244, A Jerk

120 29 5
                                    

Aurora mengedik, "Aku bisa apa? Aku cuma ngelihat seorang ayah yang sangat mencintai putri kecilnya dan seorang lelaki yang berusaha kuat dan tetap tegar."

Angkasa mendengus tak percaya. "Sound a great man. But I'm not that good. I'm a jerk."

"Aku tau Aa pusing banget sama semua masalah ini. Tapi aku nggak tau kenapa Aa malah menghindari aku. Aku salah apa, A? Aku orang baru. Aku nggak tau apa-apa."

"Nggak!" Angkasa setengah berteriak. "Kamu nggak salah."

"Lalu kenapa Aa menghindari aku?"

"Aku nggak pede, Aurora. Aku merusak semua yang dekat dengan aku."

"Apa ambil perawan aku juga termasuk ngerusak aku? Makanya Aa nggak mau sentuh aku?"

Angkasa mengangguk. "Tapi tadi aku bingung, gimana lagi biar bisa tahan kamu tetap di sini. Aku sudah nyakitin hati kamu. Cuma satu itu yang aku jaga biar aku nggak lebih nyakitin kamu. Sumpah, aku nggak mau perkosa kamu."

"Nggak ada suami perkosa istri, A."

"Ada."

"Nggak ada kalau semua berkomitmen dan pegang komitmen itu. Sudah ada panduannya, ikutin aja."

"Nggak tau-lah." Angkasa setengah membanting handuk yang dia pegang. Aku cuma nggak mau kamu menyesal."

"Karena Aa berniat ngelepas aku?"

"Aku nggak niat begitu. Aku cuma akan biarin kalau kamu pergi."

"Lalu Mbak Laras?"

Angkasa mendesah. "Laras mau jadi yang kedua."

"Aku yang nggak mau, A." Meski dia yang pertama tapi tentu dia adalah yang kedua di hati Angkasa.

"Karena itu aku di sini."

Aurora menatap Angkasa lebih serius.

"Poligami bukan pilihan untuk orang yang nggak bisa memilih. Aku yakin aku nggak akan bisa adil. Aku merasa makin jadi pecundang kalau nggak bisa milih satu dari kalian."

"Kenapa Aa ceritain semua ke aku soal ini?"

"Maksud kamu?"

Aurora mengedikkan bahu. "Aa bisa langsung nikahin Mbak Laras tanpa izin aku kan."

"Poligami itu berat. Aku nggak mau pakai dalil nggak harus izin istri. Kalau seperti itu, aku beneran cuma lelaki pengecut yang suka mengecup. Aku mungkin berani minta izin ke kamu, tapi kalau itu nyakitin kamu buat apa? Aku makin nggak percaya diri ke kamu. Aku makin nggak ada harganya di mata kamu. Kita baru nikah, aku nggak pernah siapin kamu untuk dimadu dan aku nggak pernah mikir ke sana sampai kemarin Laras datang."

Aurora lupa bernapas.

"Aku punya anak gadis, aku nggak mau Nad sakit hati digituin suaminya. Aku harus fokus sama kamu. Cuma ke kamu, nggak ke perempuan lain."

Jeda.

"Kalaupun suaminya terpaksa pilih Nad, paling nggak, Nad tetap yang terpilih."

"Kenapa Aa pilih aku?"

"Aku nggak mau ngerasain sakitnya Ayah ketika aku balikin kamu. Meski kamu masih utuh, tetap aja kamu sudah rusak. Hati kamu hancur."

Angkasa menatap Aurora lebih dalam. "Aku memang belum jatuh cinta sama kamu. Tapi itu belum. Bukan untuk selamanya. Aku akan berusaha sangat kuat biar aku bisa ngebalas cinta kamu, Aurora. Aku sayang kamu."

"Untuk sekarang itu cukup." Dia sangat menghargai kejujuran dan usaha suaminya.

"Maafin aku ya, L—Aurora."

Di Sudut-Sudut Hati 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang