251, Pesta

98 30 7
                                    

Mereka berpesta. Meski Rey sudah bisa tertawa lepas, tapi sesekali dia masih terhanyut terutama ketika dia melihat Fabian.

Piring di meja seakan bisa mengisi sendiri karena suplai dari dapur tidak pernah berhenti.

Ketika perutnya sudah tidak bisa menampung lagi, dia berhenti makan dan mengambil ponsel. Sebuah foto kebersamaan itu dia jadikan status. Dia mengetik sebagai keterangan gambar.

.

Yang pertama tentu alhamdulillah. Segala puja dan puji hanya bagi Allah, pemilik semesta alam. Lalu terima kasih untuk semua yang sudah membantu sampai saya menjadi bintang di pesta keluarga ini. Terima kasih saya terutama untuk yang ada di foto ini. Kalian luar biasa.

Ada satu orang yang seharusnya ada di foto ini. Dialah yang paling berjasa sampai pesta ini bisa berlangsung hari ini, bukan bertahun-tahun kemudian.

Saya tidak bisa cerita banyak. Biar hanya kami yang tau.

Bro, kalau yang dulu itu lu anggap hutang, maka hutang itu sudah lunas. Ganti gue yang berhutang ke lu. But you're already know the truth. Sejak dulu hutang itu sudah lunas.

Amicus optima vitae possession.

Terima kasih. Lu selalu gue tunggu di sini. Atau di mana pun lu mau kita bertemu. Nope gue nggak pernah ganti. Let me know, Bro.

.

Di sudut lain bumi, entah di mana, Ben membaca tulisan itu. Dia tersenyum. Penampilannya sudah berubah. Dia sudah berlari meski Broto belum mulai mencari. Entah kapan dia akan bebas dari hukuman ini tapi buatnya ini sepadan. Dia sudah berusaha menjadi anak yang berbakti. Dia sudah berusaha menjadi sahabat sejati.

Menjumpai Fabian adalah risiko besar. Dia tidak berharap itu. Baginya, cukup dia bisa melihat kehidupan Fabian dari sosial media.

Amicus optima vitae possession.

Sahabat sejati adalah anugrah terbaik.

***

"Followers lu nambah banyak, Ian." Angkasa sudah membaca status itu. Di ruang tengah tersisa empat lelaki dan Rey yang tidak mau lepas dari Fabian. Para orangtua memilih duduk-duduk berbincang di gazebo sambil menonton cucu-cucu mereka bermain sementara the wives sibuk di dapur.

Fabian terkekeh. "Oke, lu mau titip endorse apa? Bikin sendiri deh statusnya."

Dia masih membaca status-status yang mereka tujukan untuknya. Sampai di status milik Angkasa, dia membaca lebih lama.

"Ang, Ben baca status lu ya makanya dia nekat gitu?"

"Dia sih ngakunya begitu."

"Dia nggak tinggalin contact sama sekali?"

"Vega minta nope, tapi katanya nggak perlu karena dia bakal ganti-ganti nope."

Fabian menarik napas panjang. "Sekarang dia di mana ya? Jadi buronan Broto sampai kapan?"

"Sampai Brutu ini ketangkep dan pengaruhnya nggak ada."

"Berarti kita harus usahain biar Broto hancur."

"Aduh, Ian," keluh Rey, "nggak usah urusin gituan kek. Rey takut tau."

"Rey, itu sudah urusan polisi, tapi kita bisa bantu polisi."

"Sudah-sudah, jangan bahas Broto dulu. Bayanginnya aja sudah bikin naik darah." Tristan memotong cepat.

"Trist, LM lu masih di gue. Fix ya, itu punya lu karena jelas yang bakar rumah itu bukan bokap."

Di Sudut-Sudut Hati 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang