Anas menatap beberapa pelanggan yang berdatangan di stan mereka, tatapan jengah dan capek. Ia menyuruh Tasya membuat sedikit berharap cepat selesai dan pulang untuk tidur, tetapi mereka justru hanya membeli satu ditambah meminta foto pada salah satu dari mereka.
Pertandingan sahabat bola voli telah selesai Bratandana memang meraih kemenangan banyak, namun ada beberapa sekolah yang berhasil mengalahkan Bratandana. Hingga Arion mengubah jadwal latihan, lebih padat.
"Kakak yang nguap mau minta foto dong."
Ucapan itu membuat tangan Hendra yang memasukan nastar ke toples kecil pesanan pelanggan terhenti, sedikit terkekeh melihat ekspresi cengo dari Anas.
"Gue?"
"Iya kakak ganteng sih, bolehlah bagi fisiknya lewat kenangan. Foto aja kok kak." Gadis itu mengedipkan sebelah matanya genit.
Anas bergidik ngeri dibuatnya, "Ogah!"
"Nas!"
"Apasih?!" Anas sedikit menyentak Awan yang menegurnya. Ia takut dengan gadis agresif seperti ini, jujur saja. Ia lebih takut dengan gadis ini daripada musuhnya.
"Yah nggak mau, sayang banget. Yaudah pesananku nggak jadi ya Kak." Gadis itu pergi tanpa memperdulikan Hendra yang sudah menyodorkan plastik pesanannya.
"Cewek gila!"
Hendra terkekeh pelan, "Foto doang Nas." Pemuda itu menepuk pundak Anas yang bergerak risih dengan tatapan gadis tadi.
"Hilang 1 pelanggan." Awan berucap sendu. Lebih tepatnya pura-pura sedih, padahal gadis tadi juga tidak membeli banyak.
"Inget Wan, gugur satu tumbuh seribu."
"Mana ada noh lihat sepi kan sekarang!" Awan menyanggah petuah Dian. Stan mereka jadi sepi setelah kepergian gadis itu.
Seorang gadis dengan baju khas ekskul futsal datang dengan menenteng bola. "Wih nastar nih, boleh coba nggak 1? Gratis tapi."
"Carnifora dilarang mendekat!" Awan merentangkan tangannya, menghalangi Carnia mendekat pada tempat mereka.
"Apasih Carnifora-carnifora. Nama gue itu Carnia Forainza!" Carnia melempar bolanya hingga mengenai perut Awan, berucap sinis dengan tatapan maut.
"Lah bukannya kalo disingkat jadi Carnifora?" Awan berucap polos, memiringkan kepalanya dengan mimik muka seolah bingung.
"Car, lo harus beli. Tinggal dikit lagi habis," ucap Anas memaksa. Pemuda itu sudah membungkus nastarnya dan menyodorkan pada Carnia.
Gadis itu menghela nafas kasar dengan tatapan malas, namun tak urung mengeluarkan dompetnya. "Berapa?"
"Eit gue aja yang bayar, baru baik nih gue, sini bilang makasih dulu." Awan menepuk dadanya sombong.
Carnia tersenyum cerah. Memasukan kembali dompetnya dan menerima bungkus nastar dari Anas. "Terima kasih monyet!" Gadis itu mengibaskan rambut yang terkuncir di muka Awan. "Bye!" Melangkah menjauh dari stan mereka.
"Sialan tuh cewek." Awan mengelus mukanya yang terkena sabetan rambut dari Carnia, rasanya sangat perih dan panas.
"BANG GUE MAU NASTARNYA!" Teriakan Aril diikuti oleh kedua temannya menggema. Mengalihkan beberapa pasang mata menoleh pada mereka.
Aril menghela nafas sebelum mendapat geplakan dari Giral.
"Berisik b***h!" Seperti biasa Giral dengan segala ke-toxic-annya.
"Kalian jualan nastar Bang? Mau coba dong." Fero menopang tangannya di meja. Mengedipkan sebelah matanya membujuk.
"Cowok gila!" Anas bergidik ngeri kedua kalinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/358845684-288-k278030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Dla nastolatkówDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...