Kekhawatiran Rose (Chaesoo)

1.2K 120 3
                                    

Rose kini tengah duduk diruang tengah rumahnya sembari memakan buah mangga yang telah disiapkan oleh Jisoo.

"Manis?" Tanya Jisoo sembari duduk disamping Rose, Rose seketika menyandarkan tubuhnya pada Jisoo.

"Manis kok" Ujar Rose menyodorkan sebuah mangga pada Jisoo, Jisoo sontak menerimanya dengan senang hati.

"Astaga, manis apa ini. Asem gini" Ujar Jisoo benar-benar tidak habis pikir dengan lidah Rose.

"Manis tau papi" Ujar Rose kemudian memakan lagi mangganya sedangkan Jisoo hanya bisa melongo melihat tingkah Rose.

"Manis apaan, asem gitu juga" Ujar Jisoo yang memilih fokus pada tontonannya sedangkan Rose hanya terkekeh mendengar omelan dari Jisoo.

"Papi, mami" Sapa Jiyoon yang baru saja pulang dari sekolah, kompak keduanya menoleh dan mendapati si anak sulung tersenyum dengan senang.

"Kenapa senyam senyum?" Tanya Jisoo memperhatikan Jiyoon yang kini duduk didekat mereka.

"Ada yang ingin Jiyoon kasih liat ke mami sama papi" Ujar Jiyoon dengan semangat, Jiyoon nampak membuka tasnya untuk mencari amplop yang tadi diberikan guru kepadanya.

"Apa? Saham?" Tanya Jisoo yang malah mendapat pukulan pelan dari Rose, yang benar saja Jisoo malah memikirkan saham.

"Siapa tau kan" Ujar Jisoo sembari tersenyum dengan bodoh sedangkan Rose memutar bola matanya dengan malas.

"Ini" Ujar Jiyoon memberikan surat tersebut pada Rose, Rose mengerutkan keningnya kemudian duduk tegak untuk melihat surat apa yang baru saja Jiyoon berikan padanya.

"Apa ini? Surat wasiat?" Tanya Jisoo lagi yang lagi-lagi tidak digubris oleh Rose.

"Koko keterima di SNU?" Tanya Rose setelah membaca isi dari surat tersebut, Jiyoon sontak menganggukkan kepalanya dengan senyuman yang masih tercetak jelas diwajahnya.

"Wih, koko hebat" Ujar Jisoo setelah keduanya sempat diam beberapa saat, Jisoo tau sekarang Rose sedang memikirkan bagaimana nantinya jika Jiyoon memasuki dunia perkuliahan dan jauh dari mereka.

"Koko ganti baju dulu gih, terus makan siang" Ujar Jisoo lagi, sontak Jiyoon menganggukkan kepalanya.

"Koko gantian dulu" Ujar Jiyoon yang sudah berdiri dengan tasnya sedangkan Rose masih memandangi surat tersebut.

"Ayo ke kamar" Ajak Jisoo yang menyadarkan Rose dari lamunannya, Rose menghela nafasnya kemudian menganggukkan kepalanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Jisoo setelah keduanya telah sampai dikamar mereka.

"Aku takut, gimana kalau dia dateng nyamperin Jiyoon?" Tanya Rose pada Jisoo, Jisoo menghela nafasnya kemudian mengambil alih surat pemberian Jiyoon tadi dan meletakkannya diatas meja nakas.

"Sayang, Jiyoon disana nggak mungkin sendiri kan. Ada appa sama eomma disana, mereka juga nggak mungkin buat dia deketin Jiyoon" Ujar Jisoo mencoba menyakinkan Rose.

"Percaya sama aku, semua bakalan baik-baik aja. Kita masih bisa tetep ngejaga Jiyoon dari sini" Ujar Jisoo sembari mengenggam tangan Rose.

"Kasihan Jiyoon kalau kita ngelarang dia buat nerima beasiswa itu, mungkin aja dia bisa kecewa sama kita. Kamu tau kan dia gimana? Dia lebih sering mendam perasaannya" Ujar Jisoo lagi, Rose menghela nafasnya.

"Aku masih takut, aku nggak rela kalau Jiyoon jadi korban kedua dia" Ujar Rose yang akhirnya menangis, Jisoo menghela nafasnya kemudian membawa Rose kedalam pelukannya.

"Aku janji sama kamu, aku nggak bakalan biarin dia macem-macem sama Jiyoon" Ujar Jisoo sembari mengusap pelan rambut Rose.

"Kamu harus bener-bener mastiin dia nggak bakalan macem-macem sama Jiyoon nantinya" Ujar Rose dan Jisoo hanya bisa menganggukkan kepalanya.

kim manoban familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang