
"Ya sudah. Olla usahakan bisa pulang secepatnya."
"Oke. Makasih ya, La."
"Sama-sama."
Sambungan langsung terputus meninggalkan Aurora terdiam lalu menarik napas panjang.
Banyak yang bibirnya ingin tanyakan tapi hati dan kepalanya sepakat untuk menyuruh bibir itu diam.
Percakapan singkat itu membuat hatinya semakin gaduh. Dia menyudahi jeda istirahat antar kelas dan langsung menuju kelas berikutnya. Dia menghubungi pengurus rumah tangga, meminta tolong untuk menyiapkan ini itu sambil berpikir apalagi yang harus dia lakukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/353816095-288-k793565.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sudut-Sudut Hati 2
RomancePengin ketawa deh akutu. 😀 Ternyata di Wattpad maksimal 200 bab padahal Aa lebih dari itu. Ya sudah, mau nggak mau bikin buku baru. Tau gini dari awal bagian ketiga di sini aja. Heleh. So, buat yang baru main di sini, baca buku sebelumnya dulu ya...