Malam itu mereka membuat Nad sangat bahagia. Dua orang itu menuruti semua yang Nad mau. Angkasa, dengan keterbatasan gerak tetap bermain membuat Nad terbahak sampai sakit perut.
"Sudah malam, Nad. Bobo ya." Meski begitu Angkasa masih menggeliti pinggang anaknya.
"Tapi besok main lagi ya."
"Doain Papa kerjaannya lancar. Biar bisa pulang cepat."
"Tadi bisa cepat pulang berarti kerjaan Papa lancar?" Gadis kecil itu duduk di pangkuan sebelah tungkai ayahnya. Aurora memandang dua orang itu dengan perasaan cemas. Dia tidak melarang, hanya menjaga Nad tidak menyentuh apalagi menduduki dan menindih tungkai Angkasa yang belum pulih.
"Iya."
"Nad selalu berdoa kok buat Papa, buat Mama, buat Ibu. Buat semua."
"Anak pintar." Angkasa mengacak rambut anaknya.
"Kalau libur Nad mau main sama Bang Bumi ya, Pa."
"Iya. Jumat pulang sekolah nanti Nad diantar ke sana ya. Biar bisa lama mainnya."
"Horeee...." Dia bertepuk tangan. Ingin melonjak, tapi delikan Aurora mengingatkan Nad kondisi papanya. "Nad suka main sama Bang Bumi sama Teh Tari."
"Nad..." Ragu.
"Ya?"
"Nad suka nggak kalau punya abang yang lain?"
"Hah?"
"Iya. Nad mau nggak punya abang lagi?"
"Hah? Abang?"
"Iya."
"Kata teman aku, kalau punya Ibu nanti aku punya adek. Tapi nggak bilang bisa punya kakak. Apa bisa punya kakak juga?"
"Uum...." Angkasa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Nad mau nggak punya abang?"
"Abangnya baik nggak kayak Bang Bumi sama Teh Tari?"
"Kayaknya baik sih."
"Yah, masih kayaknya." Bibirnya mencucu lucu.
"Eh, iya, baik kok."
"Kalau baik, Nad mau main sama abang itu."
Angkasa tersenyum lega. "Nanti kapan-kapan Papa ajak Nad main sama Abang itu ya."
"Abangnya beneran ada, Papa?" Nad bertanya takjub.
Angkasa mengangguk. "Namanya Bang Gya. Abang Jagya."
"Sudah kelas berapa?"
"Uum ... sudah kuliah. Kayak Ibu."
"Hah? Kok Nad nggak pernah ketemu?"
"Iya." Angkasa bingung menjelaskan. "Makanya, nanti Nad Papa ajak ketemu ya."
"Tapi benar ya, abangnya baik?"
"Iya. Baik kok. Nggak sakit. Sehat."
"Kalau adik?" tagih Nad.
"Ya ... kalau adik belum ready, Nad. Harus order dulu. Nggak bisa COD pula. Auch." Aurora mencubit pinggang suaminya.
"Sudah, sudah, ayo tidur. Sudah malam."
Pestanya bubar.
***
Hari itu telah selesai. Pun untuk Angkasa dan Aurora. Mereka sudah mengantar Nad dan Andrew tidur.
Berdua mereka berjalan memasuki kamar. Aurora berjaga di samping suaminya.
"A."
"Ya?" Dia duduk di tepi ranjang dan Aurora membantu menaikkan kakinya.
"Tadi Jagya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sudut-Sudut Hati 2
RomancePengin ketawa deh akutu. 😀 Ternyata di Wattpad maksimal 200 bab padahal Aa lebih dari itu. Ya sudah, mau nggak mau bikin buku baru. Tau gini dari awal bagian ketiga di sini aja. Heleh. So, buat yang baru main di sini, baca buku sebelumnya dulu ya...