Bagian 1

118 5 0
                                    

HEY YO!
Sama-sama belajar ya semua. Minta sarannya kalau ada kesalahan dalam penulisan, misalnya ini harus dipisah tapi aku nulisnya digabung atau sebagainya.

Have fun and here we go!

•••

Seorang gadis nampak mesra memeluk lengan laki-laki di sebelahnya, menikmati elusan lembut di kepalanya. Laki-laki itu menatap penuh cinta, tatapan hangat ia layangkan. Menanggapi celotehan si gadis dengan antusias, tak membiarkan rasa kecewa menghantui kekasihnya. Mereka benar-benar menikmati waktu. Seolah tidak menanggapi orang-orang yang menatap iri, sinis, dan kagum.

Kisah cinta luar biasa.

Bisakah Tasya merasakannya. Kenapa mereka bisa menjalin hubungan sebahagia itu, apakah mereka tidak takut berpisah. Padahal masih berstatus pacaran, bagaimana bisa seharmonis itu. Dirinya yang sudah menikah, kenapa justru terlihat kaku.

Apa karena paksaan?

Dia menikah memang karena paksaan, tapi Tasya mencintai suaminya tanpa paksaan.

"Udah, kan? Ayo pulang," ajak Anas. Sebelah tangan pemuda itu menenteng plastik belanja, sementara tangan sebelahnya menutup mulut yang menguap. Tatapan mata yang terkesan malas.

Tasya hanya mengangguk pelan dan mengekor di belakang Anas.

•••

Gadis dengan piyama tidur itu melangkah pelan menuju kamar di sebelahnya. Tangannya membawa nampan yang berisi 2 piring nasi goreng yang dibeli Anas tadi serta 2 gelas air putih.

"Anas?" Tasya menengokkan kepalanya melihat keberadaan pemuda yang dicarinya. Mengetahui Anas di balkon, Tasya menuntun kakinya menuju tempat Anas duduk.

"Di sini ternyata. Aku tunggu di meja makan kamu nggak dateng-dateng, ya udah aku bawa ke sini."

Anas menolehkan kepalanya dan bergeser, memberi tempat untuk Tasya duduk. "Gue makan di sini aja."

Tasya mengangguk dan meletakkan nampannya di meja depan kursi kayu yang mereka duduki. "Aku makan di sini juga, deh." Tasya menggigit bibir bawahnya ragu. "Boleh, kan?"

Sementara pemuda itu sudah melahap makanannya tanpa memperdulikan Tasya.

"Hambar," celetuk Anas, menatap nasi goreng di hadapannya tanpa minat.

"Aku udah bilang jangan beli di sini, eh kamu malah langsung beli." Tasya melirik makanan yang kembali ditaruh Anas di mejanya. "Habisin gih."

"Nggak enak, lo cobain deh." Anas memberikan piringnya kearah Tasya, bermaksud agar gadis itu mencobanya.

"Nggak deh aku udah tau rasanya hambar, makanya aku masak ulang."

"Kok rasanya masih hambar?"

"Ya, punya kamu emang sengaja nggak aku masak ulang biar kamu cobain rasanya, ngeyel sih dibilangin jangan beli di sana, eh kamu tetap beli." Tasya meringis pelan melihat tatapan Anas yang mulai datar.

"Tadi siapa yang mau mampir ke taman? Daripada balik, gue beli di sana sekalian. Mana tau rasanya hambar begini."

Perkataan Anas tak sepenuhnya salah. Tadi Tasya sempat menawarkan untuk membeli makanan terlebih dahulu baru setelah itu ke taman, namun Anas menolak.

ANASTASYA {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang