Anas menatap orang-orang di depannya bingung, ditatapnya Ella yang menggeleng pelan dengan bibir bergerak tanpa suara.
"Maaf."
Anas mendengus kesal. "Apa?" tanyanya datar.
"Berani banget lo main diem-diem sama kita. Sebenernya kita ini lo anggep ada nggak sih, Nas?" Britta melipat tangannya, menatap Anas sombong. "Sok banget jadi pahlawan buat nolongin orang lain cuman sama Ella? Kita lo kemanain?"
"Kalian sendiri yang bilang nggak mau bantuin gue nolong Fero, dan setelah gue lakuin sama Ella, kalian marah. Gue harus gimana?" Anas capek, sahabatnya lebih emosional sekarang. Mereka seperti bukan orang-orang yang Anas kenal sebelumnya, kecuali Ella. Gadis itu masih sama seperti pertemuan terakhir mereka, dulu.
"Harusnya lo sadar, apa yang harus lo lakuin sekarang!" Amirati ikut menyentak, membuat Anas dan Ella menatapnya tak percaya.
Menurut mereka berdua, Amirati adalah sosok paling kalem di antara mereka, karena hanya Amirati yang dari dulu susah bergaul, bahkan gadis itu tidak berani berkata kasar (pengecualian saat menangis dulu).
"Kalo kalian nggak bilang, gue juga akan tetep ngelakuin apa yang gue anggap bener. Jadi please speak up!"
Amirati mengalihkan pandangannya, gadis itu mencoba untuk tidak goyah dengan ucapan Anas.
"Gini banget lo sekarang! Bener-bener lemah! Ternyata apa yang dibilang Mira bener, lo terlena Anas, lo jadi payah, ngg–"
"Stop, Jen!" Anas memotong ucapan Jendra, menatap pemuda itu sedikit tajam.
"Nah kan, ini yang lo dapet setelah bergaul sama mereka-mereka yang pecundang itu?" tambah Jendra memanasi suasana. Pemuda itu tersenyum miring melirik Vino.
"Argh!" Anas mengacak rambutnya kasar. Menarik napas dalam, "Kalian stop hina mereka. Masalah kita real cuman sama Adit, nggak—"
"KITA CEMBURU ANAS! KITA CEMBURU KALO LO LEBIH DEKET DAN LEBIH MENTINGIN MEREKA! LO NGGAK LUPA SAMA KITA KAN? LO NGGAK LUPA SAMA SEMUA KENANGAN KECIL KITA CUMAN GARA-GARA TEMEN BARU LO ITU, KAN?"
"DARI AWAL YANG BUAT KITA SEMUA BERUBAH ITU LO ANAS! LO YANG DENGAN ENTENGNYA CERITA KALO LO KEHILANGAN TEMEN BARU DAN SEAKAN-AKAN LO MAU BILANG SAMA KITA KALO KEHADIRAN KITA BUAT SEMUA TEMEN BARU LO PERGI! LO YANG BUAT SEMUA INI BERUBAH!"
Amirati tersendat, napasnya mulai tidak beraturan saat selesai mengeluarkan semua unek-unek mereka. Gadis itu menangis sesegukan. Apalagi saat melihat tatapan yang dilayangkan Anas. Mereka tidak mengharap rasa bersalah dari Anas. Mereka hanya berharap Anas sadar. Mereka teman lamanya, mereka menginginkan kumpul bersama seperti dulu, itu tujuan awal mereka datang kemari.
Bukan seperti ini.
Anas terdiam dengan tatapan kosongnya beberapa detik mencoba mengingat ucapannya.
Anas sungguh tidak sadar, dirinya hanya sekedar berucap, tanpa tau jika ucapannya menyakiti hati mereka.
Ternyata benar. Sesuatu yang tak bermata dan tidak tajam. Sesuatu yang berujung tumpul dan tanpa tulang, tetapi aksinya dapat menyakiti lawan bicara. Tanpa sadar menorehkan luka di hatinya. Tanpa pernah bisa kita sembuhkan seperti semula, pastinya meninggalkan bekas.
Ella mengernyitkan alisnya tak paham maksud Amirati. Memang saat Anas mengucapkan hal itu, Ella sedang memesan makanan, mungkin juga itu yang membuat Ella tidak berubah sikap dengan Anas.
"Hei-hei ada apa nih."
Namun pertanyaannya hilang tertelan udara, mereka justru panik saat melihat Amirati yang semakin kesulitan bernapas.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANASTASYA {END}
Fiksi RemajaDicintai secara tsundere? Di mana enaknya?! About Tasya dan Anas. Keadaan yang mengikat Tasya dan Anas dalam suatu hubungan pernikahan. Akibat wasiat dari Nenek Tasya, kehidupan Anas bertambah rumit. Anas hanya ingin mencapai tujuannya, berharap ti...